Part 3 (New Mission)

8K 552 4
                                    

Seorang pria tinggi dengan kulit putih pucatnya menghampiri Anya yang sedang sit up. Ia terhenti dan terus menatap dari belakang, memanfaatkan sedikit waktu untuk menikmati kecantikan seseorang yang terkenal dengan panggilan The Death Angel oleh para targetnya, “Terpesona, heh?” ucap Anya tanpa menghentikan kegiatannya membuat pria itu harus menarik paksa dirinya kembali ke dunia nyatanya.

“Kau tahu, Z? Prof. Albert marah karna kau membunuh orang itu dan sekarang dia terus-terusan mengumpat karna harus meneliti senjata itu.” pria itu berdiri tepat dihadapannya sambil melipat kedua tangan di depan dada, bagaikan seorang ayah yang  mendapati anak gadisnya kabur bersama lelaki tak dikenal di tengah malam.

“Dan membuang 3 bulan waktuku memata-matai psikopat itu untuk menghentikan kegiatan gilanya dengan senjata yang bisa membunuhku kapanpun, setelah mendapatkan senjatanya dia ingin dengan gampangnya mendapat informasi senjata laknat itu dengan mudah? Maaf. Itu bukan caraku. Dan jangan lupakan V yang hampir tewas, Dua kali,” jawabnya menggebu dengan penekanan di akhirnya, meluapkan semua kekesalannya pada professor gila yang tidak tahu betapa menggilanya dia untuk menangkap pria itu sampai membuat sahabatnya sendiri terluka. Kemudian melanjutkan sit upnya yang tertunda.

“Kau tahu aku takkan pernah  menang berdebat denganmu, Z. Aku ke sini ingin membicarakan misi barumu” ucap pria itu lalu duduk menghadapnya, Anya menghentikan sit upnya dan duduk memperhatikan pria itu, “Misi baru?”

Pria itu menatap agentnya tajam, “Jangan bilang kau belum melihatnya.”

Anya hanya bisa tersenyum malu membenarkan perkataan pria itu, lagipula ia tidak benar-benar peduli misi seperti apa yang didapatnya, toh selama ini si vampire tua dihadapannya akan selalu mengingatkannya, “alkomku rusak karna senjata laknat itu. Tolong bicara dengan Prof. Alana untuk membuatkan yang baru, untukku dan V. Kau taukan, aku sangat takut dengannya. Aku pasti akan dikurung di labnya dan harus mendengarkan ceramahan dia seharian penuh, dia selalu tahu cara menyiksaku.”

Prof. Albert memang pria yang menyeramkan, tapi dia hanya akan marah dan mengumpat-dalam kesehariannya tentu- berbeda dengan Prof. Alana yang memiliki aura sangat menyeramkan jika ada yang merusak barang buatannya. Jangan coba-coba dengannya karna tak pernah ada yang tahu seperti apa Prof. Alana mengamuk, karna kebanyakan dari korbannya tidak pernah mau membicarakannya, yah sepertinya mereka diancam, fyi.

Seperti kalimat ‘marahnya orang yang nggak pernah marah itu MENYERAMKAN’.

“Baiklah,” pria itu memberikan Anya minuman ion yang dibelinya saat ke markas “misi barumu kali ini mudah dan sulit”. Anya mengangkat sebelah alisnya, mempertanyakan maksud perkataan mentornya, “Jangan labil. Mudah atau sulit?”

Anya menjerit kesakitan akibat jitakkan yang diberikan mentornya itu dengan spontan ia mengusap-usap kepalanya dengan harapan usapan itu dapat mengurangi panas di keningnya.

“Dengar dan jangan memotong! Karna kau akan bekerja sendiri!” Ia mengerucutkan bibirnya, hanya itulah yang bisa dilakukannya jika pria di hadapannya itu mulai serius, tahap dimana vampire pucat yang menawan berubah menjadi pria tua matre dengan cerutu yang mengepulkan asap berbau cengkih kadaluarsa, well bayangkan sendiri, ia terlalu malas untuk mendeskripsikannya.

“Targetmu kali ini adalah vampire penyeludup senjata dan melakukan perdagangan manusia. Tugasmu kali ini sangat mudah yaitu membunuhnya, tapi dia berbahaya karena memiliki koneksi dengan para pengkhianat makhluk immortal, rumornya salah satu rekannya merupakan hamba setia... Lu- kau pasti tahu siapa yang kumaksud, jadi berhati-hatilah, dan lakukan ini dengan bersih. Tidak melibatkan manusia. Jangan lupakan dewan manusia.”

Anya tahu benar apa yang akan terjadi jika dewan sampai tahu ada makhluk immortal terlibat dalam perdagangan manusia, hancur sudah perjanjian yang sudah bertahan ratusan tahun. Kau ingin tahu apa perjanjiannya? Hanya sebuah larangan bahwa kami-makhluk immortal- tidak boleh melibatkan manusia dalam urusan kami, begitupun sebaliknya. Isinya? Tidak ada yang benar-benar tahu detail isinya seperti apa, tapi kedua belah pihak sama-sama tahu, itu hanyalah hitam di atas putih, formalitas.

“Baiklah, ada lagi?”

“Untuk saat ini sampai disitu, kamu bisa melihat sisanya di alkommu”.
Anya hanya membalasnya dengan anggukan dan pergi meninggalkan pria itu.

“Anya,” mendengar nama aslinya dipanggil membuat langkahnya terhenti tanpa membalikkan badannya sedikitpun, ia tahu saat ini ia dalam pembicaraan penting jika pria itu sudah memanggil nama aslinya, “Ya?”

“Berhati-hatilah, waktumu hanya satu minggu, gagal tidaknya misi ini kamu harus kembali, lebih dari itu kesempatanmu untuk kembali 1:100. Kau.Harus.Pulang.”

Anya tersenyum dan membalikkan badannya menatap pria dihadapannya dengan hangat, “Aku akan baik-baik saja, Calvin. Janji” ucapnya dan membuat pinky swear depan wajahnya tanpa mengaitkan jari kelingkingnya dan pergi meninggalkan pria itu, Calvin. Masih ada 1 harapan diantara 100 kemustahilan bukan? Itu sudah cukup bagi seorang Anya.

Ia melewati lorong dalam keheningan, tidak ada perasaan apapun dalam dirinya kini-selalu begitu- ia berhenti tepat di depan kamarnya, lebih tepatnya kamar markasnya lalu menempelkan telapak tangannya di depan LCD persegi panjang berlapis cahaya biru terang di sebelah kanan kamarnya.

“Code.”

“D-008 Red 001.”

Sebuah jaring transparan dengan sinar biru keluar, menyensor seluruh tubuhnya mulai dari atas sampai ke bawah, memastikan bahwa orang itu adalah penghuni kamar itu.

“Welcome agent Z”

Ia melangkah masuk ke kamarnya, tanpa bersantai lagi ia bergegas membersihkan dirinya, seperti biasa ia menggunakan sabun beraroma lemon favoritnya, menikmati segarnya aroma lemon dalam waktu singkatnya, setelah itu ia masuk ke dalam room closetnya dan menekan tombol hitam interkom di sudut ruangan.

“D-008 Mission.”

Sebuah layar hologram muncul dihadapannya, menampilkan semua data yang didapat para informan mengenai targetnya, ia membaca dengan serius seluruh data yang ada, mulai dari biodata sampai kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan targetnya. Matanya membulat beberapa detik kemudian diganti dengan hembusan nafasnya berat, “Lagi?”

Ia menekan tombol hijau di interkomnya, dan beralih memilih pakaian apa yang cocok untuknya berperan malam nanti.

Welcome agent Z, W-1886 in. Hey Z! Aku tak menyangka kau akan mendapatkan misi khusus! Aku kira kita akan menjalankan misi bersama tim penuh kita!” Suara disebrang sana begitu ceria, si penyihir yang menjadi kunci utama setiap misi sebagai pembantu di balik komputer, jangan remehkan pekerjaan mereka karena apapun yang dibutuhkan agent lapangan akan selalu dapat disediakan olehnya.

“Ku harap begitu E, hampir 7 bulan kita tidak full team. Got you.” ucap Anya saat menemukan pakaiannya.

“Hah, btw Red Team mendapatkan misi tingkat A tanpa dirimu, dan ini tidak mengasyikan!”

“Hmm. Siapkan senjata untukku dalam bentuk perhiasan dan satu paket MD Illusion dalam gelang. 10 menit.” Anya memutus interkomnya dengan E kemudian memutar tubuhnya dan melihat pantulan dirinya di cermin.

Hello Bitch.

o00o
19072017
Re: 200618

Multimedia: Black mini dress weared by Z.

Ciao ma kind reader!! Jangan lupa tekan vote yaa, comment juga boleh~


Best regards,

Emma

Mate MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang