Part 10

16.1K 579 4
                                    

Pagi ini, Dhiran maupun Rennaline terlambat bangun. Rupanya acara pertunangan semalam lumayan menguras tenang dan membuat mereka kelelahan.

"Anjir! Gerbangnya udah ditutup! Gara-gara lo nih, makanya jadi telat!" Ucap Dhiran dengan kesal.

Rennaline mendelik, "kok salah gue? Salah lo lah!"

"Berisik lo, turun cepetan!"

Rennaline turun dari motor Dhiran, wajahnya tampak begitu panik. Ini adalah kali pertama ia terlambat masuk sekolah, dan ini semua terjadi gara-gara Dhiran!

"Eh, neng Rennaline. Telat ya neng? Tumben banget."Ucap lelaki paruh baya sambil membukakan gerbang, "masuk aja neng, gapapa kok." Sambungnya.

Wajah Rennaline yang tadi tampak panik berubah menjadi bahagia. "Wahh serius nih pak?" Rennaline menaik turunkan alisnya. "Makasih banyak ya pakk."

Rennaline berjalan masuk mendahului Dhiran, kemudian Dhiran mengikuti setelahnya. Tapi, belum sempat Dhiran masuk bersama motornya, Pak Udin sudah terlebih dulu menghalanginya.

"Eitts stop!" Pak Udin berdiri tepat di hadapan Dhiran dengan tangannya yang ia rentangkan ke depan. "Kalau kamu gak boleh masuk. Sesuai aturan sekolah, siswa yang telat itu harus dihukum."

Apa-apaan ini? Kenapa dirinya tidak dibolehkan untuk masuk?

"Lah? Rennaline boleh masuk, terus kenapa saya ngga boleh? Kita kan sama-sama telat!" Protes Dhiran.

Pak Udin, selaku satpam di SMA Brites itu berkacak pinggang. "Rennaline itu kan pintar, dan murid kebanggaan sekolah. Jadi gak papa dong kalau saya bolehin dia masuk meski telat. Lah kamu sendiri? Yaudah lah, kamu tinggal tunggu hukuman dari Pak Andre aja karena telat."

Sialan! Dasar satpam pilih kasih! Gerutu Dhiran.

Rennaline yang sudah berada di dalam gerbang menatap kearah Dhiran, "rasain lo!". Ejeknya.

Dhiran menghela napas kasar, "kamfret lo!"

***

R

ennaline sedikit berlari menuju ke kelasnya. Untungnya ketika ia sampai, Pak Ervan tidak ada di kelas. Ternyata Pak Ervan sedang sakit, sehingga tidak dapat masuk dan mengajar hari ini. Rennaline pun merasa bersyukur, setidaknya ia terhindar dari omelan Pak Ervan pagi ini.

"Kok baru datang? Lo telat?"

"Yoi."

Evelyn mengerutkan dahinya. "Tumbenan banget lo telat, kenapa coba bisa jadi telat begini?"

"Gara-gara Dhir... macet iya gara-gara macet! Makanya gue jadi telat gini."

Rennaline merutuki dirinya sendiri, hampir saja ia keceplosan! Kalau Evelyn tahu dirinya berangkat ke sekolah bersama Dhiran, bisa-bisa gadis itu marah besar dengannya.

"Oh iya, kok lo kemarin gak masuk sekolah si?"

Rennaline memutar otaknya, mencari alasan apa yang masuk akal agar sahabatnya itu tidak curiga padanya. "Gue pergi keacara pernikahan keluarga gue Lyn."

Maafin gue Lyn, gue bohong lagi.

Rennaline tahu. Tidak seharusnya ia berbohong. Tapi, rasanya ia tak sanggup jika mengatakan yang sebenarnya kepada Evelyn sekarang juga. Ia tidak akan bisa membayangkan bagaimana reaksi Evelyn jika tahu bahwa dirinya yang notabanenya adalah sahabatnya sendiri telah bertunangan dengan gebetannya.

"Lo lagi chatingan sama siapa sih? Sibuk sama handphone mulu perasaan." Ucapnya sambil melirik Evelyn yang sibuk dengan ponselnya sambil senyum-senyum.

I Fall In Love With Playboy [END]Where stories live. Discover now