8 | Tanya Jawab

6.4K 472 7
                                    

"Ok. Kita mulai dari mana nih?" tanya Dika bersemangat.

"Hmmm, keluarga kali ya. Coba ceritain tentang keluarga kamu," Jena tak kalah bersemangat.

"Well. Saya anak tunggal. Ayah saya orang Perancis, Ibu saya orang Jogja asli. Mereka berdua sudah meninggal. Saya nggak pernah tahu keluarga ayah saya, dan satu-satunya keluarga ibu adalah adiknya yang meninggal 2 tahun lalu, nggak pernah menikah. Jadi, technically, saya ini sebatang kara. Kalo kamu?"

"Keluarga saya besar. Papa orang Surabaya, Mama orang Bandung. Papa meninggal 5 tahun yang lalu. Jadi sekarang di rumah cuma ada Mama, Celia, dan saya. Saya punya tiga sepupu dari pihak Papa dan dua dari Mama. Mereka ada yang tinggal di Bandung, di Surabaya, di Jogja, di Malang dan di Lampung. Oh ya, kamu bilang kuliah kamu di Bandung nggak selesai karena kamu pindah ke Jakarta, terus kamu pernah terusin kuliah kamu nggak?"

"Ya, saya terusin kuliah saya di Jakarta, Fakultas Sastra."

"Yah setidaknya jurusan kuliah kamu mendekati pekerjaan kamu. Nggak kayak saya sama Celia."

"Nggak juga sebenarnya. Saya lebih menikmati aktivitas saya sebagai traveller daripada sebagai aktor dan saya lebih banyak berkeliaran di tanah orang daripada pulang ke rumah."

"Wow. Interesting. Makanan favorit kamu apa?"

"Pasta."

"Minuman?"

"Kopi, segala jenis kopi, dari espresso sampai machiatto, dari yang lokal sampai yang impor, dari kopi sachet sampai kopi buatan barista saya suka. Tapi saya paling suka latte. Kamu suka kopi juga?"

"Saya lebih suka teh."

"Kalau makanan?"

"Apa ya? Saya sih pemakan segala. Hmm, coklat deh. Mood booster buat saya."

"Mantan pacar?" suara Dika terdengar ragu-ragu.

"Saya nggak punya mantan pacar, saya punyanya mantan suami," jawab Jena pelan.

"Jadi kamu nggak pernah pacaran selain sama Rangga?"

"Nope."

"Yoga? Saya kira dia suka sama kamu loh. Sebelum saya tahu dia pacarnya Celia."

Jena tersenyum, bersiap melontarkan monolog yang sudah dia katakan jutaan kali sampai dia hafal di luar kepala, “Orang tua saya sama orang tua Yoga memang niatnya ngejodohin kita berdua, tapi persahabatan saya sama Yoga terlalu platonis buat ada cinta semacam itu. Dan akhirnya dia malah jatuh cinta sama Celia."

"Ooh. Eh iya, syarat saya yang ketiga. Kamu harus ajarin saya segala sesuatu tentang penyakit kamu."

"Ok. Bentar." Jena mengaduk-aduk isi tasnya dan mengeluarkan inhalernya dan botol plastik berisi tablet-tablet obat. "Botol ini isinya tablet theophillin, saya harus minum ini sehari sekali, buat memperlebar saluran nafas saya. Yang ini namanya inhaler, ini saya pakai kalau saya kena serangan asma."

"Waktu di London kamu pakai inhaler ini, tapi kamu nggak menunjukkan kena serangan asma, cuma kelihatan kayak orang abis lari."

TROUVAILLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang