L.T 25 : Happy With U (2)

8.2K 485 34
                                    

***

Michael menyaksikan saat Justine dan Miles berciuman di kolam ikan belakang rumah. Michael hendak mengajak Justine belajar bersama tapi yang ia lihat justru hal lain. Sesuatu yang membuat perutnya terasa melilit. Dia barusaja menyaksikan orang lain berpacaran, ia merasa seperti penguntit. Michael menghela napas untuk menghilangkan perasaan aneh yang menggantung dalam dirinya.

Ia pun teringat pada Zalima. Satu-satunya cinta yang ia punya. Mungkin selama ini Scarlette hanyalah selingan patah hatinya. Bisa saja, sebab Michael sedikit pun tak merasa terluka ketika Scarlette dan Zhou berkencan. Ia hanya terkejut, sedikit guncangan saja. Michael mengambil ponselnya dan menghubungi Zalima. Hanya beberapa menit saja sampai ponselnya menampakkan Zalima sedang memakai pakaian sholat berwarna putih.

"Hai, Mike! Aku terkejut kau menelepon sepagi ini. Tunggu--, jam berapa sekarang di New York?" Zalima berpikir sejenak. Michael mengamatinya, Zalima terlihat lebih menawan dari sebelumnya. Wajahnya terlihat cerah. "Jam sembilan. New York lima jam lebih lambat dari Inggris." kata Michael. Sekarang jam sembilan malam, itu berarti di Inggris sudah jam dua pagi.

Zalima mengangguk mengerti. Michael selalu pintar dan begitulah Michael diciptakan. "Apa aku mengganggu? Kau sedang beribadah." Michael merasa tidak enak. Zalima bilang tidak apa-apa. Dia menegaskan kalau dia barusaja selesai sholat malam. "Apa yang terjadi, Mike? Apa ada sesuatu yang mendesak?" Zalima menatap Michael dengan tatapan serius.

"Sebenarnya tidak. Aku hanya merindukanmu. Aku merindukan teman yang baik. Banyak hal yang berubah dan aku tidak tahu harus bagaimana. Sulit bersosialisasi dengan lingkungan yang berubah-ubah." Michael berjalan menuju taman untuk mengambil duduk di bangku besi warna putih yang tak jauh darinya itu. "Apa ada sesuatu terjadi? Kau tampak sedang dalam masalah. Kau dan Scarlette putus?"

Michael mengiakannya. Michael duduk di kursi taman lalu berkata. "Apa aku tidak pantas untuk disukai? Apa aku terlalu kaku? Sepertinya aku bukan cowok idaman seperti Miles. Aku bahkan tidak bisa olahraga. Aku payah." Zalima tidak setuju dengan perkataan Michael. Dia tidak menyukai sifat pesimis yang dimiliki Michael. "Semua cowok punya kelebihan dan kekurangan. Ketahuilah kau juga keren, Mike!" Michael tidak tahu harus menjawab apa. Dia hanya diam ketika Zalima sibuk memerhatikan mimik sedihnya.

"Mungkin aku bukan Muslim taat. Tapi jujur saja, aku menyukaimu. Aku salah satu penggemarmu. Aku sempat terpukul karena harus meninggalkan New York, namun aku tetap berusaha untuk bertahan." Kalimat Zalima membuat Michael tercengang. Dia bahkan tidak tahu seperti apa perasaannya sekarang. Scarlette, Aurel, dan Zalima muncul di saat yang bersamaan. Membuatnya sulit memahami cinta yang ia rasakan. Rasa itu bercampur aduk seperti adonan kue yang bercampur asin, manis, dan asam. Rasanya aneh. "Apa maksudmu Zalima? Kau tidak bohong?" Zalima membenarkannya.

"Aku menyukaimu tapi kita berada di benua yang berbeda. Aku rasa kita memang bukan takdir. Kita bahkan berbeda keyakinan. Aku cukup lega karena kau masih mau menghubungiku. Aku sudah lebih baik sekarang. Aku melakukan sholat malam, dan itu membuatku lupa pada cintaku." Zalima tersenyum. Dia tampak canggung karena sudah mengakui perasaannya. Bahkan ia sudah melanggar sebuah larangan agama. Dia merasa bukan contoh gadis muslimah yang baik.

