Part 24 (Fight)

4.3K 365 12
                                    

Devian melayangkan cakarnya pada kaki monster necro itu, berusaha mengalihkan perhatian monster itu, memberikan waktu yang cukup untuk Anya melepaskan diri.

"Jangan melihatku seperti itu!" ucap Devian lalu melompat ke tangan kiri monster itu, menusukkan cakarnya ke setiap mata yang ada di tangan itu, berusaha mengurangi daya tangkap penglihatan si monster necro.

"Butuh bantuan nona?" Tanya Devian basa-basi begitu berhasil menghampiri Anya selagi monster itu sibuk meratapi mata-mata yang ada di tangannya, "Terlambat," ucap Anya dengan sebelah alisnya terangkat, sambil mengarahkan tatapan ke kaki kirinya, menyiratkan 'kau terlambat tuan hebat, kakiku berhasil lepas' yang di balas dengan cengiran kaku dari Devian.

"Pertahankan sosok The King of Alpha mu, Dev" ucap Anya kembali dan meluncur turun sambil tangannya menggorak sepanjang wajah monster itu.

"Z!" Teriak Devian begitu suara patahan tulang yang berasal dari matenya terdengar ketika monster itu berhasil menangkapnya, meremas tubuhnya dan melemparnya begitu saja, dengan amarah yang memuncak melihat matenya terluka, Devian bergerak dengan cepat mengelilingi tubuh monster necro itu, melumpuhkan seluruh mata yang ada di tubuh berbau busuk itu.

Berhasil melumpuhkan seluruh penglihatan monster necro, Devian berlari memasuki hutan yang menjadi arah terakhir matenya terlempar, dengan tubuh yang sudah dikendalikan Alvian sepenuhnya, ia berlari terus memasuki hutan dalam dengan harapan matenya masih hidup, tentu saja matenya pasti masih hidup, dia seorang agent.

Dan demon tentunya.

Matanya membelalak begitu melihat tubuh matenya tertimpa pohon besar, ia mengangkat pohon itu dan melemparnya asal, tak peduli apakah ada korban akibat perbuatannya, "Kau baik-baik saja? Hey! Bangun!" Devian menopang sebagian tubuh Anya sambil sesekali menepuk pelan pipi Anya yang sudah memerah.

Jantungnya berpacu cepat melihat Anya tidak bergerak sedikitpun, tidak! Ia belum siap melihat matenya mati. Devian terus menerus memanggil-manggil nama matenya, dengan harapan ia masih bisa melihat mata itu, mata hitam ataupun merah darah itu. Devian memeluk Anya sambil menyebut namanya, berharap dia menjawab panggilannya, harapannya yang besar perlahan meredup seperti kembang api yang perlahan mati kala ia merasakan tubuh Anya yang mulai mendingin.

"Tidak, tidak, kumohon jangan tinggalkan aku Z, tidak kumohon..." rengek Devian tidak terima, tangisan kecil mulai keluar dari mulutnya, bahkan Alvian lebih memililh menyembunyikan dirinya di pikiran terdalam Devian, membiarkan Devian kembali mengendalikan semuanya.

"Aku tidak bisa bernapas sialan!" makian Anya yang tertahan membuat Devian mematung, dengan cepat ia melepaskan pelukannya dan menatap wajah matenya lekat, "Kau masih hidup?" tanyanya retoris dengan mulut menganga tidak percaya.

"Dasar bodoh," maki Anya kesal melihat matenya yang begitu bodoh, atau mungkin idiot lebih tepatnya, namun jauh di dalam hati, ia ingin tertawa mengingat ekspresi tolol Devian saat menyebut-nyebut namanya, ah andai ia bisa merekam itu dan memperlihatkannya pada anak-anak mereka nanti.

Tunggu!

Anak? Yang benar saja! Lupakan yang barusan ia pikirkan.

o00o

Tanpa mengatakan sepatah katapun, Anya pergi berlari meninggalkan matenya, membuat Devian hanya mengerang kesal karena terbodohi, apakah cinta pada matenya membuatnya sebodoh ini?.

Kesal tidak mendapatkan respon baik dari matenya, Devian berlari menyusul matenya, hingga akhirnya mereka berlari beriringan. "Jadi, apa rencanamu?" Tanya Devian dengan tatapan meneliti wajah matenya, memuja kecantikan matenya dari sudut pandang manapun dengan penampilan kacau itu.

"Perhatikan jalanmu."

Peringatan telak Anya membuat Devian mengerang kesal sekaligus kesakitan kala tubuhnya menghantam pohon besar hingga pohon itu roboh. Bagaimana bisa ia memiliki mate sekejam itu? Seharusnya ia membantunya menghindar atau memperingati lebih lama, bukan di detik terakhir, sedangkan Anya hanya dapat menahan tawanya, menimbulkan guratan senyum yang begitu manis di wajahnya, sambil tetap berlari meninggalkan matenya, tanpa peduli apakah matenya itu kesakitan atau tidak.

Dia King of Alpha, hal seperti itu tidak akan melukainya bukan?

"Para Alpha, kembali ke tempat para luna berada, mereka membutuhkan kalian. R, V, berkumpul denganku. O, buat dinding pertahanan, Sekarang!" ucap Anya melalui interkomnya yang langung di turuti oleh semuannya. O dari jarak jauh langsung membuat dinding pertahanan dari batang pohon dan tanah-tanah yang sudah mengeras, memberikan ruang pembatas antara rekannya dan para necro yang terus berusaha membobol dinding itu.

R dan V langsung menghampiri Anya, disusul Devian yang baru saja keluar dari hutan, "Apa yang terjadi?" Tanya Devian, kembali dengan sikap to the point dan dinginnya yang terkenal.

"Percuma saja, mereka akan terus berdatangan sebelum ritual itu berhasil, kembalilah." ucapan Anya membuat Devian mengerutkan keningnya, berusaha mencerna kata-kata ambigu yang keluar dari bibir tebal matenya.

"Dan kau akan melawan mereka sendiri? Yang benar saja! Jangan sok pahlawan," ucap R sebelum Devian mengeluarkan pertanyaan kebingungannya.

Sendiri? Matenya akan melawan makhluk itu sendiri? Rahangnya mengeras begitu saja bahwa matenya mencoba mengorbankan dirinya untuk menahan para necro, "Tidak! Kau.harus.ikut" ucap Devian dengan Alpha tone dan tatapan tajamnya yang menghujam mata Anya, namun seperti biasa itu tidak mempengaruhinya.

"Tidak ada waktu lagi. Tubuhku semakin dingin, aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi," ucap Anya tanpa menggubris ucapan Devian sambil melihat ke arah dinding yang mulai meretak, sedangkan Devian mencengkram lengan Anya kuat, mempertanyakan keputusan sepihak matenya, "Kau tetap disini, maka aku juga," ucap Devian tanpa mengendurkan cengkramannya pada lengan matenya, tanpa peduli apakah itu menyakitinya atau tidak.

"Merepotkan. Maafkan aku," gumam Anya tidak bisa di dengar siapapun, ia menjentikkan jarinya, dan seperkian detik kemudian tubuh Devian kaku, tidak mampu di gerakkan, "kembali ke pack, dan jangan kemari sebelum aku kembali." bisiknya memantrai darah dalam tubuh Devian, yang langsung dituruti oleh tubuhnya. Devian langsung berlari meninggalkan Anya dengan tatapan marah, disusul dengan R dan V.

"Jangan gunakan semuanya, Z" gumam V yang masih dapat didengar olehnya dan di balas dengan senyuman termanis untuk sahabatnya itu, mengatakan bahwa aku akan baik-baik saja.

Anya membalikkan badannya, menatap dinding yang mulai hancur dalam hitungan detik dengan senyum membunuh yang membara, "Kita selesaikan sekarang."    

o00o
19122017

Re: 13072018

Arigatou ma beloved readers! Sangkyu for you appreciate before 😀 and don't forget to clik star or comment for a better story 😉.

Best regards,

Emma

Mate MissionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora