Bab 32 [ END ] - Tiada yang Menang

139 10 0
                                    

Kuga tidak melanjutkan perjalanannya ke garis finish, atau kembali untuk menyaksikan peperangan antara geng Ryuzaki melawan gabungan kekuatan Maximus dengan klannya. Kuga hanya melangkah lesu ke dalam mobilnya, menjalankan Bugatti-nya pelan-palan melewati gunung dari arah berbeda. Kuga mendesah pelan, mengambil sebuah ponsel dari dasbor, menyambungkan ponsel itu dengan blue tooth di telinganya.

"Keluarlah, Ryuzaki..." Kuga berkata dingin sambil memperbaiki spionnya. Ia tidak melihat apa pun disana, kecuali warna hitam jalanan, "Aku tahu kau ada disana..." desisnya, "Aku sudah menjalankan perintahmu. Kau boleh keluar sekarang!"

Sebuah suara tawa mengerikan terdengar di telinga Kuga, bersamaan dengan datangnya sebuah Cherokee di belakang mobil Kuga, membayang di kaca spionnya.

"Wanita itu benar-benar ceroboh."

"Aku mengambilnya saat Yuri menciumku." Kuga tertawa, "Kau tidak benar-benar menjaga kelakuan gadismu."

Ryuzaki yang berada dalam Cherokee itu menjalankan mobilnya sehingga Cherokee itu berada di sebelah mobil Kuga. Kuga dapat melihat siluet Ryuzaki dari balik kaca Bugatti Veyron-nya. Lebih tampan dari terakhir kali mereka bertemu. Dan pasti lebih berbahaya. Kuga memacu mobilnya menjauhi gunung. Dia tahu pasti tujuannya kemana, saat pilar-pilar kayu tinggi itu menyambutnya beserta bangunan berarsitektur Jepang tradisional itu.

Ryuzaki tertawa sebelum keluar dari mobilnya. Ia mencabut blue tooth di telinganya, dan menyurukkan perangkat itu ke dalam sakunya.

Kuga turun dari mobil. Tekadnya sudah bulat untuk mengakhiri semua ini. Pistolnya tersembunyi dengan rapi di dalam sakunya. Kuga memilih untuk tidak menggunakannya dahulu. Kemampuan menembak Ryuzaki jauh di atasnya. Akan lebih baik jika Ryuzaki melawannya dengan tangan kosong. Atau jika Ryuzaki berniat baku tembak, Kuga harus memaksanya menjauh dari pistolnya.

"Kau ingin semua leluhur melihat kita?" Ryuzaki berkata sinis, "Kau memilih Rumah Abu keluarga, apa ini tidak terlalu berlebihan?"

Kuga berjalan angkuh ke dalam bangunan itu. Langkahnya tertuju tepat ke arah deretan aneka pedang.

"Bukankah ini yang kau inginkan?" Kuga berkata datar, "Sebuah akhir bagi kita. Baik ataupun buruk. Terimalah hasilnya..." dia mencabut sebuah katana, membungkukkan badannya, memberi penghormatan ala Jepang. Ryuzaki ikut melangkah ke deretan pedang itu, mengambil sebuah katana dengan ukiran seorang dewa kematian di sarung kulitnya. Dia menaruh pistol yang sedari tadi dipegangnya, beralih pada katana itu. Sorot matanya tetap dingin dan menakutkan.dia mengelus katana di tangannya, seolah memperlakukan kekasihnya. Kuga mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk berdiri di depan Ryuzaki. Saat ini, ia bukanlah seorang adik yang takut kepada kakaknya. Ia adalah pemimpin klan yakuza terbesar di Asia Timur.

Ryuzaki menatapnya tanpa ekspresi. Tempat ini memang familier baginya. Dia terbiasa melakukan upacara-upacara sedari kecil. Kakeknya selalu membawanya kemari, dan menyuruhnya bersembahyang.

Kuga meluruskan katana itu di tangannya. Ryuzaki memberi penghormatan kepadanya, sebelum mencabut katana itu dari sarungnya. Kilau katana itu langsung menyerang mata Kuga. Ryuzaki menyeringai sejenak.

"Seharusnya kau tahu apa yang terjadi pada geng kecilmu. Bahwa Maximus telah berhasil mengalahkan mereka." Kuga berkata, "Kau harus mengetahui ini, Ryuzaki."

Wajah Ryuzaki masih tenang saat mendengar kabar ini dari Kuga. Terlihat sekali kalau incaran utamanya bukanlah klan Kuga, atau Maximus.

"Konspirasi yang bagus," sindir Ryuzaki, "Kalau saja mereka tahu siapa yang membunuh penerus mereka."

"Aku tak peduli," Kuga mendekati Ryuzaki. Sebuah gerakan cepat membuat kedua katana itu mulai beradu. Kedua katana itu kini bersilangan di atas dada Ryusaki, dengan posisi katana Ryuzaki menghalangi katana Kuga membelah dadanya. Kuga menarik katana-nya, mengarahkan pedang panjang itu dari arah atas. Ryuzaki menekuk lutunya, menghalangi serangan ke kepalanya itu. Dalam sekejap, terdengar suara berdeting. Kedua katana itu saling beradu, berusaha menyabet tubuh masing-masing lawan. Kuga menyambarkan katana-nya dari arah samping. Serangannya mengenai lilin-lilin di dekatnya. Membuat lilin-lilin itu beterbangan ke arah wajah Ryuzaki, sementara kakaknya itu menebas batang-batang lilin yang menyerangnya.

[ FULL ] My Lovely GangsterWhere stories live. Discover now