Prolog

615 32 4
                                    

Bangkok-Thailand, pertengahan bulan Juni.

Meski Thailand negeri yang ramai. Hiruk pikuk menggembirakan ada di tiap sudut. Wat Arun di sudut Sungai Chao Praya, Royal Grand Palace, atau Khao San Road yang penuh barang-barang unik. Kuga Ryuzaki memilih untuk menyendiri di hotelnya. Dia sengaja mematikan lampu, menikmati kegelapan sepuas-puasnya.

Pria itu—Ryuzaki—berusia pertengahan tiga puluhan. Tato naga di wajahnya menjadi satu hal paling menarik perhatian. Meski sepertinya, Ryuzaki tidak terlalu mempedulikan hal itu. Toh, dia tak pernah kekuarangan uang atau wanita.

Seperti saat ini, Ryuzaki masih mengamati layar laptop sambil bertopang dagu. Seorang wanita cantik mendampinginya. Yuri, wanita itu duduk bersender dengan manja sambil membelai-belai Ryuzaki.

Seharusnya, tidak ada yang istimewa dari pemandangan itu. Jika diperhatikan sekilas, tak ada hal lain selain kemesraan pria dan wanita. Sang pria luar biasa tampan dan wanitanya memiliki wajah cantik menawan. Sungguh pasangan yang serasi. Yang tidak lazim dari mereka hanyalah saat itu masing-masing dari mereka menggenggam pistol semi otomatis yang sama. Pistol dengan dua puluh butir peluru yang siap ditembakkan dari magazen-nya, mengundang maut bagi musuh-musuh mereka.

Ruangan sempit di sekitar sepasang kekasih itu berpendar redup. Ryuzaki masih mengamati refleksi gorong-gorong gelap di luar, yang sepenuhnya terlihat dalam layar laptop. Keadaan di sana sangat bertolak belakang dengan ketenangan dalam ruangan. Suasana teramat kacau saat itu. Roda-roda terbakar berserakan di sana-sini. Gorong-gorong penuh dengan sosok-sosok tubuh berlumuran darah. Sebuah perkelahian besar sedang terjadi. Puluhan anggota geng terlibat baku hantam di gang-gang sempit, memperdengarkan bunyi-bunyian berisik dari senjata mereka. Linggis, parang, juga dongkrak mobil bergerak bergantian membentuk sebuah orkestra perang, bersamaan dengan senjata-senjata lain yang beradu nyali. Berebutan menyesap kehidupan dari sisa-sisa darah manusia.

Sebenarnya pertarungan ini tidak seimbang dalam hal jumlah. Namun dari segi kemampuan bela diri, sudah jelaslah siapa yang akan menang pada akhirnya. Tiga lelaki dan satu perempuan telah mampu menghancurkan segerombol gangster Thailand.

Suara teriakan kesakitan dan serangan-serangan lawan membuat Ryuzaki sakit kepala. Ryuzaki sempat mendengus gusar. Melihat betapa mudahnya empat orang itu menghancurkan orang-orang pilihannya. Hero, Michael, Kim Tan, dan Kuga Kyouhei—adiknya.

Ryuzaki melihat Kyouhei berdiri dengan angkuh. Menerobos perkelahian di sekitar tanpa dapat dirobohkan oleh orang-orang yang mencoba menyerang. Wajah Kyouhei dingin dan keras. Seolah baku hantam orang-orang itu tidak mempengaruhinya sama sekali. Beberapa kali dia menjatuhkan orang-orang yang berebut hendak menghajar. Hanya dengan sedikit menggerakkan tubuh, lawan sudah tumbang. Seolah-olah, Kyouhei sedang menepuk nyamuk. Sosok itu kini mempercepar langkahnya melihat tujuannya sudah hampir dekat. Pemimpin geng Thailand yang disebut sebagai geng Kobra, seorang pria Thailand yang bahkan dia tak tahu namanya.

Pat—pimpinan geng Kobra adalah seorang pria botak bertubuh seperti raksasa. Dia hanya dapat tertawa masam melihat sosok kokoh itu menghampiri. Rencananya tidak seperti ini... Pat menginginkan pertarungan tak seimbang. Main keroyok. Dengan mengerahkan seluruh anak buah, Pat mengira akan mampu menumbangkan Kyouhei. Memaksa lawannya itu bertekuk lutut.

Sayang, yang kini ada di depan mata adalah pertarungan berlevel jauh di atas kemampuan geng Kobra.

Tiga orang pelindung klan dan seorang ketua klan telah berhasil memporak-porandakan pasukannya. Empat orang melawan dua puluh delapan. Suatu hal yang mustahil. Pat telah kehilangan seluruh kepercayaan diri. Sikapnya luar biasa defensive. Satu tangan mengarahkan pistol tepat ke depan. Satu tangan lagi mempererat cengkeramannya pada sanderaGadis itu adalah tunangan sang ketua klan. Namanya Yamashita Shiori.

[ FULL ] My Lovely GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang