Part 40 (Decision)

2.4K 240 19
                                    

Keduanya saling bertatap tajam, mempertahankan argumen masing-masing, dengan alasan klasik tidak ingin pasangan mereka terluka, walau mereka tahu dengan benar tidak ada yang benar-benar bisa mereka selamatkan. Perempuan bersurai hitam itu menghela napasnya, melepaskan tatapan tajamnya menjadi sendu, bukan pertengkaran ini yang ia inginkan untuk perpisahan mereka.

Anya memegang kedua lengan pria dihadapannya lembut, berharap itu dapat mengurangi kemarahan pria dihadapannya, "Kumohon... mengertilah."

"Kalau begitu mengertilah diriku, Anya." Anya tersenyum masam begitu Devian lebih memilih menatap arah lain selain dirinya. Ia tidak pernah tahu bahwa begitu –sangat- merepotkan memiliki seorang mate, terlebih seorang Alpha yang memiliki hasrat besar.

"Ini alasanku menempatkan mate didaftar terakhir hidupku." Mau beralasan bagaimana pun, tidak bisa dipungkiri bahwa ia mulai menaruh hati pada Alpha itu, dan itu sangat menyebalkan ketika ia sadar bahwa ia harus mengibarkan bendera putih akan daftar hidupnya kini, well hidup tidak pernah benar-benar sejalan dengan yang kau inginkan bukan?

"Listen up! I care about you, for sure. Tapi aku punya urusan yang lebih penting, ini mengenai hidup manusia di sana Dev, dunia yang begitu dilindungi Dad. Jadi kumohon...kumohon untuk..." Ia tidak bisa lagi berkata-kata, permasalahan yang ada membuat pikirannya kacau, tujuannya ke sarang untuk mengistirahatkan pikirannya sejenak, bukan membiarkan masalah itu menghantuinya, bukan berarti ia tidak senang dengan keberadaan Devian, ia senang tentu saja! Namun bukan situasi seperti ini yang ia harapkan.

Ia sudah memantapkan hatinya, kini ia akan kembali ke markas dan menyelesaikan misinya. Tidak ingin melanjutkan situasi yang bisa membunuhnya kapanpun, ia memilih berbalik dan berjalan meninggalkan Devian, tidak peduli ketika perasaan gundah kembali memenuhi hatinya, sungguh! Ia sangat ingin memaki semua orang yang ada, meluapkan seluruh kemarahannya selama ini, namun tetap saja sekeras apapun ia memaki, tidak akan ada yang peduli.

Perasaan gundah yang ada meluap begitu pelukan hangat itu melingkupinya, Devian memeluknya begitu erat, membuatnya merasa begitu dicintai dan dilindungi. Tanpa sadar, air matanya menetes keluar, perasaan inilah yang ia rindukan selama ini, rasa hangat penuh cinta yang dulu ia dapatkan dalam kehidupan normal, normal senormal-normalnya kehidupan manusia diluar sana.

Isakan itu semakin dalam, tubuhnya bergetar begitu kuat dalam pelukan hangat itu. Devian membalikkan tubuhnya, menyentuh wajahnya begitu lembut, seolah wajahnya adalah barang rapuh jika ia tidak berhati-hati menyentuhnya, "Sttttt..." Desis Devian berusaha menenangkannya.

"Takut... aku takut Dev. Semua pergi begitu saja, seolah aku tidak ada artinya bagi mereka." Ia mengeluarkan ketakutannya dengan terbata, namun tidak dengan kemarahannya, ia marah, begitu marah pada siapapun yang menciptakan takdirnya, ia begitu kesal dan marah sampai rasanya ia hanya mampu menangisi semuanya.

Tangisan Anya mendadak berhenti, matanya membelalak melihat Devian mencium bibirnya. Situasi melankolis yang tercipta meluap dalam hitungan detik menjadi kekesalan. Ia menatap Devian kesal dengan wajah sembab yang penuh airmata dan hidungnya yang memerah, Pukulan cukup keras mendarat tepat di pelipis Devian, "Mesum sialan!"

"Bagaimana bisa kau memukulku? Aku tahu caranya menghentikan perempuan menangis, kupikir itu berhasil membuatmu berhenti menangis." Ia mengurungkan niatnya memaki Devian, kala pria itu mengucapkan kata-kata menggelikan itu dengan cepat, ketahuilah itu sangat cepat.

Kemarahannya meluap mengingat pria itu punya inisiatif untuk menenangkannya. Senyum manis mengembang di wajah Anya dengan apa yang baru saja terjadi, ia merasa menjadi begitu lebih berharga dan semangat, kini ia telah memantapkan hatinya untuk melanjutkan semuanya, tidak ada lagi keraguan.

"Ayo pulang, dan lanjutkan peran kita masing-masing."

"Together, Anya."

o00o
15012018
11112019

Hello.... it's me~ hiyaaaaa mian, Emma lupa buat update, thank you buat yang udah ingetin akuu 😚😚😚

Welcome back my beloved reader, thanks for your appreciated before, and now don't forget to click star ⭐ or comment 😉 bye bye, see yaa next part~

Best regards,

Emma

Mate MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang