28 | You Are Loved

4.5K 329 5
                                    

When you feel you're alone
Cut off from this cruel world
You're instincts telling you to run
Listen to your heart
Those angel voices
They'll sing to you they'll be your guide back home
When life leaves us blind
Love keeps us kind
It keeps us kind
When suffered enough
And your spirit is breaking
You're growing desperate from the fights
Remember you're loved
And you're always will be
This melody will bring you right back home
When life leaves us blind
Love keeps us kind
When life leaves us blind
Love keeps us kind

Jena terbangun dan segera menutup matanya lagi. Lampu di langit-langit ruangan di atas kepalanya sangat menyilaukan, kepalanya langsung terasa sakit seketika. Untuk sesaat dia merasa bingung tentang keberadaannya. Sampai bau khas rumah sakit menyerang hidungnya dan menyadarkannya bahwa dia berada di ruang rawatnya.

Dia bisa mendengar sebuah lagu dimainkan berputar-putar. Penyanyinya berteriak-teriak tidak seimbang dengan petikan gitar  dan dentingan piano sebagai latarnya, membuatnya makin sakit kepala. Mencari sumber suara, Jena menemukan sebuah ponsel tergeletak di meja sebelah ranjangnya. Itu ponsel Yoga, tidak ada orang selain Yoga yang memiliki phone case dengan gambar Black Panther dan Iron Man sedang bermain congklak. Kenapa ponsel Yoga bisa ada di sini? Yoga kan sudah pulang sejak tadi.

Saat itulah ingatan tentang pisau buah, uluran tangan Rangga, senyuman Papa, benda berwarna merah yang berhamburan di pangkuannya, dan wajah pucat Yoga menghantamnya sekaligus. Seketika itu juga Jena sadar bahwa upaya bunuh diri yang dilakukannya gagal.

Tidak seperti negara-negara  maju yang sudah mulai menyetarakan kesehatan mental dengan kesehatan fisik. Di Indonesia, kesehatan mental masih tidak dianggap penting dan mengalami depresi justru dianggap hal yang memalukan. Apapun gangguan mental yang dialami seseorang, orang itu kerap dicap sebagai orang gila. Dan upaya bunuh diri akibat depresi akan menjadi sebuah aib, apalagi jika upaya bunuh diri  tersebut gagal, seperti Jena.

Tapi Jena masih mati rasa. Dia tidak merasa malu, tidak merasa menyesal, tidak merasa marah, tidak merasa sedih atau apapun. Dia hanya menghela napas dan kembali memejamkan matanya, berusaha berkonsentrasi pada lagu yang mengalun, satu-satunya sumber rangsangan agar otaknya tidak terlalu kosong.

And that's it. The song hits hard. So fucking hard.

Semesta memang terkesan kejam pada Jena. Suaminya direnggut paksa, kekasihnya pergi tanpa memberi penjelasan, dan sekarang dia harus kehilangan kesempatan untuk memiliki anak. Tapi dibalik itu semua masih ada orang-orang berhati malaikat yang selalu siap sedia menariknya dari tepi jurang dan mengantarnya ke rumah dengan selamat. Keluarganya.

Jena dibutakan oleh kesedihan dan keputus asaannya sendiri sampai lupa bahwa dia masih memiliki orang-orang yang mencintainya. Akan selalu mencintainya. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, berbagai perasaan berkecamuk dalam hati Jena sampai sakit rasanya.

Air matanya sudah hampir meleleh saat pintu kamarnya terbuka dan Yoga masuk ke dalam ruangannya. Pria itu tercengang di depan pintu melihat Jena sudah membuka matanya, entah apa yang ada di pikirannya. Untuk sesaat mereka terdiam, tenggelam dalam mata satu sama lain, sampai akhirnya Yoga berlari ke arahnya dan Jena meringkuk dalam pelukan Yoga.

Jena yang hatinya sudah setengah hancur tidak kuasa lagi menahan tangis mendengar isakan Yoga. Sakit sekali rasanya. Kepalanya berdenyut menyebalkan, matanya perih, dan paru-parunya seperti kekurangan oksigen sebanyak apapun dia bernapas. Sampai akhirnya dia terkulai tak berdaya, masih dalam pelukan Yoga.

Jena mendongakkan kepalanya sedikit, mencari mata Yoga. Dan pemandangan mata Yoga yang merah dan bengkak sekali lagi berhasil membuat hatinya berdarah lagi.

TROUVAILLEWhere stories live. Discover now