Bab 11 - Dengarkan Aku

247 21 4
                                    

"Hah? Akhirnya kau bisa mengatakan semua itu kepada Sky?" suara Jade terdengar meninggi, "Kasihan. Pasti nyesek banget buatmu."

Eri dapat mendengar suara gedebuk keras. Samsak itu bergoyang keras saat Jade melayangkan sebuah tendangan memutar. Titik-titik keringat Jade terlihat di balik tank top dan celana olahraganya. Tangan gadis itu kemudian bergerak lincah melayangkan pukulan pukulan lain ke samsak.

Lagi-lagi Eri jadi iri pada Jade. Setelah menjadi Mawar Maximus, Jade seperti menemukan sisi lembutnya. Lama-lama, Jade membiarkan rambutnya semakin panjang. Sekarang panjang rambut Jade telah melewati bahu. Ketika Jade tidak sedang beringas seperti ini, semua lelaki semakin ingin menempel padanya.

Bagaimana dengan Eri?

Sayang sekali, walau Jade berhasil menemukan bagian perempuan dari dirinya, Eri tidak berhasil menempa diri menjadi seorang jagoan. Alih-alih bisa melakukan bela diri seperti anggota Maximus lain, Eri malah lebih sering mengurung diri untuk menjalankan Brown Sugar secara daring.

"Ayolah, Eri," kata Jade dengan nada membujuk, "Sky itu jahat sekali padamu. Lebih baik kau lupakan saja kakakku itu. Toh disini masih banyak stok lain. Hayden kan oke juga, atau kau lebih suka cowok gokil seperti Darius?"

Eri melemparkan handuk dengan kesal ke muka Jade, "Kau gila, ya? Masa kau menyuruhku bersama dengan berandalan jorok gitu! Huek!" Eri bergidik ngeri, teringat rambut cokelat Darius yang jarang dicuci. Kaus lusuh dan jins bolong-bolong melengkapi kekumalan Darius. Tambahan lagi, Darius demen banget pamer otot-ototnya dengan memakai baju tanpa lengan.

Kalau saja paras Darius tidak menawan—dengan dagu runcing, alis tebal, dan bibir kemerahan, pasti cewek-cewek penggemar Darius sudah menendang lelaki itu.

"Oh ya, Bagaimana dengan Andhika?" Eri akhirnya mengalihkan pembicaraan, "Apakah hubungan kalian ada perkembangan?"

Jade tampak kesal saat Eri menyebut nama Andhika. Samsak di depan melayang hingga nyaris memukul hidung Jade, "Ah, payah! Cowok itu beneran kayak kulkas. Kau tahu, sepertinya tiap hari Andhika hanya teringat pada Rosita. Aku bahkan ragu, Andhika menerimaku karena dia benar-benar menyukaiku."

"Setidaknya kalian telah jadian," Eri menggerutu, "Dasar cewek beruntung! Kalau saja kau yang saat itu—" Eri mengerucutkan bibir. Kata-kata dicium Kuga Kyouhei menggantung di ujung lidah.

"Ah, sebal! Kalau kau yang diperlakukan kurang ajar, kau pasti bisa menghajar bajingan itu hingga kapok!" akhirnya Eri berkata.

"Maksudmu Kuga Kyouhei?" Jade mengetahui arah pembicaraan Eri. Soal ciuman heboh itu, semua sudah tahu akibat gosip yang beredar. Entah siapa yang memulai, tapi orang-orang sini memang cepat banget bocor kalau urusan gosip.

"Jangan takut! Aku akan melindungimu!" Jade memukul samsak berkali-kali, "Penjahat-penjahat itu memang patut dihajar! Aku janji, aku pasti membalas sakit hatimu!"

Eri menghela napas panjang. Matanya menerawang mengelilingi dojo di mana mereka berada sekarang. Tempat latihan itu telah sepi dari pengunjung. Lantai kayunya licin sehabis dipel, begitu pula dengan matras-matras keras di atasnya. Kalau Jade berkata soal pembalasan, Eri yakin Jade akan melakukannya.

"Orang itu amat berbahaya, Jade. Aku tahu, dia pasti berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan. Terlebih lagi untuk urusan dendam," Eri menunduk putus asa, "Menyesal juga menjelek-jelekkannya di konferensi pers itu. Aku memang bodoh! Bisa-bisanya nggak tahu kalau dia diam-diam memperhatikan!"

Jade tersenyum, "Dasar!"

"Iya, aku memang bodoh. Lebih bodoh lagi karena aku malah mengancam dan menodongkan pistol kepadanya. Lengkaplah sudah alasannya untuk menghancurkan aku," Eri mengerang saking frustasinya.

[ FULL ] My Lovely GangsterWhere stories live. Discover now