Part 14

14.5K 528 16
                                    

"Jangan nilai seseorang dari penampilan, bisa saja seseorang yang tampak biasa ternyata seseorang yang luar biasa."

Rennaline sudah berada di kelas dari 5 menit yang lalu. Seperti biasa, ekolah masih terlihat sepi. Maklum, rennaline memang biasa pergi ke sekolah pagi-pagi.

"Rennalineee." Teriak Evelyn, yang baru saja datang sambil melompat-lompat kegirangan.

"Kenapa?" Rennaline menyahut bingung melihat kelakuan sahabatnya itu.

Evelyn duduk di kursi yang ada di depan Rennaline. "Masa kemarin gue pergi ke rumah Dhiran?! Anjirr, ga nyangka banget gue! Ternyata bokap sama nyokap gue temanan sama orang tuanya Dhiran!!"

"Temenan? Kok bisa?" Tanya Rennaline, berpura-pura terkejut.

"Kata bokap sih, mereka temanan udah dari SMA gitu. Semenjak mereka udah pada nikah, mereka jarang ketemu. Mungkin gara-gara sibuk dengan pekerjaan masing-masing? Terakhir ketemu aja 10 tahun yang lalu."

"Ohh gitu. Oh iya, kemarin gue jalan loh sama Kak Arsen." Rennaline berucap sambil senyum-senyum.

Astrid yang baru saja datang, tidak sengaja mendengar ucapan Rennaline dan langsung menyahutinya. "Jalan sama Kak Arsen? Ngimpi lo! Ngaca dulu sana, emangnya Kak Arsen mau apa ajak cewek jelek kayak lo buat jalan?"

Rennaline menghela napasnya, muak akan kelakuan Astrid. "Lah? Siapa yang ngimpi? Orang itu kenyataan. Bilang aja lo iri, karena gak pernah diajak jalan sama Kak Arsen."

Astrid mendengus, kemudian gais itu pergi keluar kelas sambil menghentakkan kakinya.

Evelyn menopangkan wajahnya diatas tangan, menatap kearah Rennaline. "Apa mungkin gue mau dijodohin sama Dhiran kali ya? Biasanya kan cerita-cerita di wattpad suka gitu, ketemuan antar keluarga. Eh tau-taunya malah dijodohin." Ujarnya senyum-senyum membayangkan apa yang diucapkannya itu adalah kenyataan.

"Ya ngga mungkin lah Lyn."

Evelyn menatap heran kepada sahabatnya itu, "kok gak mungkin sih?"

"Iyalah, orang Dhirannya udah dijodohin sama gue." Sahut Rennaline tanpa sadar. Membuat Evelyn menganga lebar.

"APAA?!?"

Rennaline refleks menutup mulutnya, "eh anu itu..."

Tringg..Tringg..

Bel pertanda masuk telah berbunyi, mengharuskan Evelyn beralih tempat duduk ke tempat duduknya sendiri.

"Lo hutang penjelasan ya sama gue!" Ucapnya sebelum benar-benar berjalan ketempat duduknya.

***

"Ayok ke kantin." Ajak Evelyn.

"Bentar-bentar." Sahut Rennaline membereskan buku-buku yang ada di atas mejanya.

Setelahnya mereka berdua berjalan menuju kantin, sesampai di kantin mereka pun langsung memesan bakso.

"Jelasin sama gue maksud omongan lo tadi pagi," pinta Evelyn sambil menyuap makanannya ke dalam mulut.

Rennaline menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bagaimana bisa ia menceritakan hal itu kepada sahabatnya? Ia takut Evelyn akan sedih dan patah hati setelah mendengar penjelasan darinya.

"Kok diem?"

Rennaline tampak gugup, tapi kemudian gadis itu memajukan wajahnya dan mulai berbisik pada Evelyn. "Gue udah tunangan sama Dhiran."

Mata Evelyn melotot seketika, sangat terkejut akan hal itu. Bahkan rasanya ia ingin berteriak sekarang, tapi ia mencoba untuk tidak melakukan itu dengan menutup mulutnya dengan kedua tangan. "What? Serius? Kok bisa?"

Rennaline menautkan alisnya, bingung dengan reaksi Evelyn. Ini jauh dari apa yang diduga oleh Rennaline, gadis itu mengira bahwa Evelyn akah marah dan kecewa habis-habisan padanya. "Lo... gak marah?"

Evelyn menggeleng santai. "Ngga."

"Seriuss?"

"Iya. Pokoknya hari ini lo harus ke rumah gue oke? Lo harus ceritain semuanya! Dari awal sampai akhir!"

Rennaline hanya mengangguk-angguk. Untunglah sahabatnya ini tidak marah sekalipun padanya.

Sepulang sekolah, Rennaline pulang bersama dengan Evelyn. Sesampai di rumah Evelyn, mereka berdua pun langsung menuju ke kamar.

Evelyn melempar tasnya asal, dan langsung melontarkan pertanyaan pada Rennaline. "Ayo ceritain! Kok bisa sih lo tunangan sama Dhiran?"

Rennaline menghembuskan napasnya perlahan. "Sabar ngapa, capek tau baru datang. Dikasih minum dulu kek."

"Oh iya lupa, hehe. Bentar ya." Sahut Evelyn berjalan keluar kamar.

Setelah beberapa menit Evelyn datang dengan nampan di tangannya, ada 2 gelas jus mangga dan beberapa cemilan di atas nampan itu.

Evelyn menyodorkan segelas jus mangga kepada Rennaline, dan tentu saja Rennaline langsung meminum jus tersebut hingga tersisa setengah.

"Udah minumnya? Kalo udah, cepat ceritain."

Rennaline menarik napasnya pelan sebelum menceritakan semuanya kepada Evelyn. "Sebetulnya gue kaget, tiba-tiba aja gue dijodohin sama Dhiran. Waktu itu Pak Steve ngajak gue ke rumah keluarga Charles kan, y ague kan oke-oke aja tuh. Eh, pas di sana malah ngomongin tentang perjodohan antara gue sama Dhiran."

Evelyn menautkan alisnya, ada nama yang tak asing dipendengarannya. "Siapa lo bilang? Pak Steve? Pak Steve yang kemarin ikut makan malam di rumah Dhiran?"

Rennaline mengangguk, "iya.kemarin Pak Steve juga ikut makan malam di rumahnya Dhiran. Dan seharusnya gue juga ada di sana saat itu. Tapi, berhubung gue udah ada janji sama Kak Arsen, jadinya gue gak ikut acara makan malam itu."

"Kayaknya Pak Steve itu saling kenal deh sama bokap gue, Btw, Pak Steve itu siapa lo?"

"Pak Steve itu orang kepercayaan almarhum bokap gue. Beliau yang selalu ngerawat dan ngejaga gue mulai dari gue kecil sampe sekarang."

Evelyn mengangguk-angguk mendengar jawaban Rennaline. "Ren, kan lo gasuka banget tuh sama Dhiran. Kenapa lo jadi nerima perjodohan itu?"

Rennaline mendengus, "sebenarnya itu karena terpaksa sih. Syarat gue bisa megang perusahaan itu, setidaknya gue harus berumur 18 tahun. Atau belum berumur 18 tahun tetapi sudah bertunangan."

Syarat gue bisa megang perusahaan? Kalimat yang diucapkan oleh Rennaline barusan tentu saja langsung membuat Evelyn membulatkan matanya. "Lo... Punya perusahaan Ren? Lo anak orang kaya?"

"Ashwin Group, sebenarnya itu punya bokap gue. Tapi sekarang perusahaan itu dikelola oleh Pak Steve. Dan bakal dipindah tangankan ke gue saat gue berumur 18 tahun."

Evelyn ternganga, "busettt! Mantap jiwa!" ujarnya mengacungkan jempol.

"Tapi Lyn, kenapa lo gak marah sama gue? Bukannya lo cinta mati tuh sama Dhiran?"

Evelyn memutar bola matanya, "yaampun. Gue gak cinta mati ya sama Dhiran! Gue tuh cuman kagum doang sama kegantengan dia. Gak lebih."

Drtt..Drtt..

Rennaline mencek ponselnya dan terdapat sebuah pesan Line masuk.

Dhiran: where are u now

Rennaline mulai mengetik dan membalas pesan Dhiran.

Rennaline: di rumah evelyn, bentar lagi pulang kok

Dhiran: lama2 disana jg gpp kok. Gak ada yang nyuruh lo cepetan pulang jg

Rennaline: oh

Evelyn menyipitkan matanya menatap pada Rennaline yang sibuk bersama ponselnya. "Ciee, chatan sama siapa tuh?"

Rennaline tidakmerespon, yang ia lakukan hanyalah menenggak habis minumannya karena merasahaus akibat bercerita kepada Evelyn.


***
TBC

Jangan lupa vota dan comment si setiap chapternya~

Follow instagram:
@official.ifilwp

I Fall In Love With Playboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang