23 | Let's Get Married

5.1K 372 10
                                    

Maka malam itu Jena tidur di kamar Dika, berbagi tempat tidur dengannya. Jena sudah meringkuk di pelukan Dika seperti biasa, mendengarkan detak jantungnya dan menghirup aroma tubuhnya.

"Dika, we're not married yet, we shouldn't be like this, are we?"

"Kamu tinggal terima lamaran saya dan kita bisa nikah dan kita nggak perlu takut lagi tidur di kasur yang sama."

"Bukan itu maksud saya."

"Kamu takut saya lepas kendali?" Jena tidak menjawab pertanyaan Dika.

Dika menghela napas pelan sebelum meneruskan perkataaannya. "Kamu tahu kenapa saya nggak punya kondom?" Jena hanya menggelengkan kepalanya.

"You can laugh at this but... I'm a virgin. Old and virgin."

"What? Kamu sama Marsha... You were never..."

"No, we never had sex. We were making out, yes, but we never had sex."

"Wow."

"Kamu sekaget itu? Nggak semua kehidupan artis itu seperti yang kamu kira, Jena."

"Ya saya nggak nyangka aja. Wah, saya jadi makin nggak enak."

"Kenapa?"

"I'm a widow, Dika. I'm just like a secondhand thing."

"Jangan ngomong gitu. I don't care about it. Besides, you can teach me how to do it, then," kata Dika sambil mencium bibir Jena, sedikit menggigitnya untuk menggodanya.

Jena tertawa sebelum menjawab, "I don't believe you don't know the theory."

"I know the theory, but I want to do it the way you want, the way you like."

"We will have so much time to explore it."  

¤¤¤¤

"Just close your eyes and kiss me, okay?"

"Okay."

Ini adalah hari dimana Jena akan melakukan syuting menggantikan Adel. Syuting dilakukan pada sore hari tapi dari pagi tadi Jena sudah berada di ruang rias. Penata rias mereka mencukur alisnya, memoleskan shading dan highlight di wajahnya, dan menata rambutnya dengan ajaib sampai dia terlihat mirip dengan Adel.

Mas Beni sudah memberi pengarahan padanya. Saat Mas Beni berkata 'action!', Dika akan memeluknya beberapa saat sebelum mereka berciuman. Pengambilan gambar rencananya akan di lakukan dua kali untuk mendapatkan dua sudut pandang berbeda, dari samping dan dari atas. Mungkin menggunakan drone, pikir Jena.

Dika dan Jena sudah berada di balkon bersama beberapa orang kru. Mas Beni meminta Dika bersandar di pagar balkon dan Jena berdiri di depannya membelakangi kamera, dengan begitu muka Jena tidak akan tersorot kamera dari dekat.

"Ok, everyone ready ya! Jena, relax okay!" teriak Mas Beni.

Jantung Jena berdebar sangat kencang sekarang dan kakinya terasa seperti jeli, mungkin sebentar lagi dia tidak akan bisa berdiri tegak seperti ini. Tapi Dika menyentuh dagunya dan menatapnya dalam-dalam sambil tersenyum, senyum menawan yang berhasil sedikit mengurangi kegugupannya.

"Action!" teriak Mas Beni lagi. Saat itu juga kegugupan dan ketakutan Jena memuncak lagi. Otaknya kosong, dia tidak tahu harus apa. Tapi sedetik kemudian Dika memeluknya, otomatis Jena melingkarkan lengannya di pinggang Dika dan menghirup aroma tubuh pria kesukaannya itu.

TROUVAILLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang