Part 25

12.3K 470 36
                                    

Setelah sampai di tempat lokasi di mana ponsel Rennaline terlacak. Mereka mencari-cari keberadaan Rennaline. Hingga mata Dhiran menangkap sebuah benda yang ia kenal milik siapa itu, itu adalah ponsel Rennaline. Ia lalu mengambil ponsel yang tergeletak di tanah, dekat dengan pohon itu.

"Ayah, ini ponsel Rennaline." Dhiran mengangkar ponsel itu dan menunjukkannya kearah Ronald.

"Bisa pinjam sebentar ponselnya?" Romi bertanya yang langsung diangguki oleh Dhiran, lelaki itu memberikan ponsel Rennaline yang ada di tangannya kepada Romi.

Romi mengotak-atik ponsel itu, lalu mencek history panggilan masuk yang ada. "Nomor siapa ini?" Tanyanya sambil memperlihatkan no telepon yang tertera di bagian history panggilan Rennaline.

Mereka serentak menggeleng, tidak tahu siapa pemilik nomor itu. Lalu, Romi kembali mencek ponsel itu, ia melihat pesan masuk pada ponsel Rennaline. Dilihantnya ada satu pesan masuk dari nomor yang sama saat ia mencek history panggilan Rennaline tadi.

From: 08xxxxxxxxxx

Tante sudah di depan minimarket, kau akan datang kan sayang?

Romi mengernyit membaca pesan itu.

"Aku membaca pesan masuk dari nomor yang tadi, dari pesan itu ia memanggil diirnya tante, siapa itu? Ada yang tahu?" Romi bertanya. "Aku sedikit curiga dengan pesan ini." Lanjutnya lagi.

"Kalau kau curiga, cepat cari tahu siapa pemilik nomor itu!" Steve berucap dengan wajah frustrasi. Ia sudah cukup terkejut dengan kabar Jordan yang sebentar lagi akan bebas. Ditambah lagi kini Rennaline menghilang.

"Steve benar Rom, sebaiknya kau sekarang cari tahu siapa pemilik nomor itu."

"Aku akan cari tahu besok, ini sudah terlalu malam. Kita perlu istirahat dulu sebelum mencari keberadaan Rennaline."

Semuanya setuju dengan ucapan Romi, mereka semua akhirnya kembali pulang ke rumah keluarga Charles.

***

Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela, membuat Rennaline terbangun. Dengan perlahan gadis itu membuka matanya. Ketika matanya sudah terbuka sepenuhnya, ia baru sadar bahwa ia tidak berada di dalam kamarnya, melainkan tempat asing yang Rennaline tidak tau ini di mana.

Rennaline merasakn pegal di seluruh tubuhnya, di detik berikutnya ia baru menyadari lagi bahwa ia tertidur dalam posisi duduk di sebuah kursi dengan kedua tangan dan kakinya yang terikat oleh tali.

"Sudah bangun sayang?"

Rennaline menolehkan kepalanya ke sumber suara. "Tante?" Ucapnya setalah melihat Alice berdiri tidak jauh darinya.

Alice tersenyum sinis, lalu tangannya meraih sebotoh air minum yang berada di atas meja. Setelahnya ia melangkahkan kakinya menuju Rennaline.

Tepat ketika Alice berdiri di depan Rennaline, wanita itu membuka tutup botol minuman itu, dan menumpahkannya ke wajah Rennaline.

Rennaline terbelalak, "tante!"

Alice menaikkan satu alisnya. "Apa?"

"Apa yang tante lakuin?!"

Alice melempar botol air minum yang sudah kosong itu asal. "Kau masih bertanya juga? Dasar gadis bodoh!"

Rennaline terkejut bukan main, melihat sifat dan kelakukan Alice yang berubah 180 derajat.

"Aku tidak percaya gadis bodoh dan jelek sepertimu bisa menjadi tunangan dari Dhiran Charles. Seperti kehabisan wanita di dunia saja, sehingga Ronald memilihmu menjadi menantunya."

Belum cukup terkejut dengan perubahan sifat Alice, kini Rennaline dikejutkan lagi dengan Alice yang mengetahui dirinya sebagai menantu keluarga Charles.

Rennaline menggeram, "siapa kau?! Bagaimana kau bisa tahu tentang itu?!"

"Tentu saja aku bisa tahu, itu adalah hal yang mudah gadis bodoh." Alice menarik sebuah kursi yang ada di sana, meletakkannya tepat di hdapan Rennaline. Kemudian duduk di sana.

Rennaline terdiam, kemudian otaknya berputar dan ia menyadari sesuatu yang selama ini terlalu ganjal. Arsen, ya cowok itu! Cowok yang popular di sekolahnya itu, tiba-tiba saja mendekatinya. Mengajaknya pulang bersama, bahkan mengajaknya ke rumah dan mengenalkan dirinya kepada Alice.

Apakah semua ini memang renca Alice dari awal? Pura-pura baik di hadapannya dan berakhir menculik dirinya.

Tapi, otaknya kembali berpikir. Jika itu adalah rencana Alice dari awal, untuk apa ia melakukannya? Keuntungan apa yang akan ia dapat dengan menculik dirinya? Rennaline jadi pusing memikirkan itu semua.

Alice memperhatikan wajah Rennaline yang tampak berpiki keras. "Apa yang sedang kau pikirkan gadis kecil?"

"Apa maumu sebenarnya?!" Rennaline sedikit membentak.

"Santai saja gadis kecil, kau membuatku takut. Hahaha." Alice memperlihatkan wajahnya yang pura-pura takut dengan bentakan Rennaline tadi.

"Mau ku yang sebenarnya ya?" Alice menyilangkan kakinya, tangannya mengusap-ngusap dagu tampak berpikir, kemudian menyeringai. "Tentu saja pembalasan dendam terhadap keluarga mertuamu!"

"Apa maksudmu?!" Rennaline melotot.

"Aku akan balas dendam kepada mereka karena telah memasukkan suami ku ke dalam penjara dan membuat kami bangkrut! Bahkan aku harus hidup dengan menggunakan identitas lain!"

Rennaline semakin tidak mengerti, suami Alice masuk penjara? Dan semua itu karena salah Ayah mertuanya? Itu mustahil!

"Jangan bercanda! Kalau Ayah Ronald, memasukkan suami mu ke dalam penjara, berarti suamimu memang melakukan kesalahan!"

Alice memutar bola matanya malas. "Sudah cukup bicaramu, kau terlalu banyak bicara gadis kecil."

Alice menolehkan kepalanya ke belakang, menatap seorang lelaki yang bertubuh besar yang ada di belakangnya. "Alex, kau tutup mulutnya dengan lakban. Gadis ini terlalu banyak bicara."

Lelaki yang bernama Alex itu mengangguk, lalu dengan cepat ia mendekat kearah Rennaline, hendak menutup mulutnya dengan lakban yang ada di tangannya.

Rennaline menatap tajam Alex, bahkan ia memberikan tatapan tidak sukanya pada Alex.

"Mau apa kau?! Menjauh dariku!"

"Maaf, tetapi menurut nyonya kau terlalu banyak bicara. Dan aku harus melakban mulutmu itu."

Alex mendekatkan lakban kearah mulut Rennaline. "Tidak! Jangan berani kau melakukan itu!" Ucap Rennaline sebelum mulutnya benar-benar ditutup dengan lakban.

Gadis itu meronta-ronta minta dilepaskan, ia bahkan tidak peduli dengan badannya yang kian sakit jika ia terus meronta, karena tali yang mengikat badannya sampai ke kaki itu terikat dengan kencang.

Alice berdiri, matanya menatap Rennaline dengan pandangan mencemooh. "Percuma saja kau meronta-ronta seperti itu. Itu hanya membuat badanmu menjadi lebih sakit." Kemudian Alice berjalan keluar dari ruangan itu, meningglkan Rennaline sendirian dengan tubuh yang terikat.

Rennaline hanyaberdoa dalam hati, agar Pak Steve, Ayah Ronald, Bunda Anna, dan Dhiran akan datang menyelamatkannya.


***
TBC

Jangan lupa berikan vote di setiap chapternya~

Follow instagram:
@official.ifilwp

I Fall In Love With Playboy [END]Where stories live. Discover now