Bab 9 - Perjumpaan tak Diharapkan

164 15 5
                                    

"Ada apa John mencarimu?"

"Hanya menanyakan soal Brown Sugar," Eri mengerucutkan bibir, "John ingin membantu mencarikan tenaga. Ya, karena aku dan Jade sudah kemari. Otomatis Brown Sugar memerlukan pegawai baru."

"Lalu?"

"Aku bilang, sebaiknya aku pulang saja. Tapi John tidak setuju."

"Tentu saja, dia takkan setuju!" ada nada geli dalam suara Hayden. Mata Eri langsung membulat.

"Tahukah kau apa yang akan terjadi padamu, kalau kau kembali ke kehidupanmu sebelumnya? Tidak sedikit orang yang akan mencelakaimu. Hanya untuk melawan kami. Dan bukan hanya itu, orang-orang di sekitarmu—teman, sahabat, mungkin anak-anak panti juga, takkan luput dari sasaran mereka."

Eri terdiam. Kedua mata cokelat Hayden menatapnya tajam, sebelum pria itu mengacak rambut perunggunya dengan gemas. Tak heran banyak gadis terpikat oleh Hayden. Kalau saja Hayden bukan seorang gangster, mungkin saja Eri mengagumi pria yang mirip Erdward Cullen ini.

"Bagaimana kalau akhirnya aku menjadi seperti Rosita?"

Hayden tak menjawab, sebaliknya malah terlihat agak canggung. Dia mengacak rambutnya lagi, bingung harus menjawab apa.

"Entah berapa puluh luka yang ditorehkan Danan sebelum Rosita meninggal, bukan? Bagiku bersama kalian atau tidak, hasilnya akan sama saja."

"Tidak semua orang memiliki nasib yang sama."

"Tentu tidak," Eri berkata sarkastis, "Rosita masih memiliki Andhika yang mencintainya hingga mampu membunuh seseorang. Tapi aku..."

Hayden menelengkan kepala untuk memandang Eri. Tanpa sadar, hampir membuat mobilnya menyerempet sebuah gerobak bakso. Rangkaian sumpah serapah langsung diteriakkan si penjual bakso yang bertubuh tinggi besar dan berkulit gelap itu. Dia bahkan melempar satu sandalnya.

"Matamu picek, ya? Mentang mentang orang kaya! Jancok! Sinting! #^^$%##%"

Melihat tingkah si penjual bakso, Eri tertawa hambar. Dulu, dia juga sering marah kalau ada mobil berjalan ugal-ugalan.

"Apa yang bisa kupercaya dari para penjahat seperti kalian?" Eri akhirnya berkata.

"Apa maksudmu?" Hayden mendecakkan lidah, agak tersinggung.

"Tentang Kuga Kyouhei," Eri menyebutnya seperti menyebutkan nama monster, "Bukankah kalian pernah mengatakannya di Bali? Soal kerjasama itu?"

"Hal ini tak ada hubungannya dengan kalian," Hayden berusaha menjelaskan, "Yang dimaksud kerjasama adalah: dia ikut mendapatkan keuntungan dalam proyek tanpa keluar modal. Semacam ganti rugi untuk insiden geng Kobra di Thailand kemarin."

"Kedengarannya bagus," Eri tertawa dengan nada sumbang, "Kalau saja John tidak mengatakan kalau Kuga ingin bertemu aku..."

"Apa?"

"Aku tak tahu apa maksudnya, atau aku tak cukup cerdas untuk tahu mengapa dia berkata akan meminta aku untuk bertunangan dengannya," Eri tertawa getir, "Konon, Kuga Kyouhei juga bilang posisi tunangan itu lebih terhormat bagi Mawar Maximus."

Hayden langsung merasa ada yang tidak beres. Didorong naluri, dia segera menengok ke belakang, "Segera, huh?" sindirnya. Hayden segera mengumpat seraya memukul setir.

Merasa bingung, Eri ikut-ikutan melirik belakang dari spion di atas kepala. Rupanya, sebuah Nissan X-Trail sedang berusaha menempel di belakang mereka.

"Ngg... ada apa?" Eri garuk-garuk kepala.

Hayden memelankan laju mobilnya. Eri bergidik. Mobil di belakang mereka jelas-jelas memiliki maksud buruk. Beberapa kali mobil itu berusaha memepet jalan BMW Hayden dan tidak berusaha mengubah jalur. Dengan sengaja, Nissan itu menyalip mobil Hayden dan meluncur secara zigzag mennghalangi BMW Hayden meloloskan diri. Nissan X-trail itu akhirnya berhasil melesak mobil Hayden hingga ke pinggir, memaksa Hayden menepikan mobil, lalu berhenti.

[ FULL ] My Lovely GangsterWhere stories live. Discover now