Part 4

18.4K 721 3
                                    

"Nyatanya di saat aku berusaha melupakanamu, kau malah muncul di hadapanku. Dan nyatanya lagi, usaha ku untuk melupakanmu 'gagal'."

Sesampai di depan kelas mereka berdua menilik-nilik di balik pintu, untuk memastikan keberadaan bu Alin.
"Ngapain kalian menilik-nilik?" Tanya bu Alin dari dalam kelas.

"Eh si ibu, udah dateng aja ternyata." Rennaline menyahut.

Bu Alin memperhatikan mereka, "dari mana saja kalian?"

"Ada urusan tadi bu."

"Urusan apa?"

"Ya ampun Ibu, kepo amat si." Evelyn terkekeh.

Bu Alin hanya mengusap-ngusap dada bersabar, melihat kelakuan kedua muridnya ini. "Yasudah. Sana, masuk."

Setelah mengucapkan terima kasih kepada Bu Alin, karena diperbolehkan untuk masuk kedalam kelas. Mereka duduk di kursi mereka masing-masing. Disusul oleh Bu Alin yang kembali pada meja guru yang ada di depan.

"Sekarang Ibu akan mengumumkan nilai tertinggi pada test matematika kemarin," Bu Alin mengambil kertas yang tergeletak di atas meja, dan membaca tulisan yang tertera diatas kertas itu. "Peringkat pertama. Dicapai oleh Avarielle Rennaline A. dengan nilai sempurna atau 100."

Rennaline menyengir kuda setelah mendengar namanya disebut sebagai peraih nilai tertinggi di test matematika kemarin. Sedang Evelyn, wajahnya nampak cemberut. Lagi-lagi ia tidak bisa mengalahkan Rennaline kali ini.

Evelyn mengacungkan tangan. "Bu kalau Saya peringkat berapa?"

Bu Alin kembali melihat pada kertas yang tadi ia pegang. "Revelyn ya? Revelyn Aretha, kamu peringkat kedua. Dengan nilai 98."

"Kalau Saya gimana Bu? Saya peringkat berapa?" Astrid ikut-ikutan bertanya, penasaran akan peringkat yang ia raih.

"Ayastrid. Kamu peringkat lima ya."

Astrid kegirangan mendengar dirinya berada pada peringkat lima. "Yang bener Bu?" tanyanya lagi memastikan.

"Iya, bener kok peringkat lima. Peringkat lima dari bawah tapinya. Nilai kamu 43 ya."

Semua orang terbahak-bahak mendengar ucapan dari Bu Alin. Astrid sendiri malah sangat malu, sekarang ia menutup wajahnya dengan kedua tangan untuk mengurangi rasa malunya.

"Yaaa, cantik-cantik nilainya suka anjlok gitu." Evelyn menyindir, yang dibalas dengan tatapan sinis oleh Astrid.

"Kalau begitu, Ibu Akhiri sampai di sini. Sampai bertemu di pertemuan selanjutnya." Bu Alin membawa buku-buku miliknya dan melenggang pergi meninggalkan kelas.

"Ren! Kan besok test IPA tuhh."

"Iya, terus kenapa?"

"Kalau di test IPA besok nilai gue lebih tinggi dari nilai lo. Lo harus ngabulin satu permintaan gue ya? Boleh ya?" Evelyn memohon.

Rennaline berpikir sebentar, tampak menimang-nimang. "Oke, oke. Emang lo mau minta apaan?"

"ID Line Dhiran!" Evelyn memekik heboh.

Rennaline membulatkan matanya seketika, dan langsung menggeleng menolak permintaan aneh dari Evelyn. Mendapatkan ID line Dhiran? Si Playboy itu? Memikirkan untuk bertemu dan berbicara dengan Dhiran saja Rennaline sudah malas. Apalagi sampai meminta ID Line cowok itu?

"Jangan ID Line Dhiran, yang lain aja."

Evelyn ikut menggeleng bersikeras jika ia tetap ingin ID Line milik Dhiran. Dengan pasrah Rennaline mengiyakan permintaan Evelyn, toh Evelyn hanya bisa dapat mendapatkan ID Line Dhiran jika Evelyn mampu mengalahkan nilainya. Dan semoga saja, Evelyn tidak dapat mengalahkannya sehingga Rennaline tidak perlu meminta ID Line Dhiran.

"Ren, pulang sekolah ikut gue belanja ke mall yuk?" ajak Evelyn.

"Gabisa Lyn. Kan gue habis pulang sekolah langsung pergi kerja."

Sehabis pulang sekolah, Rennaline akan melakukan kerja part-time disebuah Kafe yang berada dekat dengan sekolahnya. Walaupun gaji di tempat kerjanya tidak terlalu banyak, tapi setidaknya ia bisa menghidupi dirinya sendiri dari gaji nya itu.

Biasanya ia bekerja dari pukul 4 sore, hingga pukul 10 malam. Ia akan sampai di rumah sekitar pukul 10:15 dan akan belajar hingga pukul 12 malam. Ia sangat giat belajar, maka dari itu ai selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya.

Evelyn menepuk jidat, bagaimana bisa ia lupa jika sahabatnya itu akan langsung kerja part-time sehabis pulang sekolah. "Ohiyaa, lupa gue."

"Lo mau ke mall? Emangnya lo gaada niatan belajar gitu? Kan test IPA nya besok, kalau lo mau ID Line Dhiran sih ya lo harus belajar, biar bisa ngalahin gue."

Evelyn memicingkan matanya menatap Rennaline, ia lantas berubah pikiran yang awalnya hendak pergi ke mall lebih memilih untuk pulang ke rumah agar waktu belajarnya bisa lebih lama.

***

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Murid-murid bersorak gembira, entah kenapa bunyi bel sekolah adalah bunyi favorit mereka, dan bunyi yang selalu mereka tunggu-tunggu.

Semua murid sibuk memasukkan buku mereka masing-masing kedalam tas, begitu juga dengan Rennaline, ia memasukkan bukunya dan bersiap untuk pergi bekerja setelahnya.

"Ren, mau gue anter ke tempat lo kerja ga?"

Masih sibuk memasukkan bukunya kedalam tas, Rennaline menyahut. "Gak usah Lyn. Lagian habis ini gue mau ke perpus dulu. Mau minjam buku buat belajar."

"Halahh, bilang aja lo mau ketemu sama Kak Arsen!"

Sebenarnya Rennaline malas bertemu dengan Arsen lagi, tapi mau bagaiman lagi? Dirinya tetap harus pergi ke perpus untuk meminjam buku. Dan ucapan Rennaline tadi siang pada Evelyn yang mengatakan dirinya akan berjuang, maksudnya adalah berjuang untuk melukapan Arsen, bukan berjuang untuk mendapatkannya. Karna ia tahu, usahanya untuk mendapatkan Arsen akan berakhir sia-sia.

"Yaudah, gue kedepan dulu....Hai Dhiran!" sapa Evelyn tiba-tiba saat Dhiran berjalan melewati kelasnya.

Dhiran tersenyum, menampilkan senyum manis yang biasa ia perlihatkan untuk tebar pesona pada gadis-gadis cantik. "Hai."

Jelas saja Dhiran membalas sapaan Evelyn. Evelyn merupakan salah satu dari gadis cantik yang dimaksud oleh Rennaline barusan. Sebenarnya menurut Rennaline, Evelyn ini merupakan cewe idaman. Selain berparas cantik, Evelyn juga sangat pintar, ia juga merupakan anak dari orang kaya, dan ayahnya seorang jaksa yang terkenal.

"Gue ke perpus dulu, bye." Rennaline beranjak pergi meninggalkan Evelyn yang masih sibuk memandangi wajah Dhiran sambil tersenyum-senyum.

Sesampainya di perpus, Rennaline sibuk mencari buku IPA, sedari tadi ia tidak dapat menemukan buku IPA yang sedari tadi ia cari.

"Buku IPA nya manasih," gerutunya sibuk mencari buku.

"Yang ini bukan bukunya?" Tanya laki-laki yang tiba saja datang dengan memperlihatkan buku paket IPA ditangannya.

Rennaline membelalakkan matanya terkejut, laki-laki yang bertanya barusan dengan memperlihatkan buku IPA ditangannya itu adalah Arsen. Rennaline menunduk, kenapa juga ia harus bertemu dengan Arsen sekarang ini? Di saat ia berusaha untuk melupakan orang yang ia suka, orang itu malah berdiri tepat di hadapannya. Dan usahanya untuk melupakan orang itu 'gagal'.

"Iya ka, bisa aku ambil bukunya?" Pintanya.

"Ohhiya, nihh." Arsen menyodorkan buku yang adadi tangannya kepada Rennaline, yang langsung diambil oleh gadis itu. Tidak lupaia mengucapkan terima kasih dan tersenyum pada Arsen. Arsen membalas dengansenyum khas miliknya, senyum yang manis dan juga terlihat sangat hangat.Rennaline terpana seketika, hatinya berdegup tidak karuan. Sial! Apakah ia benar-benar gagal melupakan Arsen sekarang?

***
TBC

Jangan lupa berikan vote dan comment di setiap partnya~

Follow instagram:
@official.ifilwp

I Fall In Love With Playboy [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum