Bab 16 - Jalan Buntu

126 14 3
                                    

"Hanya ada satu jalan, rebut dia kembali."

Sky memukul setir dengan murka, mencoba menepis perkataan John Alexander itu dari pikirannya.

Satu jalan.

Dia tidak mungkin melakukan itu. Merebut Eri dari Kuga Kyouhei? Bersaing dengan pria itu? Bukankah itu sama saja mengulang masa lalu yang menyakitkan?

Seharusnya, Sky langsung menyingkirkan Eri dari pikirannya. Tapi mengapa, emosinya langsung mengambil alih saat tahu gadis itu telah menghilang?

Kini, Sky menjalankan mobilnya seperti orang gila, menyusuri hampir seisi kota untuk mencari Eri.

Dan hatinya pun sepakat, dia memang menginginkan Eri. Untuk dirinya sendiri.

Sky memutar setirnya, merasakan aliran darahnya mulai mengalir lebih cepat. Membayangkan Eri yang mungil ada dalam pelukannya, sementara dia boleh bebas merengkuh dan menjadikan gadis itu miliknya.

Kalau saja, dia bisa melakukan itu sebelum Eri diklaim Kuga Kyouhei. Apakah situasi akan menjadi berbeda?

Atau justru, kejadiannya akan lebih buruk lagi?

***

Tokyo, Jepang. Tujuh belas tahun lalu.

Seorang gadis berseragam kelasi—khas SMA Jepang, masuk ke mobil Sky. Tanpa bicara apa-apa, gadis itu mendaratkan ciuman di pipi Sky.

"Berjuanglah untukku!" logat Prancis terdengar dari bahasa Jepang gadis itu—Isabella.

Sky pun menekan pedal gas kencang-kencang. Mobil modivikasi itu segera mengeluarkan suara menggerung yang dahsyat.

Dan orang-orang di sekitar mereka menyambut dengan tepukan tangan meriah.

"Belum terlambat untuk mundur," seorang pemuda di dalam Lamborghini di sebelah berkata mengejek. Kuga Kyouhei. Betapa sombongnya orang itu!

Sky membuang muka. Dengan segera, dia menekan pedal gas lagi.

"Menangkan balapan ini untukku, Pangeran," Isabella kembali mencium pipi Sky. Diam-diam, Sky mengambil sebotol kecil vodka lalu meneguknya.

Dia akan membutuhkan itu. Untuk keberanian lebih.

***

Sky menekan pedal rem. Sebuah truk nyaris saja menyerempetnya. Cahaya dari lampu truk itu mengagetkan mata. Sementara klakson dan teriakan marah sopir itu mengembalikan Sky ke dalam kenyataan.

Napas Sky tersengal-sengal. Bayangan mobil yang mendadak terguling membayang kembali dalam ingatan.

"Pangeran ...."

Suara itu terdengar bergetar. Darah pekat mengalir membasahi wajah cantik Isabella. Sky yang terlempar ke luar mobil mencoba mendekat ... menggapai ... meski tubuhnya sendiri sudah terasa remuk redam.

Duar!

Dan ledakan itu pun mengakhiri semuanya.

Sky mengertakkan gigi. Dia menekan rem mobilnya dengan keras. Kali ini, dia melihat sebuah GranMax melaju dengan kecepatan tidak wajar. Mobil itu ngebut di kawasan yang amat sepi. Sky memutar setir hingga Jaguarnya tepat mengikuti GranMax itu. Mobil itu berhenti beberapa meter di depannya. Beberapa orang keluar sambil membawa tongkat pemukul bisbol. Mereka semua berenam. Sebuah geng jalanan gila yang menyukai uang dan pertempuran.

Itu geng Saka, salah seorang musuh Maximus. Sky memang tidak menyukai mereka. Namun, sekarang, Sky bersumpah ... dia akan membunuh mereka semua.

***

"Apa yang kalian inginkan dariku?" Eri berteriak sambil menggigil. Tawa membahana keenam orang itu menyambut pertanyaannya.

"Kau tak tahu berapa hargamu, manis..." seseorang berceloteh riang, "Mereka akan membayarmu dengan sangat mahal."

"Menjauhlah dariku!"

Seseorang dari mereka mendekati Eri. Eri dapat melihat bekas luka sangat besar melintang dari pelipis hingga pipinya. Orang itu amat mengerikan. Dengan kasar, dia merenggut Eri dan menamparnya. Pipi Eri terasa perih saat orang itu berteriak kepadanya.

"Ini ganjaran karena kau mencoba melarikan diri!" dia menekan kedua pipi Eri hingga mengeluarkan darah. Ini sangat menyakitkan. Eri belum pernah diperlakukan seperti ini seumur hidupnya.

Orang itu melotot hingga matanya nyaris keluar dari rongganya. Dia berkata berang, "Kau akan membayarnya!"

"Bagaimana kalau kalian saja yang membayar?' sebuah suara menyahut gusar dari kegelapan. Eri menelengkan kepala, melihat sosok Sky keluar dari bayang-bayang. Sorot membunuh itu jelas sekali membayangi matanya.

Orang bercodet itu melepaskan tangannya dari pipi Eri, mengempaskan gadis itu ke atas aspal. Dia beranjak mendekati Sky yang berdiri dengan sikap sempurna.

"Wah, Tuan Muda sudah mulai turun gunung rupanya," nada sindiran tersirat dari ucapannya, "Rupanya gadis ini memang berharga sangat mahal."

Sky menjawab kalimat si orang bercodet dengan sebuah pukulan keras ke rahangnya. Tanpa berkata apa-apa, dia menghampiri Eri dan menarik tangannya. Sky menyeret Eri di belakangnya, membuka pintu Jaguar-nya, lalu menyurukkan Eri kesana.

"Tunggu di sini!" perintahnya galak. Sky berbalik, sedetik sebelum memutar badannya dan menunjuk Eri, "Apa pun yang terjadi jangan keluar dan jangan melihat..." Sky menjatuhkan tatapannya kepada Eri, tidak lama. Hanya sedetik. Namun mengalirkan setrum beraliran tinggi ke dalam aliran darah Eri.

Tatapannya seketika membekukan Eri begitu saja.

Sky kembali pada geng jalanan itu. Eri mengkeret di tempat, namun matanya menolak perintah untuk tidak melihat. Eri melihat semua gerakan Sky. Kaki dan tangannya yang terlatih untuk bertarung... Inikah pria yang dicintainya? Eri menutup mulut dengan kedua tangan, menahan jeritan yang berusaha keluar dari mulutnya.

Pria ini adalah iblis!

Sky menyambar lengan seseorang di dekatnya, merebut sebuah tongkat bisbol dan menggunakannya sebagai senjata. Dengan mudah dia mematahkan tangan itu, mengarahkan tongkat itu ke kepala pria yang menyerangnya dari belakang. Belati tajam pria itu sempat menyambar rambut Sky, membuat ikatan rambutnya terburai. Eri melihat rambut itu mulai berjatuhan ke wajahnya, tepat di saat Eri melihat sorot mata buas yang tidak dikenalinya itu. Sky menghantamkan lututnya ke ulu hati seorang penyerang, membuatnya terkapar. Namun Sky masih belum puas. Dia smempertajam serangannya dengan pukulan-pukulan mematikan, mengayunkan tongkat bisbol di tangannya tanpa perasaan, hanya memberi dua pilihan pada geng jalanan itu: Unit Gawat Darurat, atau kamar mayat.

Pertarungan itu menjadi semakin tidak seimbang saat lawan-lawan Sky berjatuhan dengan mudah. Satu persatu, seperti helai-helai daun yang berguguran. Sky dipenuhi oleh amarah, sehingga serangan-serangannya amat mematikan. Para preman yang berusaha menjegal Sky roboh dengan kepala berdarah. Orang-orang yang berusaha curang dengan menyerang dari belakang harus menerima akibatnya dengan luka tusukan yang tidak bisa terbilang ringan. Eri benar-benar ngeri melihat hal itu. Walaupun orang-orang ini berniat jahat kepadanya, tidak seharusnya mereka menerima penyiksaan kejam seperti ini. Sky memperlakukan mereka tak ubahnya sebagai samsak tinju, melampiaskan semua kemarahannya tanpa perasaan dan membabi buta.

Wanita penculik Eri adalah orang terakhir yang terjatuh berdarah-darah menghantam kerasnya tanah. Semua anggota geng jalanan itu telah hancur. Mungkin akan segera menjadi sejarah.

Dan di situlah Eri melihat Sky, diantara percikan darah dan tubuh-tubuh berserakan di bawah kakinya.

Stop Plagiarisme

Putu Felisia

[ FULL ] My Lovely GangsterWhere stories live. Discover now