L.T 24 : Liars (1)

9.4K 509 29
                                    

***

Salah paham itu manusiawi, bahkan semua orang mungkin pernah salah paham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salah paham itu manusiawi, bahkan semua orang mungkin pernah salah paham. Setelah bertengkar hebat, Miles melangkah mendekati Michael yang terbaring dengan luka yang cukup parah. Miles memberikan botol minuman kepada Michael. Tepatnya botol anggur. "Aku tidak minum anggur." kata Michael, namun tangannya tetap mengambil botol anggur itu dan meminumnya.

Miles meringis, "Aku tidak tahu kau suka mabuk-mabukan rupanya." Miles mengambil botol anggur di tangan Michael. Miles benar-benar patah hati. Ia meneguk botol tequila
seperti sedang meminum air mineral. Michael hanya mengamatinya. Berusaha mengontrol pikirannya agar tidak mabuk. Hanya sedikit yang ia teguk, ia tak akan teler.

"Jadi akhirnya kau dan Justine berhubungan seks?" Michael berusaha memaklumi walau nyatanya ia tidak bisa. Ia berharap Miles tidak mengiakan ucapannnya. "Siapa yang bilang begitu padamu?" Miles terkejut mendengar pertanyaan Michael. Ia tidak tahu kenapa Michael sampai memikirkan hal itu.

"Cewek-cewek menggosip kalau kalian berciuman. Kau tidak memakai pakaian, tepatnya bertelanjang dada. Benar atau tidak, kau telah membuat nama Justine menjadi buruk. Orang-orang tidak akan peduli kau, tapi Justine, semua orang bisa mengucilkannya." Miles menyeringai. "Jika pun aku tidur dengan Justine. Kurasa itu tidak masalah. Kami berpacaran."

"Tadi kau bilang kalian putus. Apa maksudmu, Miles? Kau membuatku bingung. Dan apakah itu artinya kau dan Justine... sudah melakukannya?" Michael mengeluh ketika tiba-tiba pipinya yang berdarah terasa nyeri. Ia berusaha mendengarkan apa yang akan dikatakan Miles. "Justine marah. Aku juga tidak tahu kenapa. Cewek selalu membingungkan. Dia tiba-tiba saja marah dan minta putus. Dan kurasa kau tidak perlu tahu spesifiknya apa yang terjadi. Kau bahkan lupa kalau kau pernah tidur bersama Scarlette."

Michael memutar bola matanya. Ia mengambil botol tequila dan menghabiskan sisa dari Miles. "Dad pasti akan marah. Kau sudah telepon Justine? Aku bertemu Aurel di supermarket. Dia beli tepung, aku tidak tahu untuk apa tapi dia wajib diwaspadai. Kau harus menanyakan di mana Justine berada. Hubungi dia." Miles mengambil ponselnya kemudian menghubungi Justine.

"Dia mengabaikan panggilanku. Aku yakin dia tidak akan menemuiku lagi. Bisa kau telepon dia untukku?" Miles sangat mencemaskan Justine tetapi tidak mau memperlihatkannya di depan saudaranya. "Baiklah." Michael merogoh saku celananya. Ia menelepon Justine dengan mode speaker.

"Halo, Mike. Ada apa?" Suara Justine terdengar sedih. Suaranya kecil, lebih kecil dari biasanya. "Aku mengkhawatirkanmu. Kau baik-baik saja? Di mana kau sekarang?" Butuh beberapa detik untuk Justine bicara.

"Aku tidak pulang. Aku sudah telepon Daddy kalau aku menginap di rumah Yoana. Aku sudah sampai, jadi kalian tidak usah cemaskan aku." Michael mengangguk. Ia melirik saudaranya, Miles yang hanya diam. Sangat aneh melihat cowok sekeren dia tiba-tiba diam begitu. "Kau dan Miles baik-baik saja 'kan? Kudengar kalian berakhir?"

"Oh.. Miles mengatakan kami putus? Oh, tentu. Aku memang hanya gadis selingan musim panasnya. Aku akan mematikan panggilan ini. Aku mau istirahat." Michael menyetujuinya. Ia mematikan panggilan teleponnya. Setelahnya, Michael memandangi Miles seraya berujar. "Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian. Tapi kurasa kalian masih saling mencintai. Aku akan pulang sekarang. Kau tidak mau ikut?"

"Aku tinggal di studio Aïden. Aku malas pulang." kata Miles. Dia terlihat frustasi. Michael menepuk bahu saudaranya dan keluar dari ruangan piano milik keluarga Aïden. Ketika Michael keluar kamar itu, ia melihat Aurel. "Jangan ganggu, Miles. Dia sedang tidak baik-baik saja." Aurel tidak membalas apa-apa sehingga Michael bisa pergi dari sana. Michael cukup tenang karena Miles tidak menyukai Aurel. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Michael menghubungi Miley dan adiknya itu bilang kalau ia sudah pulang lebih dulu. Michael merasa lega. Yang perlua ia cemaskan adalah apa yang harus ia katakan pada ayahnya atas keterlambatannya pulang, terlebih lagi wajahnya penuh lebam. Michael memikirkan alasan yang tepat untuk itu semua. Michael akan bilang kalau perjalanan pulang ia dikeroyok geng motor sehingga ayahnya tidak akan menyalahkannya lagi. Walau terdengar mengerikan, namun tidak ada pilihan selain itu.

Sampai di rumah ayahnya berada di antara percaya dan tidak percaya. "Sungguh, Dad! Aku mengatakan kebenarannya. Aku hanya perlu mengikuti kegiatan taekwondo agar bisa melindungi diri. Aku baik-baik saja." jelas Michael. Dia mengambil duduk di sofa, mengamati mimik ayahnya. Apakah ayahnya percaya ucapannya atau tidak? Itu sungguh membingungkan.

"Lalu di mana Miles berada? Justine menelepon kalau dia menginap di rumah Yoana. Katakan pada Daddy apa yang sebenarnya terjadi?" Michael menggerutu dalam hati. Karena Miles, ia akhirnya melakukan kebohongan lebih banyak dari hari-hari biasanya. "Miles bergabung dengan tim basket lagi. Karena ini ulang tahun Aïden maka Miles menginap di rumah Aïden. Ada banyak teman cowok di sana. Mereka cuma nongkrong. Kalau Justine sendiri, dia ingin membicarakan tugas kelompok dengan Yoana. Aku ketua kelas Bahasa Prancis. Jadi aku tahu kalau Yoana dan Justine teman sekelompok untuk mata pelajaran itu."

Michael tidak bohong. Memang ada tugas kelompok bahasa Prancis, cuma Justine tidak satu kelompok dengan Yoana. Tapi, Miles... Michael bingung akan seperti apa kehidupan sekolah Justine bila putus dengan Miles. Belakangan ini banyak sekali tragedi putus cinta, seperti bulan ini adalah bulan patah hati. Sepertinya ayahnya percaya karena setelah itu Michael diizinkan masuk ke kamarnya.

Di tempat lain, Justine menangis. Yoana tidak tahu apa yang terjadi. Namun bisik-bisik mengenai Miles dan Justine berhubungan seks sampai di telinganya. Sebenarnya Yoana penasaran juga. Memang sudah waktunya, bahkan Miles dan Justine bukan anak kecil lagi. "Aku sudah dengar orang-orang membicarakannya. Aku tidak tahu untuk alasan apa kau sedih, tapi kau harus tahu aku kehilangan perawan waktu masih kelas delapan."

"Aku tidak melakukan apa-apa dengan Miles." Justine tidak meyakinkan. Air matanya terus mengalir seolah menjelaskan hal berbeda. "Lalu kenapa? Aku bingung dengan kalian kenapa harus putus saat kalian jelas-jelas akan kuliah di benua yang berbeda. Ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya Yoana penasaran. Justine mengakui betapa lemahnya dia malam ini.

"Cinta pertama Miles kembali!" Justine mengumumkan. Betapa masalah itu sangat mengganggunya. "Patricia Albert?" Yoana mengetahuinya karena ia dulunya penguntit dari seorang Miles. Yoana menganga, itu cukup menjelaskan pada Justine kalau itu kabar yang buruk. Sangat buruk dari sebuah tragedi teror.

"Miles meyakinkanku bahwa dia mencintaiku tapi aku mendapatinya mengirim pesan pada Patricia. Miles menjelaskan kalau dia hanya main-main. Apakah semua pria sebajingan dia?" Yoana menelan ludahnya. "Apa yang Miles tulis untuk Patricia? Semacam gombalan?" Justine menyeka air matanya.

"Dia menulis kalau Patricia-lah gadis paling cantik yang ia temui." Bagaimana pun cantiknya Patricia, seharusnya Miles hanya melihat satu gadis sebagai gadis cantik. Bukannya membuat gombalan tak berguna kepada gadis-gadis lain. "Pria memang seperti itu, bajingan tengik. Mereka selalu menganggap kecil hal yang sepele. Itu normal, Justine. Kurasa kalian tidak perlu putus." Yoana yakin bukan hanya itu yang dipermasalahkan Justine. Ada hal lain yang terjadi di pesta Aïden.

"Kau tidak mengerti, Yoan! Miles yang memutuskan bahwa kami sudah berakhir. Kau tidak tahu apa yang sudah kuberikan pada Miles. Kau tidak akan mengerti." Justine benar-benar sedih. Mereka benar-benar berakhir sekarang. Patricia muncul di saat yang tidak tepat, terlalu cepat untuk datang. Patricia cantik, Justine melihat fotonya di ponsel Miles. Entahlah, mengapa Miles bisa menyimpan foto gadis itu.

"Bukankah kau harus mempertahankannya bukannya melepaskannya? Kalau kau sudah tahu betapa banyak kau mengorbankan sesuatu padanya. Tidakkah kau harus menahannya pergi dari sisimu." Yoana berharap Justine segera berbaikan dengan Miles. "Kau selalu mendukung dia. Kau tidak akan membuat citra Miles buruk. Aku tahu kau penggemarnya." Justine tidak mengerti mengapa Yoana terus membela Miles.

"Aku butuh waktu sendiri!" Justine beranjak pergi masuk kamar tamu. Dia meninggalkan Yoana yang masih kebingungan. Mungkin besok akan lebih baik. Seseorang butuh waktu sendiri untuk menyembuhkan patah hati. Begitulah.

See next time!

Instagram

Sastrabisu dan erwingg__

Despacito (Ayana And The Bastard Billionaire)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang