Part 16 (Enemy Base)

4.6K 350 0
                                    

Anya terus memperhatikan lorong-lorong gelap tepat dibawah lokasi netral. Shamus, pria berotot bagaikan binaragawan berparas asia timur dengan kumis dan jenggot halusnya membawanya dengan santai sambil terus menggenggam tangannya, membawanya entah kemana.

Sosok Anya sebagai werewolf lemah membuatnya tidak bisa menggunakan eyes sensor nya untuk mengetahui lika-liku tempat ini dan juga jenis dan jumlah makhluk immortal yang ada di tempat itu.

Mereka berhenti di depan pintu kayu kokoh, pintu itu terbuka menampilkan sebuah singgasana emas di tepat beberapa meter didepannya. Shamus berjalan, menduduki singgasana itu dengan gaya yang begitu gagah dan berwibawa seolah ia memang seorang raja-mungkin benar-, ia mengangkat tangannya mengisyaratakan Anya untuk mendekatinya, untuk duduk di pangkuannya yang tentu saja ditolak oleh Anya, membuat Shamus geram tidak suka menerima penolakan lalu menatapnya tajam dan mengeluarkan aura mengintimidasinya, membuat Anya mau tidak mau duduk dipangkuannya dengan senyum penuh kemenangan tercetak jelas di wajah Shamus.

Siapa yang tidak senang mendapatkan seorang gadis menawan? Lagi-lagi, pesona seorang Anya lah yang menang.

Anya memperhatikan penjaga dan detail ruangan itu, baginya ada yang janggal dengan keadaan ruangan itu, terlalu sepi. Ia kembali memperingatkan dirinya bahwa musuhnya kali ini berbeda, ia harus berhati-hati mengingat pengaruh ramuan bustselfnya baru akan hilang lima hari lagi. Sebuah cahaya putih muncul, menampilkan seorang pria berjas hitam yang ternyata salah satu tamu di pesta tadi sambil membopong seorang wanita yang tak lain adalah Luna Naya.

Transporter huh, batin Z saat melihat pria itu. Kini ia mulai menyusun kepingan-kepingan puzzel yang selama hampir sebulan tidak dapat ia jadikan penguat dugaannya. Dia tahu, instingnya tidak pernah salah. Sekarang ia tahu, bahwa pria itu adalah orang yang selama ini menculik para luna tanpa jejak dan penyerangan, dan tempat ini tidak lain lagi adalah bawah tanah dari reruntuhan sebuah gedung dengan lima pilar yang masih berdiri, Pillars of The Gods.

Sedikit lagi, maka ia akan mengetahui semuanya.

Anya meremas gaun putih yang digunakannya, membuang wajahnya tidak suka melihat siapa yang dibawa oleh pria itu. Shamus menatap wanita dipangkuannya dengan smirk khasnya, ia menyentuh dagu wanita yang ia tahu bernama Lila itu dengan jarinya, mengangkat wajahnya untuk menatap dirinya, pria itu mendekatkan wajahnya hingga ujung hidung mereka bersentuhan, "Sudah ku bilang. Aku akan menghilangkan rasa sakitmu"

Anya memegang bahu pria itu, menatap matanya dengan sayu, "bagaimana caranya?" gumamnya hampir dengan bibir tak bergerak.

Shamus menurunkan Anya dari pangkuannya, berjalan menghampiri luna Naya yang masih terdiam. Shamus menarik rambut Naya, memaksa wanita itu untuk berdiri, lalu tangannya yang lain mulai menampar Naya berkali-kali tanpa peduli darah wanita itu yang menempel di tangannya karna bibir wanita itu yang sobek.

"Shamus hentikan! Apa yang kau lakukan?" Anya menarik tangan Shamus, menahan pria itu untuk melanjutkan kegiatannya. Tentu saja harus, ia tidak akan membiarkan Shamus terus-terusan menyiksa luna itu, ia sudah berjanji pada Alpha Jack agar mengurangi penyiksaan yang di dapat lunanya itu.

"Kau yang bertanya padaku bagaimana caranya, Amour" bisik Shamus tepat di telinga Anya. Pria itu, mempermainkannya, melihat sebulat apa tekadnya ingin melakukan balas dendam pada Red Moon Pack yang selama ini sudah menyiksanya.

"Tapi... tapi, dia seorang Luna. Alpha Jack akan menghukumku jika dia tahu" cicit Anya sambil meremas ujung gaunnya, tidak berani menatap pria di hadapannya. Shamus menarik wajah Anya untuk menatapnya, ia mengecup bibir tebal itu, bibir yang sedari tadi menjadi perhatiannya, tidak! Bukan itu, tapi dia tidak bisa menahan dirinya untuk mencicipi bibir ranum dan tebal itu.

"Dia bukan Lunamu lagi. Aku akan melindungimu, Lila Ma Amour," ucapnya tepat di depan bibir Anya.
Anya melirik Naya, memberikan isyarat pada wanita itu untuk memulai aksinya, seolah mengerti tatapan itu Naya menelan salivanya berat, dia sadar, penyiksaan untuknya baru di mulai dan tidak ada lagi jalan untuk mundur, Naya tertawa sinis lalu menatap Anya tajam, membuat Anya langsung menyembunyikan tubuhnya di belakang Shamus, "Menjijikan! Kau seorang rogue lemah yang tidak punya harga diri! Pantas orang tuamu meninggalkanmu, mereka pasti jijik memiliki anak lemah dan jalang sepertimu, atau... orang tuamu sama sepertimu, jalang"

Anya menampar Naya keras hingga menimbulkan suara yang begitu memilukan, ia mencengkram dagu Naya, memaksa wanita itu untuk menatapnya, "Kau boleh menyiksaku, tapi wanita brengsek sepertimu, luna yang tidak bisa melindungiku yang merupakan mate dari beta di packnya tidak pantas membicarakan orang tuaku seperti itu,"

Anya melepaskan cengkramannya dengan kasar, lalu memeluk lengan Shamus erat, "mulai saat ini, aku sendirilah yang akan menjadi mimpi burukmu, Naya."

Dua orang pria datang menyeret Naya, sedangkan wanita itu memberontak, mengeluarkan makiannya tidak terima di perlakukan seperti itu. Anya memeluk Shamus erat, dengan tangannya meremas ujung baju pria itu, "Bagaimana rasanya?" Shamus membuka suara, merasa senang membuat wanita di pelukannya itu mempu membantunya menyiksa para luna nanti.

"Entahlah. Hanya saja bebanku terasa hilang, aku merasa bebas tapi aku juga-"

"Takut? Sudah kubilang, aku akan melindungimu" Shamus memotong ucapan Anya, lalu kembali mencium Anya, melumat dan merasakan bibir wanita yang membuatnya terpikat dalam sekali pandang.

o00o
04092017
Re: 03072018

Hellow readers!! Don't forget to click vote or comment, thank you~

Best regards,

Emma

Mate MissionWhere stories live. Discover now