Part 19 (The Collapse of the Pillars of God)

4.4K 356 9
                                    

Anya meremas ujung kemeja Shamus kuat-kuat, matanya yang berwarna hitam kelam mulai berubah-ubah ke merah darah. Napasnya mulai memburu dan suhu tubuhnya mulai mendingin, diikuti dengan keringat yang mulai bercucuran. Suara desingan antar cakar, teriakan membunuh dan kesakitan perlahan-lahan menghilang tak terdengar di telinganya seiring bertambahnya kekuatan yang memberontak ingin keluar akibat tertahan ramuan bustself.

Shamus yang menyadari keanehan pada Lilanya melepas pelukannya, menatap gadis dihadapannya dengan seksama, "Lila, kau baik-baik saja?"

Anya mencengkram lengan atas Shamus kuat, membuat sang pemilik bahu mengernyit sakit. Ia mengangkat kepalanya menatap Shamus yang melihatnya dengan penuh ketakutan, "Si.. si-a..pa ka-mu se...be..be..benarnya?" Tanya Shamus ketika melihat Lilanya berubah menyeramkan, ketakutan mulai memenuhinya.

Mata merah darah Anya menatap Shamus tajam, tidak ingin melepaskan cengkramannya pada mangsanya, ia mulai membuka mulutnya lebar-lebar, memperlihatkan taring tajamnya yang siap menghisap mangsa di hadapannya, hingga teriakan Luna Naya membuatnya terpaksa menunda kesenangannya yang hampir di ambil alih sepenuhnya oleh pembunuh berdarah dingin itu.

"Z!!!" Teriak Naya begitu sosok berjubah itu mulai membakar lingkaran pentagaram yang sudah diisi dengan seluruh darah para luna beserta para luna didalamnya, siap memanggil sang iblis.

Pupil mata Anya melebar melihat nyawa para luna yang diambang kematian, siap menjadi santapan sang iblis yang mungkin akan menjadi tuannya nanti-hanya jika mereka berhasil memanggil sang iblis- dan ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Ia mencengkram kerah kemeja Shamus tinggi-tinggi, kemudian melempar pria itu ke sembarang arah dan mulai berjalan menghampiri para luna. Para pengkhianat yang berada di area netral mulai menghadangnya menggagalkan ritual yang sudah mereka rencanakan bertahun-tahun. Sudah cukup penantian dan perjuangan yang mereka lakukan untuk mencapai tahap ritual ini, dengan nekat dan keberanian yang ada mereka menyerang Anya dari berbagai sudut, terus seperti itu walau mereka sendiri takut dengan perubahan gadis lemah yang mereka kenal sebelumnya begitu kontras.

"Lila! Berhenti!" Anya menghentikan langkahnya begitu Shamus memerintahnya-begitulah ia menganggapnya-.

"Siapa kau berani memerintahku?" ucapnya tanpa membalikkan badannya hanya untuk sekedar melihat lawan bicaranya, tatapannya tetap terfokus pada lingkaran pentagram api yang perlahan-lahan mulai mendekati para luna.

"Lila... kumohon, jangan seperti ini" pinta Shamus dengan suaranya yang melembut, berharap gadis di hadapannya masih tetap Lilanya yang sama. Tawa yang di tahannya saat mendengar Shamus memanggilnya Lila akhirnya terpecah begitu saja hingga akhirnya ia memutuskan untuk membalikkan badannya, melihat seseorang yang dapat membuatnya tertawa di saat seperti ini. Anya memeluk dirinya, tak tahan dengan kelakuan pria di hadapannya, dengan napas tersengal ia kembali menegakkan badannya dan menghapus airmatanya yang keluar karena tidak sanggup menahan tawa yang berlebihan itu, lalu ia kembali menatap pria di hadapannya dengan senyuman-senyum meremehkan-.

"I am Z, not your Lila, a poor girl," ucapnya lalu kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda sedangkan alisnya terangkat melihat para pengkhianat tidak menyerangnya sama sekali.

"Maafkan aku, Lila" ucap Shamus dan mulai menyerangnya dari belakang. Ia yang menyadari serangan cakar ke arahnya mulai menghindar ke kanan, lalu dengan kaki kanannya ia menendang dada pria itu kemudian ia menggunakan siku tangan kanannya memukul punggung pria itu, hingga Shamus terbatuk-batuk mengeluarkan darah, tak peduli apa yang terjadi pada lawannya, ia kembali berjalan ke arah para luna, melewati api dengan ekspresi datar, seolah api hijau panas itu tidak dapat dirasakan oleh kulit putih gadingnya.

"Bertahanlah," ucap Anya pada para luna dan saat itu juga api di pentagram itu membesar, api yang awalnya hanya setingga dada kini semakin tinggi seolah api itu ingin menembus langit, membuat siapapun yang ada di luar lingkaran tidak bisa melewatinya, seolah api itu akan membakar hangus siapapun yang berani mendekatinya, para pengkhianat memperhatikan api itu lekat-lekat, berharap menemukan celah untuk melihat apa yang sedang di lakukan mantan gadis tuannya-begitulah kini mereka menganggapnya- pada para luna yang akan menjadi persembahan sang iblis yang akan menjadi tuan mereka.

Anya melepaskan besi yang menggantung para luna hanya dengan jentikkan jarinya, sedangkan para luna langsung jatuh terduduk dengan ringisan tertahan yang keluar dari bibir kering mereka. Berjalan ke tengah-tengah para luna, iamenutup mata sejenak berusaha mengatur napasnya tenang kemudian ia mengangkat tangannya ke atas dalam keadaan tergenggam, "Jangan coba-coba keluar dari sini sebelum ku perintahkan... atau kalian akan mati," ucapnya dengan nada mengancam di akhir kalimatnya, membuat para luna yang mendengarnya hanya bisa menurutinya, mengingat kondisi mereka yang sudah tidak mampu melakukan perlindungan diri.

Anya melepaskan kepalan tangannya hingga sebuah cahaya biru yang begitu lembut keluar dari tangannya melingkupi para luna bagaikan dinding transpan dan tepat saat dinding itu selesai, teriakan ketakutan para luna keluar begitu api yang mengelilingi mereka meledak, siap menghanguskan mereka.                     

Dan tatapan semua mata yang ada di sana tertumpu pada satu titik.

Tempat ritual meledak, menghanguskan semua yang ada di sekitar lingkaran pentagram.

Area netral runtuh.

o00o
08112017

Re: 06072018

Bonjour ma kind reader!!! 🤗 thanks for read and don't forget to vote or comment. 😉😉

Best regards,

Emma

Mate MissionWhere stories live. Discover now