Part 8

16.7K 623 10
                                    

Setelah 10 menit bel pulang sekolah berbunyi, Rennaline melihat sekelilingnya memastikan tidak ada seorang pun di sana. Setelah yakin tidak ada orang, ia pun berjalan menuju ke kelas Dhiran.

Betapa menjijikan pemandangan yang ada di depannya sekarang. Dhiran sedang bermesraan dengan pacar barunya. Sungguh, Rennaline merasa mual sekarang. Sungguh kah lelaki itu yang harus jadi tunangannya? Apakah tidak ada lelaki lain selain dia? Rennaline memekik dalam hati.

"Sayang, kok aku ga liat mobil kamu sih di parkiran? Kamu gak bawa mobil ya? Terus, kamu mau nganter aku pulang pake apa? Pake motor? Masa iya sih pake motor? Kamu tega bikin aku kepanasan gara-gara naik motor?" Ucap Elsa dengan suara yang sengaja di centil-centilkan.

Rennaline yang berada di depan kelas Dhiran, dan mendengar ucapan cewek itu pun hanya bisa memutarkan bola matanya.

Dhiran menggaruk tengkuknya, ia bingung mau menjawab apa. Tidak mungkin kan Dhiran bilang sama pacarnya kalau hari ini dia berangkat tidak menggunakan mobil ataupun motor, melainkan naik angkot? Yang ada reputasinya sebagai cowok keren nan tajir di sekolah langsung luntur seketika.

"Hmm, iya sayang. Hari ini aku gak bawa mobil. Jadi, aku gabisa nganter kamu pulang. Kamu gamau kan kalo dianter selain pake mobil? Mending hari ini kamu minta jemput sama supir."

Elsa mengangguk-angguk, "yaudah deh. Aku minta jemput sama supir aja. Aku kedepan duluan ya sayang." Ujarnya sambil berjalan keluar kelas menju gerbang sekolah.

Setelah Elsa melenggang pergi, barulah Dhiran menyadari keberadaan Rennaline di depan kelas. "Dari tadi lo di sini?"

Rennaline mendengus. "Yaiyalah, udah dari tadi gue di sini. Sampe enek gue liat drama lo berdua."

Dhiran langsung melotot pada Rennaline, yang membuat Rennaline langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

Dhiran berjalan menuju ke parkiran sekolah, diiringi oleh Rennaline di belakangnya. Keadaan sekolah sudah lumayan sepi, mengingat ini sudah lewat dari 15 menit setelah bel pulang sekolah berbunyi.

Rennaline terus melangkahkan kakinya hingga tak sadar jika Dhiran sudah berhenti melangkah. Yang tentu saja membuat Rennaline menabrak punggung cowok itu tanpa sengaja.

"Kenapa jadi tiba-tiba berhenti?" Ucap Rennaline jengkel.

Dhiran membalikkan badannya. "Mana kunci motor lo?"

"Kunci motor? Kunci motor apaan?"

"Lo ke sekolah naik motor kan? Sini, mana kunci motor lo?" pintanya.

Rennaline menghembuskan napasnya perlahan. "Boro-boro naik motor ke sekolah. Punya motor aja ngga."

Dhiran menghela napas. "Terus ke rumah gue mau pake apaan?"

"Angkot." Sahut Rennaline singkat, padat, dan jelas.

Tidak ada pilihan lain, akhirnya Dhiran dan Rennaline memilih naik angkot. Mereka berdua tidak mungkin memilih untuk naik taxi. Sebab, Rennaline tidak membawa cukup uang, dan uang Dhiran sendiri juga habis ia gunakan untuk jajan di sekolah.

Saat berada di dalam angkot, rasanya Dhiran ingin cepat-cepat sampai kerumahnya. Ia sangat tidak tahan berada di dalam angkot yang begitu panas, sempit, dan banyak orang. Ditambah lagi ada ibu-ibu yang sedang menyusui anaknya duduk tepat bersebrangan dengan Dhiran. Cepat-cepat lelaki itu mengalihkan pandangannya kesamping. Rennaline yang melihat wajah malu Dhiran pun hanya terkekeh geli.

20 menit berada di dalam angkot, yang menurut Dhiran angkot itu sangat menyiksa dirinya. Yang membuat dirinya menjadi lusuh dan sangat berkeringat. Akhirnya mereka sampai di kediaman keluarga Charles.

I Fall In Love With Playboy [END]Where stories live. Discover now