Part 2

25.9K 877 6
                                    

"Apakah aku salah jatuh cinta dan berharap kepada seseorang yang tidak bisa aku raih?
Apakah aku salah jika sekedar berharap saja?"

Dhiran menarik tangan Rennaline untuk keluar dari ruangan Pak Ervan. Genggaman tangan Dhiran pada pergelangan tangannya begitu kuat, hingga membuat tangannya menjadi sakit.

"Lepasin! Sakit tau!"

Dhiran melepaskan tangan Rennaline dari genggamannya. Pergelangan tangan Rennaline memerah akibat Dhiran menggemgamnya terlalu kuat. "Berisik lo, kalo lo tadi ga gue tarik keluar. Lo udah mampus kena omelan Pak Ervan."

Ucapan Dhiran membuat Rennaline bingung. Apakah ia harus bersyukur karena terhindar dari omelan Pak Ervan, ataukah ia harus marah karena Dhiran telah membuat pergelangan tangannya sakit dan memerah?

Rennaline dan Dhiran menaiki anak tangga satu persatu, menuju ke lantai 2. Sambil membawa satu ember berisi air dan dua buah pel.

"Lo kok bisa-bisanya ngomong kayak gitu sama Pak Ervan? Lo udah gila? Akal sehat lo udah hilang?" Tanya Dhiran terheran-heran.

"Udah ah diem. Lo pel dari sana, dan gue pel dari sini."

"Ogah banget gue ngepel. Masa iya cowok ganteng nan tajir kayak gue ngepel nih koridor? Gak level! Lo ajalah yang ngepel sendiri." Setelahnya Dhiran langsung berlari menuju kelasnya.

"Dhirannn!! Awas ya lo!!" Rennaline berteriak.

Karena Dhiran pergi, mau tidak mau Rennaline harus mengepel koridor lantai 2 sendirian.

Setelah menghabiskan waktu puluhan menit. Akhirnya Rennaline hampir menyelesaikan hukumannya.

Drap! Drap! Drap!

Tampak seorang murid laki-laki berlari kecil melewati lantai yang sebelumnya telah ia pel.

"Aduh, sorry banget ya lantainya gue injek. Gue lagi buru-buru sekarang, maaf banget yaaa."

Laki-laki itu meminta maaf setelah lewat, yang langsung dimaafkan oleh Rennaline saat itu juga. Bagaimana tidak? Murid laki-laki yang barusan lewat adalah Arsen. Kaka kelas yang merupakan gebetannya.

Sudah lama sekali Rennaline menyukai Arsen. Mereka berdua sama-sama mempunyai hobi membaca buku, maka dari itu mereka sering bertemu di perpustakaan sekolah.

Walaupun sudah lama menyimpan rasa pada Arsen, Rennaline tidak berani mengungkapkan perasaannya. Kenapa? Karena Arsen mempunyai begitu banyak penggemar. Arsen tak kalah popular dari Dhiran, mereka sama-sama mempunyai penggemar wanita yang sangat cantik. Walaupun ada beberapa kesamaan di antara mereka berdua yakni ketampanan, dan kepopuleran. Ada beberapa perbedaan juga diantara mereka.

Dibanding dengan Dhiran yang begitu playboy hobi gonta ganti pacar, Arsen malah tidak pernah berpacaran. Dhiran ketua tim basket, dan Arsen ketua tim futsal. Dan terakhir, perbandingan yang membuat Rennaline lebih menyukai Arsen adalah karena laki-laki itu sangat hobi membaca. Tidak seperti Dhiran yang tahunya hanya bersenang-senang semata.

Akhirnya setelah selesai mengepel seluruh koridor lantai 2, Rennaline kembali menuju kelasnya. Setelah sampai di dalam kelas, ia langsung duduk di bangkunya karena begitu kelelahan mengepel koridor sendirian.

"Woy, Rennaline. Abis ngegembel dimana lo? Sumpah ya, sekarang muka lo kucel banget." Evelyn, yang merupakan teman sebangkunya sekaligus sahabatnya itu bertanya padanya.

"Ngegembel pala lo! Udah ah, gue capek." Rennaline menyandarkan dirinya pada dinding, yang kebetulan bangkunya berada di ujung di samping tembok kelas.

"Emang lo abis ngapain si?"

"Ngepel lantai."

"Lah kok? Dihukum? Sama siapa?"

I Fall In Love With Playboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang