Part 24

11.2K 425 11
                                    

Jangan lupa berikan vote
Happy reading...

***

Seketika perasaan Anna berubah menjadi tidak enak.

Perasaan ini adalah perasaan yang sama seperti 10 tahun yang lalu.

Dimana terjadinya kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tua Rennaline. Dan bahkan saat itu, Rennaline juga hampir kehilangan nyawanya.

Seketika ingatan itu kembali.

Flashback On

"Anna. Besok aku, Daniel dan juga Rennaline akan pergi berlibur." Natasha memekik senang.

"Ayolah Nat, kenapa kau terlihat senang sekali?"

"Tentu saja aku senang. Aku sangat jarang berlibur bersama suami ku, kau tahu sendiri bukan. Daniel sangat sibuk mengurusi perusahaannya. Tapi aku turut senang, karena kerja keras Daniel membuat Ashwin Group dapat melampaui Eitan Group." Natasha tersenyum lebar.

*

"Papa!" Rennaline berlari yang langsung ditangkap oleh Daniel, lalu mendudukkan gadis kecil tiu di pangkuannya.

Daniel mengelus lembut rambut Rennaline, "ada apa sayang?"

"Di mana teddy?"

Natasha yang mendengar pertanyaan Rennaline lantas mendekat kearah gadis kecil itu. "Teddynya udah mama masukin ke mobil sayang."

"Kau sudah selesai Nat? kalau sudah kita berangkat sekarang."

Natasha mengangguk menjawab pertanyaan Daniel barusan. Lalu mereka berjalan dan masuk ke dalam mobil. Entah kenapa hari itu Daniel bersikeras ingin menyetir mobilnya sendiri menuju ke bandara. Tidak seperti biasanya, Steve yang akan menyetir mobilnya.

Perjalanannya menuju bandara, ditemani oleh Steve dengan menggunakan mobil lain. Steve mengirinya di belakang. Lelaki itu menyetir santai sambil mendengarkan musik yang terputar di dalam mobilnya.

Sambil ikut bernyanyi mengikuti musik yang mengalun, tiba-tiba ia memicingkan matanya. Mobil Daniel yang berada di depannya, tampak berjalan tidak beraturan.

Ia menatap kedepan hingga tersadar, ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada mobil yang dikendarai oleh Daniel.

Sesuatu yang ia sadari, rem pada mobil Daniel tidak bekerja. Dengan sigap Steve menancap gasnya menambah kecepatan untuk membalap Daniel.

Brukkk

Tinnnn!!!

Dan betapa sialnya, belum sempat Steve membalap mobil Daniel, mobil itu sudah terlebih dulu menabrak truck besar yang berjalan dari arah yang berlawanan dengannya.

Steve, lelaki itu terkejut bukan main. Ia membulatkan matanya sambil menginjak remnya dengan sangat kuat, mengingat ia sudah menaikkan kelajuan pada mobilnya tadi.

Steve memarkirkan mobilnya asal, berlari secepat mungkin menuju mobil Daniel.

Steve panik, lalu tangannya mengambil ponsel dan menghubungi Ronald. Sedetik setelah Ronald menjawab telponnya, Steve langsung berucap. "Daniel kecelakaan!"

Steve mendekati Daniel. Daniel, lelaki itu kini terkapar dengan kepalanya yang bersimbuh banyak darah. "Daniel, kumohon bertahanlah." Steve berucap serak seraya memohon. Daniel mengangguk samar.

Steve mengumpat dalam hati, kenapa ambulance belum kunjung datang?!

"Steve..." Natasha berucap dengan susah payah, Steve menoleh. Ia tidak tega melihat keadaan Natasha yang seperti itu, wanita itu jelas menahan sakit.

"Rennaline.." Natasha berucap lagi.

Dan betapa bodohnya Steve! Ia melupan kalau Rennaline juga ikut di dalam mobil ini. Matanya mencari-cari di mana Rennaline, dan matanya terhenti pada Ronald yang menggendong gadis kecil itu. Anna yang bersama Ronald berlari menuju Natasha.

"Nat! Kau harus menahan ini sebentar sajaa. Ku mohon Nat." Anna berucap dengan air mata yang mengalir keluar dari matanya, tangannya menggenggam kedua tangan Natasha.

Natasha tersenyum. "Anna... Bisakah kau membawa putri ku, dan menyelamatkannya terlebih dahulu?" Natasha memohon, ai matanya juga mengalir keluar.

Perlahan tangannya yang juga ikut memegang balik tangan Anna mulai melonggar, rasanya ia tak tahan menahan rasa sakit yang menimpanya saat ini.

"Nat, tunggulah sebentar lagi."

"Maafkan aku Anna, dan ku mohon jagalah Rennalineku." Ucap Natasha sebelum matanya benar-benar tetrutup rapat, dan tangannya yang menggenggam Anna pun terlepas.

Anna yang melihat itu pun langsung menggoyang-goyangkan tubuh Natasha. "Nat, bangun! Nat, kau harus bangun! Rennaline membutuhkan mu Nat!"

"Natashaaaa!"

Flashback Off

Dengan panik Anna mengambil ponselnya yang terletak di atas meja, ia mencari kontak Ronald dengan tidak sabaran. Setelah menemukan kontak Ronald, ia langsung menghubungi suaminya itu.

"Halo bun?"

"Ronald! Rennaline, Rennaline." Anna berucap panik.

"Ada apa dengan Rennaline?"

"Rennaline, d-dia hilang."

"Apa maksudmu Anna? Berbicaralah yang jelas."

"Rennaline, dia menghilang Ronald! Dia hilang!!" Anna berucap histeris.

"Tenanglah Anna, kau jangan terlalu panik seperti itu. Tenangkan dirimu. Aku dan Steve akan pulang sekarang.

***

Dhiran memandang bundanya dengan cemas, sedari tadi Anna bejalan mondar mandir di depan pintu menunggu kedatangan Ronald. Wanita itu cemas, dan takut dengan keadaan Rennaline. Pikirannya yang tidak-tidak mengenai Rennaline selalu muncul di pikirannya.

Ketakutan yang besar, itulah yang dirasakan oleh Anna sekarang. Ia takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Rennaline, sudah cukup baginya Natasha pergi meninggalkannya, jangan ditambah lagi dengan Rennaline. Rasanya ia bisa gila jika itu terjadi, apalagi mengingat ucapan terakhir Natasha yang memintanya untuk menjaga Rennaline.

Terdengar suara sebuah mobil di depan, dengan cepat Anna membuka pintu dan keluar.

Ronald, Steve dan juga Rombi keluar bersamaan dari dalam mobil dan langsung menghampiri Anna yang wajahnya sudah kelewat cemas.

"Ronald, Rennaline menghilang!" Anna berucap histeris.

Ronald langsung mendekap tubuh istrinya dan berjalan membawanya masuk ke dalam rumah. Diirngi Steve dan Romi di belakang. Ronald lalu duduk bersama Anna di sofa yang ada di ruang tamu. Dilihatnya ada Dhiran di sana, wajahnya juga tampak sangat cemas.

"Dhiran, bisa kamu jelaskan maksud bunda mu? Rennaline menghilang, apa maksudnya?" Steve bertanya langsung dengan amarah yang coba ia tahan.

Dhiran lalu menjelaskan perihal Rennaline yang tidak pulang hingga selarut ini, ia juga menceritakan tentang teman-temannya yang bilang tidak mengetahui di mana keberadaan Rennaline.

Steve, Ronald, dan Romi mendengarkan penjelasan dari Dhiran. Lalu, Romi mengangkat sebelah alisnya. "Ponselnya aktif?" Tanya Romi pada Dhiran.

Dhiran mengangguk, "aktif, tapi pas coba di telpon nggak diangkat sama Rennaline."

Romi berdiri, "tunggu sebentar." Setelahnya ia sedikit berlari keluar rumah. Selang beberapa saat ia kembali dengan sebuah laptop di tangannya.

"Aku akan melacaknya."

Romi dengan ahli menggunakan laptopnya. Lalu lelaki itu menjetikkan jarinya, "dapat!"

Semua mata memandang kearah Romi. Romi menunjuk pada layar laptopnya, membuat mata semuanya mengikuti jari tangan Romi berada.

"Ponselnya sudah berhasil dilacak, dan berada di sini." Romi menunjuk pada titik merah yang muncul pada layar laptopnya. "Ini sangat dekat, tepatnya di depan minimarket yang berada di dekat sini."

Tanpa harus menunggu lagi, mereka semua segera keluar dan memasuki mobil. Menuju ketempat di manaponsel Rennaline berhasil dilacak.

I Fall In Love With Playboy [END]Where stories live. Discover now