Part 17 (Hurting Naya)

4.6K 365 6
                                    

Mereka menyusuri lorong gelap dan pengap sambil bergandengan tangan, dengan Shamus yang membawa sebuah botol di tangannya yang lain. Anya terus memperhatikan sekitarnya,

12, 13, 18, 22, 25, 30, Ia mengumpat kesal dalam hati ketika melihat penjagaan yang dilakukan, mereka benar-benar serius dengan penculikan ini sampai harus di jaga oleh 30 penjaga sepanjang lorong itu. Mereka sampai didepan pintu kayu yang rapuh, pintu itu terbuka, menampakkan 5 luna duduk dengan kaki yang dirantai. Shamus mengangkat tangan kanannya setelah sebelumnya ia melepaskan kaitan tangannya dengan Anya, 8 penjaga memasuki ruangan pengap itu, 5 diantaranya memaksa para luna untuk berdiri, dan sisanya menyiapkan rantai-rantai emas yang menggantung di tengah ruangan seperti lampu gantung mewah berbentuk lingkaran.

Ia diam melihat apa yang dilakukan mereka, ia tidak bisa melakukan apapun saat ini ketika mendengar jeritan para luna yang begitu menyakitkan, tidak! Ia harus mempertahankan dirinya, ia di sini sebagai Z, bukan Anya.

Para luna berdiri membentuk lingkaran dengan saling membelakangi, beberapa dari mereka bahkan ada yang pingsan kehabisan tenaga karena melakukan perlawanan yang sia-sia. Kelima penjaga itu mengangkat tangan para luna ke atas, memasangkan rantai emas yang menggantung berbentuk lingkaran itu ke tangan para luna, setelah semuanya selesai, ketiga penjaga lainnya menarik rantai besi yang menjadi pengait besi gantung itu agar tetap pada posisinya, membuat para luna setengah berdiri.

Shamus melangkah mendekat, lalu membuka penutup botol yang sedari tadi dipegangnya. Anya membelalakkan matanya, perasaan khawatir mulai muncul, ia tidak bisa membiarkan Shamus membunuh para luna sekarang, "Shamus, apa yang akan kau lakukan?" Tanyanya dengan lugu, menutupi kekhawatirannya.

Shamus hanya tersenyum miring, lalu mengangkat botol digenggamannya kearah Anya, "Hanya memberikan mereka waktu untuk hidup sedikit lebih lama lagi," ucapan Shamus membuatnya terheran-heran karena tidak mengerti maksud dari ucapan pria itu.

Seolah mengerti akan kebingungan Anya, Shamus menggelengkan kepala kesal melihat kepolosan gadis yang baru dikenalnya itu, "Aku hanya memberikan mereka obat agar tetap hidup lebih lama lagi, aku tidak akan meracuni mereka sayang," tambah Shamus lalu mulai memaksa para luna untuk meminum obat tersebut.

Anya menghela nafasnya sepelan mungkin, kini jika ia benar maka ia tidak perlu mengkhawatirkan keselamatan para luna sebelum gerhana matahari muncul, 4 hari lagi.

"Ada apa? Kenapa kau terlihat begitu
takut aku akan membunuh mereka sekarang?" ucapan Shamus membuatnya tersadar dimana ia berada sekarang.

Pria itu curiga!

Anya menatap Shamus tanpa ekspresi, ia mendekatkan bibirnya ke telinga kiri Shamus, "Bolehkan aku melakukannya lagi?" Anya mengulum senyumnya setelah mengatakan hal itu, diam-diam berharap pengalih topiknya berhasil.

Shamus tersenyum, menampilkan deretan giginya, "Tentu saja Amour, kau boleh melakukan apapun pada mereka." Shamus merentangkan tangan kirinya ke depan, mempersilakan Anya untuk mendekati pada luna.

Anya mulai mendekati Naya terlebih dahulu, namun langkahnya berhenti, berbalik badan ia menatap Shamus memohon, "Kau akan ada di sini bukan?"

"Selalu." Shamus terenyuh mendengar pertanyaan gadis polos itu, untuk pertama kalinya ia merasa dibutuhkan oleh seseorang, dan untuk pertama kalinya, ia jatuh cinta. Shamus memberikan belatinya pada Anya, membiarkan gadis itu berbuat apapun dengan belatinya.

"Brengsek! Mati kau jalang!" teriak Naya tepat di hadapan Anya, membuat Anya berjengkit kaget dengan reaksi Naya, dia mengerti maksud itu. Tubuh Anya bergetar takut, belati digenggamannya pun melemas, namun Shamus sudah lebih dulu menggenggam tangannya, membuatnya kembali menggenggam belati itu dengan mantap, "Aku di sini, Lila" bisik Shamus seolah ingin memberikan keberanian dan kekuatannya pada Anya bukan! Lebih tepatnya Lila.

Mate MissionWhere stories live. Discover now