"Dulu aku menyukaimu, Zalima. Waktu yang kita habiskan membuatku merasa nyaman. Tapi sekarang, aku bahkan tidak tahu apa yang kurasakan. Aku berkencan dengan Scarlette saat kau tidak ada. Itu membuatku seperti bajingan. Aku mengkhianati cintaku sendiri." Michael murung. Ia menyesal karena baru sekarang mengetahui jikalau Zalima pernah menaruh hati padanya. Andaikan dulu ia mengakui perasaannya pada Zalima, mungkin itu lebih baik.

"Hei, Mike. Kau tidak usah sedih seperti itu! Kita tetap berteman. Aku lebih suka kita berteman. Kau pantas mendapatkan cewek yang lebih baik. Kau adalah cowok kuat." Zalima mengubah situasi dengan berbicara lewat nada semangat. Michael tetap saja muram. Bagaimana mungkin dia bisa hidup kalau dia sendiri pernah menyakiti gadis yang disukai, mengkhianati gadis yang disukainya.

"Aku memang kuat.. kelihatannya mungkin seperti itu." kata Michael. Cowok itu merasa perutnya melilit lagi. "Aku ada tugas sekolah. Selamat tidur, Zalima." Michael pasrah. Ia mematikan panggilan video-nya dengan hati nelangsa. Michael menaruh ponselnya di kantong celana kemudian bergegas naik ke kamarnya. Di sana, Michael mengambil beberapa buku paket sekolah, ia membacanya dan mengalihkan rasa sakitnya dengan belajar. Michael memutar musik keras-keras sampai Miley membuka pintunya lalu menegurnya.

"Apa yang kaulakukan, Mike? Aku sedang ingin tidur? Apa kau masih memikirkan Scarlette?" Miley muncul dengan masker putih yang dipakai di mukanya serta dua potong mentimun di tangannya. "Aku dan Scarlette sudah putus. Aku tidak memikirkannya. Keluar saja kau. Aku akan mengerjakan tugas." cetus Michael sambil mematikan pengeras suara di sampingnya.

"Baguslah." Miley menutup pintu. Michael mengembuskan napas. Ia meremas rambutnya kuat-kuat. Ia membayangkan hari-hari yang menyulitkan Zalima. Pasti gadis itu melewati masa-masa sulit pasca pindah sekolah dan negara. Betapa berengseknya dia karena melupakan Zalima begitu cepat ketika hatinya masih memendam rasa padanya.

Michael masih melamun ketika ponselnya berdering. Aurel menyapanya, Aurel bertanya beberapa materi tentang bahasa Prancis. Michael memotret catatannya kemudian mengirimkan beberapa foto catatannya ke Aurel. "Setidaknya kau mengirimkan satu kata yang bagus untukku. Kau hanya mengirim foto. Itu terkesan tidak sopan, Mickey!" Tidak, Michael merasakan sesuatu yang aneh ketika Aurel memanggilnya Mickey. Itu sangat spesial. Sangat mengesankan. Michael benar-benar kebingungan soal itu.

"Aku melihat Scarlette dan Zhou berciuman di toilet perempuan. Bukankah dia keterlaluan? Kau tidak mau membalasnya? Dia itu jahat tapi tidak mau menampakkan dirinya yang sebenarnya. Lihatlah aku, aku jahat tanpa menyembunyikan identitasku." Aurel tidak hanya mengirim pesan itu. Bahkan ada foto Scarlette dan Zhou. Itu bukan editan, Michael tahu itu foto sungguhan.

"Aku tidak suka balas dendam, Gadis jahat! Aku tidak peduli apa yang dilakukan Scarlette karena aku sudah melupakan dia." Michael mengirim pesan itu kemudian mengamati foto Zhou dan Scarlette. Tampaknya tidak ada lagi jalan untuk bersatu dengan cewek itu. "Oh.. Aku tidak mau dilupakan seperti Scarlette. Apa kau mau jadi temanku, Mickey? Aku bahagia punya teman sepertimu." Michael merasa mual membacanya. Ia bingung, sisi lain Aurel membuatnya nyaman. Aurel membawanya ke dalam dunia yang berbeda. Kadang bertengkar karena hal sepele, kadang saling menjatuhkan lewat candaan. Dan itu sangat mengagumkan.

"Aku tidak berteman dengan siapa pu , Gadis jahat! Aku suka suasana sendiri. Lagipula kau sudah punya banyak teman. Kau adiknya Aïden, kau juga punya tim The Aureliest." Michael membalasnya lalu mematikan ponselnya. Ia tidak mau mendapat teks baru lagi dari Aurel. Michael hanya ingin mempertahankan dirinya, mempertahankan hatinya untuk tidak terluka. Ia akan memahami hatinya malam ini. