Bab 14 - Dalam Pelukan Iblis Jahat

158 16 0
                                    

Tidak bisakah aku mencintai orang lain? Eri memarahi diri sendiri, Mengapa harus Sky? Bajingan berhati es itu? Mengapa harus Pangeran Maximus yang sempurna dan jauh di luar jangkauan?

Eri mengusap pipi dengan punggung tangan. Hangat air mata kini bercampur tetesan air hujan yang mengguyur dengan ganas.

Eri tidak pernah merasa harga dirinya terluka separah ini. Jatuh cinta ini sungguh kejam. Eri jelas mencintai Sky. Namun, pria bermata sebiru langit itu hingga kini masih ingin mengusir Eri.

Tidak. Eri tidak akan membiarkan Sky berpuas diri dengan itu. Dia akan pergi sendiri. Dia tidak butuh belas kasihan memuakkan seolah dirinya adalah pengemis termalang di dunia.

Kini, Eri telah berhasil melepaskan diri dari pengawalan Maximus. Tinggal mengatur rencana, ke mana dia akan pergi.

Namun, itu tidak mudah.

Eri menepis keinginannya pergi ke Bali. Itu adalah tempat pertama yang akan didatangi Maximus. Gereja tempatnya berjemaat, yayasan tempatnya melayani ... semua itu adalah tempat-tempat yang pasti akan cepat ditemukan Maximus.

Lalu, di mana tempat yang aman?

Di tengah kebingungannya, Eri akhirnya berhenti di teras sebuah took. Tubuhnya yang basah mulai terasa dingin. Eri menggigil sambil menatap hujan.

Saat itulah, Eri melihat sekelompok orang sedang berkumpul di seberang, Sosok-sosok asing yang memberikan pandangan aneh kepadanya. Entah ini adalah perasaan Eri saja, namun pandangan mereka buas dan menakutkan. Apakah mereka orang-orang jahat yang sering diceritakan Hayden untuk menakut-nakuti Eri dan Jade?

Oh, Tuhan.

Baru sekarang, Eri tersadar, dia masih bagian dari klan Maximus. Lepas dari perlindungan Maximus bisa jadi.awal dari sebuah malapetaka baginya.

Eri menggosok-gosokkan kedua tangan, berpura-pura tidak mengetahui keberadaan kelompok orang asing itu. Dia mengambil jalan pintas menuju salah satu toko buku favoritnya di ujung jalan.

"Selamat datang, selamat berbelanja," sapa seorang pemuda dari meja kasir.

Melihat ada seorang pemuda yang agaknya baik, Eri menarik napas lega. Dia berjalan-jalan di beberapa rak genre fantasy, lalu mencoba mencari kenyamanan dalam suasana toko itu.

Interior toko didominasi warna merah. Buku-buku tersusun rapi dalam rak kayu yang terlihat rustic. Satu-satunya pintu masuk toko terbuat dari kaca dan dipasangi lonceng. Lonceng itu mengeluarkan bunyi berdenting setiap kali orang masuk ataupun keluar. Musik instrumen piano mengalun sayup-sayup. Tidak banyak orang berkunjung ke tempat ini. Suasana sekitar sunyi senyap, minim obrolan.

Pelan-pelan, keheningan tempat ini menenangkan Eri. Eri mengambil sebuah novel sebelum beranjak ke meja kasir. Mungkin setelah ini, Eri akan menyepi di kafe terdekat sambil membaca, menenangkan diri sebelum membuat rencana baru.

"Delapan puluh ribu, Non," ujar si pemuda kasir tadi. Lesung pipitnya terlihat saat si pemuda tersenyum pada Eri. Eri menyerahkan selembar seratus ribuan, lalu pemuda itu mengetikkan angka transaksi di mesin hitungnya.

"Mau disampul, Non?" pemuda itu bertanya dan Eri mengangguk.

"Kalau tidak salah, anda Nona Erika Valerie, bukan? Anda terlihat lebih cantik dari yang saya lihat di televisi," pemuda itu menyengir seraya membuka segel buku Eri.

Eri menelan ludah, "Trims."

Eri melihat pemuda itu mulai memutarkan pasta gigi di atas sampul buku sebelum menempelkan plastik bening di atasnya. Pemuda ini terlihat berusia tak jauh dari Eri. Gayanya menyampul dan memasukkan buku ke dalam kantong belanja sungguh cekatan.

"Sudah selesai," si pemuda meletakkan kantong kertas belanjaan ke atas meja, "Ngomong-ngomong, saya adalah fans berat nona... boleh minta tanda tangan?" pemuda itu menunjukkan sebuah notes ke hadapan Eri, "Tulis saja buat Angga."

Eri memaksakan senyuman di wajah, menulis seadanya dalam notes:

Buat Angga:

Semangat bekerja. Tuhan memberkati.

Angga—pemuda toko buku itu tersenyum lagi. Diam-diam, Angga memasukkan beberapa kupon belanja ke dalam kantong belanja Eri.

"Datang lagi, ya ... Nona Cantik," Angga mengedipkan satu mata.

Eri tersenyum mendengar perkataan itu. Baru kali ini, ada lelaki yang memujinya seperti ini.

Suara berdenting kembali terdengar dari pintu.

Eri dan Angga menoleh secara bersamaan. Setelah itu, semua terjadi dengan cepat ... Angga jatuh tersungkur karena sebuah pukulan. Seseorang menarik Eri dengan kasar. Punggung Eri membentur dada orang itu. Lalu tangan Eri dicengkeram begitu keras hingga gadis itu tidak dapat bergerak.

Eri menjerit tapi tidak ada yang menolong. Dia diseret menuju sebuah GranMax hitam yang terparkir tak jauh dari sana. Eri mengaduh ketika dicampakkan di jok belakang mobil.

Dua orang lelaki kekar dan seorang perempuan seksi berotot di sana sungguh menakutkan. Seumur hidup, Eri hanya pernah melihat orang-orang ini di jenis-jenis film Rambo.

"Lebih baik kau bersikap baik, Nona Manis," kata perempuan berotot itu, "Aku janji, kematianmu tidak akan begitu menyakitkan."

Stop Plagiarism

Putu Felisia

[ FULL ] My Lovely GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang