Part 9

16.1K 596 6
                                    

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Dhiran langsung menuju ke kelas sebelah, yaitu kelas Rennaline.

Sesampai di depan kelas sebelah, Dhiran melihat pacarnya berjalan menuju kearahnya. "Sayangg. Kamu nganter aku pulang kan?"

Dhiran menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia lupa mengenai pacarnya, Elsa. Apa yang harus ia katakan pada Elsa?

"Aduh, gabisa saying. Aku sibuk banget hari ini, ada urusan. Maaf banget yaa?" Jawab Dhiran beralasan.

Eveleyn keluar dari dalam kelas, dan melihat sosok Dhiran berdiri tepat di depan kelasnya. "Dhiran? Ngapain disini?"

Elsa menoleh kearah suara, dan langsung menatap sini Evelyn. "Genit banget lo nanya-nanya sama pacar gue."

"Apaan sih lo, nanya doang juga." Sahut Evelyn jengkel.

Kedua tangan Dhiran memegang pundak Elsa, dan memutar tubuh cewek itu kearah depan. Dari belakang, Dhiran mendorong pelan Elsa membawanya hingga ke depan tangga.

"Sayang, mending kamu pulang sekarang, minta jemput sama supir. Oke?"

Dengan wajah yang cemberut, Elsa mengangguk, dan turun menuruni anak tangga. Dhiran pun kembali ke depan kelas Rennaline.

"Lyn, Rennaline mana?" Tanyanya sambil melirik ke dalam kelas, tidak melihat tanda-tanda Rennaline berada di dalam kelas.

Evelyn menaikkan sebelah alisnya. "Lo? Nyariin Rennaline? ngapain?" Tanyanya penuh selidik.

Evelyn bingung, kenapa 2 hari ini Dhiran selalu mencari Rennaline? Mereka berdua ada hubungan apa?

"Ada urusan Lyn. Lo tau gak dia dimana?"

"Rennaline ada di perpus, katanya mau minjem buku."

Setelah mengetahui keberadaan Rennaline, sesegera mungkin ia berjalan menuju perpustakaan. Di depan pintu perpustakaan Dhiran melihat sosok Rennaline dan seorang lelaki yang ia tahu itu siapa. Itu adalah Arsen, cowok saingannya di SMA Brites.

"Katanya mau minjem buku, kok malah pacaran di sini?" Ujar Dhiran sambil menatap sinis Arsen yang berdiri di samping Rennaline.

Rennaline mendengus kesal. "Apaan sih. Orang gue udah minjem buku dari tadi juga."

Setelah menyahuti ucapan Dhiran, cowok itu tiba-tiba saja menarik tangan Rennaline dengan paksa. "Ikut gue." Ujarnya.

Arsen yang melihat kejadian itu di depan matanya pun langsung menarik kembali tangan Rennaline, ia melepas paksa tangan Dhiran yang mencengkram kuat tangan Reannaline.

"Lo kalau sama cewek jangan kasar dong. Langsung main tarik-tarik tangan orang sampe merah gini." Arsen memperlihatkan pergelangan tangan Rennaline yang memerah akibat cengkraman Dhiran barusan.

Dhiran menghela napas dengan kasar. Keberadaan Arsen tentu saja sangat mengganggunya. Rennaline yang melihat wajah Dhiran yang tampak tidak suka dengan keberadaan Arsen itu, langsung berjalan ke samping Dhiran. Dan itu membuat Dhiran maupaun Arsen menatap kearahnya dengan bingung.

"Kak, gue duluan ya." Ujar Rennaline pamit dengan senyum di wajahnya, seraya menarik Dhiran menjauh.

Rennaline lebih memilih untuk mengikuti apa kata Dhiran, dan menarik cowok itu menjauh daripada harus menyaksikan perkelahian antara Dhiran dan Arsen. Karena memang, Dhiran dan Arsen tidak akur. Entah apa alasannya, Rennaline juga tidak tahu.

Sambil berjalan bersamaan menuju parkiran sekolah. Rennaline berbicara, "lo gausah antar gue deh, gue mau ke café. Jadi lo mending lansung pulang aja."

"Bakal gue tunggu," sahutnya tanpa menoleh kearah Rennaline.

Rennaline memutar bola matanya, merasa kesal dengan Dhiran yang bersikeras untuk pulang bersama. "Maksa banget sih lo anjir, lo ngapa jadi maksa gue gini sih?"

I Fall In Love With Playboy [END]Where stories live. Discover now