17 | Aren't You Supposed to Have A Ring Right Now

4.6K 372 13
                                    

"Yeah, I really love it. But I still don't like surprises."

"Astaga! Not again."

"Kalau saya tahu kamu bakal ngajak saya kesini kan saya nggak perlu bawa baju lain selain baju renang sama baju pantai. Dan saya nggak bawa peralatan snorkeling."

"Kamu bisa snorkel?"

"Bisa dong. Salah satu terapi untuk asma itu berenang, jadi saya sudah bisa berenang bahkan sebelum saya lulus TK. Kenapa senyum-senyum?"

"Kamu lucu. Yuk, yang lain udah jalan."

Mereka mengikuti Yoga dan Celia yang sudah mengikuti seorang staff yang akan mengantar mereka ke villa. Saat mereka sampai di villa, Celia dan Yoga sudah menempati salah satu kamar.

"Oi, main sekamar aja kalian!"

"Oh, come on, we're grown up, Jei." balas Yoga.

Akhirnya Jena masuk ke kamar yang lain, kamar yang akan dia tempati bersama Dika. Kamarnya luas, dengan ranjang putih yang sangat besar dan jendela-jendela tinggi yang menyuguhkan pemandangan laut padanya. Jena berjalan mendekat ke teras kamar, membukanya, lalu melangkah keluar, mengagumi pemandangan luar biasa di depannya.

Suara jepretan kamera mengalihkan perhatiannya. Dia menoleh dan mendapati Dika lagi-lagi sedang memotretnya. Dika kemudian mendekatinya dan memeluk pinggangnya dari belakang, menghirup aroma rambut Jena yang seperti aroma jeruk. Jena meletakkan tangannya di atas tangan Dika dan menyandarkan kepalanya ke dada Dika, merasakan detak jantungnya.

"So, we share the room again?" tanya Dika.

"Ya, last time I checked. Kecuali adik dan sahabat saya berubah pikiran."

"I hope they don't." Jena melempar pandangan pada Dika mendengar ucapannya.

"Karena saya juga pengen menghabiskan waktu berdua sama kamu," lanjut Dika.

"Kita kan sering berdua di apartemen kamu."

"Pemandangan apartemen nggak sebagus pemandangan disini." Mereka kemudian diam, hanya berpelukan dan menikmati kebersamaan mereka.

"Thanks," bisik Jena.

"Untuk?"

"Semuanya. Saya... Saya berasa hidup lagi semenjak kita ketemu di London. Saya bisa move on dari Rangga. Saya bisa menghargai hidup saya lagi. What did I do to deserve a man like you?"

"Hmmm, answered your mom's call?" Mereka tertawa mengingat pertemuan mereka di London.

"Kamu mandi duluan, nanti kita bisa tidur sebentar terus makan siang," kata Dika sambil mengecup puncak kepala Jena.

Setelah mandi, Jena kembali ke kamar dan melihat Dika sedang membuka kaosnya sambil mencari sesuatu di kopernya. Jena berdiri di ambang pintu dan memperhatikannya, perutnya yang sixpack, dadanya yang bidang, bahunya yang lebar...

"Menikmati pemandangan?" Objek yang sedang diperhatikannya tiba-tiba menoleh padanya dan memasang senyum yang paling menawan, membuat jantungnya melompat dengan irama yang aneh.

"Ya, thanks for the view. Kamu mandi sana!" Jena berusaha menyembunyikan mukanya yang merah dengan pura-pura mencari sesuatu di kantong celananya.

"Nggak ada yang salah dengan mengagumi badan pacar sendiri loh," kata Dika sambil berlalu ke kamar mandi dan memasang cengiran jahilnya.

¤¤¤¤

Dika kembali ke kamar setelah selesai mandi dan mendapati Jena sudah meringkuk di tempat tidur. Dia naik ke tempat tidur dan berbaring di sebelah Jena, memperhatikan wanita itu, wanita yang sangat dicintainya. Dia tidak pernah berhenti bersyukur karena akhirnya Jena mau menerima cintanya. Mereka sudah memutuskan untuk merahasiakan hubungan mereka dari publik sampai Jena siap untuk menjadi terkenal karena berstatus sebagai kekasih Mahardika Marsh. Dika sudah memberikan peringatan pada Jena bahwa dia pasti akan jadi terkenal seperti dirinya. Karena itulah Jena meminta padanya untuk merahasiakan hubungan mereka untuk sementara waktu.

TROUVAILLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang