Part 6

17.5K 661 8
                                    

"Sepertinya kita memang ditakdirkan bertemu lagi kali ini, kita bercanda seakan kita sudah sedekat nadi padahal kita lebih terlihat seperti jarak bumi dan matahari"


Waktu menunjukkan pukul 16:40, Dhiran pun bersiap-siap untuk pergi ke café flannery. Ia mengenakan kaos abu-abu, dibalut dengan jaket berwarna hijau, serta kacamata hitam yang sudah bertengger di hidungnya.

Setelah selesai bersiap-siap, ia pun segera memasuki mobilnya, dan langsung melajukan mobil itu menuju café flannery. Memakan waktu 10 menit, Dhiran pun akhirnya sampai di depan café. Ia memarkirkan mobilnya, setelahnya ia masuk kedalam café itu.

Kedatangan Dhiran menarik perhatian semua orang yang ada di dalam café tersebut, apalagi para kaum hawa. Mereka menatap Dhiran dengan tatapan kagum. Wajahnya begitu tampan, hidungnya pun juga sangat mancung. Wajar saja kalau ia sekarang ini menjadi pusat perhatian orang-orang.

Dhiran mencari meja kosong. Ia menemukan meja kosong yang berada di pojokan, ia pun langsung berjalan ke meja itu. Dhiran menatap kearah jam tangannya, sekarang sudah menunjukkan pukul 17:05. Tetapi, Rennaline belum juga menunjukkan batang hidungnya.

"Mana sih tuh cewek culun? Katanya jam 5 disuruh datang kesini, tapi udah jam 5 lewat juga tuh anak masih belum datang." Gerutunya.

Tiba-tiba seorang perempuan dengan mengenakan pakaian pelayan datang ke mejanya. Dhiran menatap kearah perempuan itu, dan tersadar jika orang itu adalah Rennaline. Ia melihat baju Rennaline, gadis itu mengenakan pakaian yang sama dengan pelayan yang ada di café ini.

"Lo kerja disini?"

"Iya." Jawab Rennaline, kemudian ia duduk tepat di samping Dhiran duduk. "Mana pr lo? Biar gue kerjain sekarang, biar cepet."

Dhiran menyerahkan buku matematikanya, dan segera Rennaline menjawab soal-soal matematika itu.

Tenggorokan Dhiran terasa kering sekarang. Ia melihat kearah Rennaline yang sedang fokus mengerjakan soal, lalu berujar. "Lo gak bawain gue minum gitu?"

"Ya lo beli lah, kalau mau minum." Rennaline menyahuti tanpa menoleh kearah Dhiran.

Dhiran memutarkan bola matanya, "maksud gue lo ambilin lah minumannya, ntar gue bayar."

"Bilang dong dari tadi." Rennaline bangkit dari tempat duduknya, bergegas mengambilkan minuman untuk Dhiran.

"Nih," Rennaline meletakkan minuman itu di atas meja, "ntar jangan lupa bayar."

Rennaline pun kembali menjawab soal-soal itu dengan begitu fokus, Dhiran sesekali menyeruput minumannya. Keadaan terlalu hening, Rennaline sendiri sibuk menjawab soal. Akhirnya Dhiran memilih untuk memecahkan keheningan, dengan melontarkan pertanyaan.

"Lo kenapa kerja?" tanyanya.

Rennaline menghela napas. "Ya buat cari duit lah, emang buat apaan lagi?"

Setelah menyahuti pertanyaan Dhiran tadi, suasana kembali menjadi sangat hening. Merasa bosan, Dhiran pun mulai memain-mainkan rambut Rennaline yang berkepang dua.

"Ihh apaan sih, jangan mainin rambut gue!" Rennaline menjauhkan kepalanya dari jangkaun Dhiran.

"Habis, gue bosan. Lucu juga ya rambut lo dikepang pake jepit rambut Hello Kitty gini." Dhiran tertawa.

Tidak puas hanya dengan memainkan rmabut Rennaline, kini kacamata Rennaline yang menjadi sasaran.

"Ihh, kacamata gue Dhiran!!" Rennaline memukul-mukul Dhiran sambil mencoba mengambil kacamata miliknya yang ada di tangan cowok itu.

I Fall In Love With Playboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang