Part 12 (Red Moon Pack)

5.2K 351 12
                                    

Anya terus berlari memasuki teritorial Red Moon Pack dengan tubuh yang penuh dengan luka dan darah yang mengalir tanpa henti, rasa sakit dan pusing yang ia rasakan tidak membuatnya berhenti memasuki pack itu, hingga akhirnya ia jatuh tersungkur karena kondisi tubuhnya.

Suara langkah yang cukup ramai terdengar, membuat ia mau tak mau mengangkat kepalanya, melihat gerombolan yang mendatanginya.

"Apa yang kau lakukan di sini, Rogue?" tanya seorang pria sambil menatapnya jijik.

"Tolong," rintihnya sambil menatap pria itu, "to..tolong a,akuu"

Para werewolf yang ada di sana menertawainya, bagi mereka seorang rogue tidak pantas di tolong. Mereka takkan mau mengambil resiko membawa wanita di hadapan mereka ke pack, bisa-bisa dia adalah mata-mata dan hancurlah pack mereka dalam semalam. Belum lagi mengenai kejadian penculikan luna akhir-akhir ini.

S

eorang pria menerobos kerumunan, menghampiri Anya dengan waja khawatirnya, "Mate," ucap pria itu, membuat gerombolan itu diam tak berkutik. Bagaimana tidak? Seorang rogue perempuan yang mereka hina-hina dan dibiarkan mati perlahan itu ternyata adalah mate Beta mereka, Beta Roy.

"Roy, bawa dia ke rumah sakit" tanpa di perintah oleh Alpha Jackpun, Roy langsung mengangkat tubuh Anya, melesat pergi dengan kekuatan werewolfnya ke rumah sakit pack. Pria itu mulai khawatir karna wanita di hadapannya sudah tidak sadarkan diri dan lebih buruknya lagi, darahnya tidak berhenti keluar dari lukanya.

o00o

Anya menatap ruangan marun hitam yang di tempatinya, di sofa ujung ruangan, seorang pria tengah tertidur sambil menunduk. Ia kembali mengingat-ingat, apa yang terjadi padanya.

Misi.

Ia tersenyum tipis mengingat kejadian yang menimpanya, sungguh menyakitkan jika ia mengingat luka yang di dapatnya.

Kerongkongannya yang terasa perih dan kering, membuatnya melihat ke arah nakas di sampingnya, yang sudah disediakan air minum. Ia sangat haus, tetapi ia terlalu malas untuk mengambilnya, oh dan jangan terlalu berharap ia akan beradegan kesulitan mengambil gelas lalu menjatuhkan gelas itu agar sang pria mengkhawatirkannya, hell dia tidak mungkin mendrama. Ia lebih memilih memanggil pria itu dengan lirihan yang nyari tak terdengar.

"Hei..." Roy terbangun saat mendengar lirihan samar, ia mendesah lega, melihat wanita di hadapannya sudah sadarkan diri, pasalnya ini adalah hari ke lima wanita itu pingsan. Ia langsung membantu Anya duduk, lalu memberinya minum.

"Ku pikir kau akan mati. Aku sangat khawatir." ucap Roy, membuat Anya memutar bola matanya jengah melihat keprihatinan pria itu, namun ia tidak menggubrisnya dan masih asik menikmati segarnya air yang melewati kerongkongannya.

"Aku di mana?" tanya Anya, membuat Roy membulatkan matanya kaget, bagaimana mungkin wanita di hadapannya tidak tahu dia ada di mana, padahal dengan sangat jelas wanita itu sendiri yang datang ke packnya.

Anya yang mengerti maksud dari tatapan pria di hadapannya menghela nafas berat, bagaimana mungkin dia bisa berakting dengan pria yang bodohnya minta ampun?. Ia melambaikan tangannya, mengisyaratkan pria itu untuk mendekatinya, lalu ia berbisik, "Bodoh!"

Mendengar hinaan itu membuat Roy mendelik marah, namun ia berusaha menahannya, jika saja wanita di hadapannya bukan wanita yang membantu melindungi lunanya dan posisinya sebagai 'matenya' mungkin ia sudah mematahkan leher wanita itu-mungkin saja-, namun tidak bisa dipungkiri bahwa ia sendiri juga tertarik dengan wanita cantik di hadapannya, yang tentu saja mendapatkan teguran keras dari wolfnya.

Mate MissionWhere stories live. Discover now