Bab 20 - Cinta Ini Membunuhku

110 10 4
                                    

"Satu gelas saja takkan membuatmu mabuk."

"Oh ya?" setengah tidak percaya, Eri menghabiskan isi gelasnya. Kuga tampak puas, sebelum akhirnya memesan minuman lagi. Eri kembali menyesap minumannya, merasakan sensasi ringan di kepalanya. Kuga benar, kali ini ia tiba-tiba dapat melupakan Sky. Perasaan yang semu. Mungkin karena minuman keras? Atau kehadiran Kuga? Entahlah, Eri tidak mempedulikan perasaan itu akan bertahan untuk berapa lama. Karena itu sudah cukup baginya.

Kepala Eri langsung terasa pening saat menghabiskan gelas ketiganya. Badannya terasa ringan saat Kuga merengkuhnya ke lantai dansa. Untung saja, Eri masih dalam keadaan sadar.

"Katamu tadi tidak akan berdansa," keluh Eri.

"Aku hanya bertanya apa kau mau minum atau berdansa. Aku tidak bilang keberatan kalau kau mau melakukan keduanya."

Dasar curang! Ia benar-benar dibuat tak berdaya sekarang. Seharusnya tadi dia tidak mendengarkan ucapan Kuga. Minuman keras sama sekali tidak cocok untuknya. Musik kembali bergema. Orang-orang menari liar hampir menempel satu sama lain, di tengah kepulan asap rokok disana-sini. Eri hampir sesak nafas, kepalanya bertambah pusing. Ia ingin segera meninggalkan tempat itu, namun tangan Kuga menggenggam tangannya dengan kuat. Eri menghentakkan tangannya, berharap lepas dari pria itu, namun ia merasa sedang berusaha melepaskan diri dari sebuah belenggu besi.

"Kau marah karena aku bukan dia? Bukan kakakmu yang tampan itu?" Kuga berkata dengan nada sarkastik.

"Aku marah karena kau terlalu kurang ajar."Eri memandang Kuga sebal. Melihat ini, Kuga merasa geli sendiri. "Sampai kapan kau mau melawanku?" katanya. Kuga menarik Eri lebih dekat, menyusuri pipi Eri dengan bibirnya, merasakan pipi gadis itu menghangat karena kesal dan malu. Kuga berkata tepat di samping telinga Eri, "Itu ciuman pertamamu?"

Eri mengomel pelan, memelototi Kuga yang memasang tampang tak berdosa, "Apa kau sering sembarangan mencium seorang gadis?" katanya garang, "Membuat seorang gadis terbuai oleh uang? Dan setelah bosan, kau akan membunuhnya? Seperti apa yang kaulakukan kepada Shiori?"

Kuga memamerkan senyum separonya.

"Kau monster!"

Kuga hanya memandang Eri sekilas, lalu mulai mengabaikan perkataannya. Ia menoleh sekilas pada para pemain band yang mulai memperlambat hentakan musiknya. Di tengah lampu-lampu yang mulai meremang, orang-orang saling mendekat, menyatukan diri dengan musik yang romantis.

"Lagu yang bagus," kata Kuga, entah karena ingin mengalihkan pembicaraan atau memang mengagumi lagunya. Tanpa sengaja, Eri memperhatikan lirik dan irama yang mengalun. Nyali Eri langsung menciut ketika mengetahui lagu yang dimainkan adalah single dari D'Masiv—Cinta Ini Membunuhku! Sepertinya mereka mulai kekurangan lagu saja. Mengapa mereka tidak memutar lagu lain? Lagu Nidji— Hapus Aku, misalnya? Eri benar-benar ingin ada yang menghapusnya saat itu. Tempat itu benar-benar buruk. Lagu itu semakin membuatnya kehilangan kesabaran...

Kau membuat ku berantakan.

Kau membuat ku tak karuan...

Eri mengerucutkan bibir sambil berusaha menghindari tatapan Kuga di depannya.

"Aku bahkan tidak percaya kalau kau menyukai musik." Katanya menghindar.

Kuga tertawa, "Aku suka mendengarkan lagu. Misalnya saja 'Teman Hati' (kokoro no tomo)."

"Jangan bercanda!"

Eri menelengkan wajahnya ketika Kuga mendekat dan berbisik di telinga Eri, "Bagaimana jika aku benar-benar menginginkannya?"

Eri merasakan detak jantungnya semakin kacau, dia hanya ingin menghindar dari pria di depannya itu, "Menginginkan apa? Jade Judy?"

Kuga terlihat marah. Suara rendah dan seraknya kembali berdesir di telinga Eri, "Jade Judy... kau ingin aku bersamanya?" suara itu kini berubah sedingin es, "Apa kau benar-benar ingin mati?"

"Aku tidak mau mati menderita."

"Terserah kau saja," Kuga berkata dingin. Sesaat, ia melihat kilatan cahaya dari lampu sorot, menyinari sesosok wanita anggun berambut ikal keperakan sedang menatapnya dengan licik. Ia langsung mengenali sosok itu. Yuri... Nalurinya membuat Kuga menarik Eri ke arah lain. Matanya sibuk mencari-cari Jade dan Darius sambil mengawasi Yuri di tempatnya tadi. Kuga mempercepat langkahnya, melihat pria di dekat Yuri.

Kuga Ryuzaki tersenyum amat manis kepadanya.

Refleks, Kuga menarik Eri berlindung di balik bahunya. Dia melangkah cepat menuju tempat kedua orang itu. Namun tempat itu begitu sesak. Dimana dia dapat mencari mereka? Ryuzaki ada di sana. Itu berarti akan ada sebuah rencana jahat yang mengincarnya. Kuga meninggalkan Eri di belakangnya. Ryuzaki masih tersenyum kepadanya sambil mengangkat gelas sampanye. Kuga mempercepat langkahnya melihat Ryuzaki semakin menjauh darinya. Hentakan musik semakin bercampur dengan kekacauan di kepalanya.

Setelah kejadian bertahun-tahun lalu yang membuat Ryuzaki terlihat seolah telah mati, namun Kuga tahu itu tidak benar. Kakaknya memiliki kekuatan dendam yang takkan mudah membuatnya binasa. Banyak kejadian telah membuktikanya. Namun masalahnya, Ryuzaki terlalu pandai menyembunyikan diri. Tidak mudah membuatnya keluar. Dan akhirnya, malam ini, Ryuzaki sengaja memilih muncul di tempat ini. Daerah kekuasaan Maximus. Berbaur dalam ratusan orang...

Kuga telah sampai ke pintu keluar saat bayangan Ryuzaki meninggalkan ruangan itu. Kuga menyusuri lorong gelap itu dengan matanya. Namun Ryuzaki telah menghilang.

Harus ada yang membuatnya muncul kembali, Kuga membatin, Harus ada sesuatu yang menariknya dari dalam kegelapan. Sesuatu yang cukup membuatnya berminat, memunculkan diri, dan bertarung langsung melawannya... Sesuatu yang cukup licik untuk melawan kejelian kakaknya itu.

Kuga Ryuzaki...

[ FULL ] My Lovely GangsterWo Geschichten leben. Entdecke jetzt