Bab 2 - Masa Lalu

247 19 2
                                    

Setiap orang pasti pernah jatuh cinta. John Alexander sudah mendengarkan omong kosong ini berjuta-juta kali.

John pernah mempercayai hal itu. Dan menyesal karenanya. Karena jatuh cinta, dia pernah menambatkan hatinya pada seorang perempuan. Karena cinta pula, dia terpaksa meninggalkan perempuan itu.

Yudiasari.

John mengingat, saat dia menyematkan cincin di jemari mungil Yudiasari. Tidak ada pendeta atau saksi yang menyaksikan janji suci diucapkan. Namun bagi John, di antara semua pernikahannya. Momen itu adalah momen yang paling sakral.

Sebelum dunia menariknya dalam realita yang kejam.

Bagaimana mungkin dia bersama Yudiasari, sementara dia tahu nyawa mereka berdua selalu dalam bahaya? Bagaimana dia bertahan di sisi Yudiasari, sementara sebuah klan besar memerlukannya untuk memegang kuasa?

Dan begitulah, sejak saat itu John menganggap cinta adalah suatu hal yang absurd. Sama seperti sebelum mengenal Yudiasari, John menenggelamkan diri dalam percintaan yang berfokus dalam pemuasan fisik.

Wanita-wanita dalam kehidupannya datang dan pergi tanpa meninggalkan kesan nyata. Terkecuali terkadang ada yang kembali datang, membawa seorang anak sambil mengatakan, 'aku tak mampu merawatnya' Seolah-olah, anak itu hanya peliharaan yang dibuang.

John telah menjalin hubungan dengan banyak wanita bahkan sejak ia berusia belasan tahun. Ketampanan, kemudaan dan gairahnya membuat wanita yang dia idamkan akan dengan mudah bertekuk lutut dan terjatuh dalam pelukannya.

Kekasih pertama John, Deianeira—ibu Sky, adalah mantan ratu sejagad. Usia Dee jauh di atas John. Namun baik Dee maupun John, sama sekali tak mempedulikan hal itu.

John mengagumi keanggunan De. Mata birunya sama cemerlangnya dengan mata Sky. Sebiru Laut Aegean di Yunani. Dee adalah wanita yang menyenangkan dan hangat.

John suka menyusupkan tangannya dalam kemilau emas rambut wanita itu. Dee mencintainya, namun John hanya mengetahui arti kata bersenang-senang. Begitulah hubungan mereka terjadi. Hingga Dee bosan dan pergi. John pun kemudian menemukan pengganti... banyak pengganti. Dari kekasih, pasangan semalam, termasuk Diana—puteri Maximus yang diatur menjadi istrinya.

Tak terhitung wanita-wanita cantik dan mempesona yang jatuh dalam pelukan John.

Namun tak ada satupun—dari kesemuanya yang mampu membuat John merasakan keindahan cinta. Yang ada hanya kekosongan. Seperti menikmati cangkang tanpa esensi.

"Kenapa kau mengikutiku?"

Yudiasari menatapnya dengan takut-takut dan bingung, "Lengan anda terluka," katanya pelan. Hati-hati, dia mendekati John, lalu melingkarkan selendangnya di lengan kanan John.

Perempuan ini memang cantik. Tak heran pemuda-pemuda berengsek tadi berusaha menggoda dengan sikap tidak senonoh.

"Maafkan saya," kata Yudiasari lirih.

"Kenapa kau yang harus minta maaf?" bentak John galak. Yudiasari sedikit beringsut. Lalu dia pun mulai menangis.

"Huhuhu... aku takut sekali," katanya, "Anda tidak apa-apa, kan? Preman-preman itu menakutkan sekali! Mereka bahkan membawa senjata tajam."

John menarik napas. Refleks, dia menarik Yudiasari dalam dekapannya. Beginikah reaksi perempuan yang baru diganggu preman?

"Maafkan saya, Tuan... maafkan saya. Maafkan saya," Yudiasari menangis tersedu-sedu, "Maafkan saya. Kalau bukan karena menolong saya, anda tidak akan terluka seperti ini."

John tersenyum penuh arti. Sejak kapan luka sekecil ini membebaninya, dia tak tahu. Tapi dengan keadaan seperti ini. Merasakan kelembutan Yudiasari dalam pelukan, dia rela menganggap luka itu bisa membahayakan dirinya.

[ FULL ] My Lovely GangsterWhere stories live. Discover now