Bab 18 - Yang Mengingkari Perasaan

110 10 1
                                    

Eri menggigil ketika Sky mengoleskan obat ke lengannya yang terluka. Disini terlalu hening. Perumahan mewah di kawasan Kelapa Gading itu sama sekali tidak memikatnya. Rumah itu sama seperti Sky, elegan, memukau... dengan pilar-pilar besar bergaya Yunani, pemandangan langsung ke arah pantai, dekorasi bernuansa Eropa modern termasuk kepala ranjang berukir rumit dan sofa beledu. Memukau, namun tak terjangkau.

Eri duduk tepat di atas sprei katun halus. Sky duduk di bangku kayu di sebelahnya. Berkonsentrasi dengan kotak P3K yang ditaruhnya di sebelah Eri. Mendadak, dia sama sekali tidak mengenal pria itu. Mengapa satu orang bisa terlihat sebagai dua orang yang berbeda? Sky kini berada tepat di dekatnya. Dengan wajah yang sama, getaran yang sama... namun Eri merasakan kengerian dari tatapan itu. Seolah dia akan terbakar hanya dengan melihat ke dalam kedalaman mata Sky yang sebiru langit di bawah sinar matahari.

"Apa yang kaulakukan kepada orang-orang itu?" Eri berkata, suaranya bergetar. Sky meletakkan tangan Eri ke pangkuannya. Dia memutar matanya sebelum berkata, "Memberi mereka pelajaran."

"Haruskah dengan cara itu?"

"Mereka mencoba menculikmu."

Eri menggigit bibir bawahnya. Benci mengakui kalau Sky sepenuhnya benar.

"Jangan melakukan hal itu lagi."

"Mengapa?" Eri mengangkat tangannya, menaruhnya di atas tangannya yang lain, "Bukankah seharusnya kau bergembira? Bukankah kau yang ingin aku pergi?" wajah Eri perlahan mengeras, mengeluarkan perkataan yang sedari tadi ditahannya, "Mengapa kau membenciku?"

Ekspresi Sky berubah sejenak, namun segera dingin kembali. Ia diam beberapa saat. Otot di lengannya yang mengepal tampak membiru. Sky kemudian menjawab acuh, "Aku tidak membencimu... semua orang di Maximus tak mungkin membencimu. Kau tahu, John Alexander paling menyayangi anak gadisnya. Itu sebabnya mereka menyebutmu Mawar Maximus..."

Eri menghela nafas. Lukanya terasa amat perih sekarang.

"Sepertinya sekarang aku mulai menyadari sesuatu," kata Eri pelan, "Kehadiranku sekarang, sikap semua orang... itu bukanlah karena John Alexander menyayangiku. Dia memang menyayangi anak gadisnya. Tapi—bukan aku. Aku hanya kebetulan datang, saat syarat Kuga Kyouhei diajukan. Suatu kebetulan bukan? John bisa menyerahkan aku, dan membuat anak gadisnya sendiri aman bersamanya."

"Kau mendengar semuanya?" Sky terdengar agak tersinggung. Dia menutup kotak P3K itu, sebelum menjatuhkan pandangan menuduh kepada Eri, "Rupanya kau juga punya hobi menguping."

"Menurutku itu tidak lebih buruk daripada membicarakan nasib seseorang dan menentukan hidup mereka seenaknya."

"Lalu apa yang kau inginkan?"

Eri mencondongkan tubuhnya untuk berbisik dengan kasar, "Kau tidak mungkin tertarik mendengarnya. Keinginanku bukanlah prioritas utama disini, terutama bagi cowok egois sepertimu..." Eri bangkit, dengan cepat melangkah ke depan pintu dan membukanya, "Kau tidak perlu mengantarku..." tubuh mungilnya menyelinap dengan mudah di celah pintu. Sky dapat mendengar perkataan Eri saat itu.

"Tidak usah menolongku lagi."

***

Sky memasuki Maximilian Lounge di dalam klub The Don Juan milik ayahnya. Cahaya remang-remang memenuhi ruangan yang khusus diperuntukkan untuk anak-anak John Alexander itu. Ruangan itu luas. Temboknya berlapis karpet berwarna merah dan hitam, warna yang sama dengan permadani di atas lantai. Sebuah TV plasma berukuran besar tampak memenuhi salah satu dinding, lengkap dengan peralatan Home Theatre. Di depannya terdapat sebuah sofa kulit panjang berwarna hitam dan meja kaca panjang. Di sisi lain ruangan terdapat beberapa macam permainan, papan dart, meja billiard, dan sebuah meja untuk bermain kartu. Sedang di sisi lain, terdapat sebuah mini bar, lengkap dengan segala macam merk minuman ternama.

[ FULL ] My Lovely GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang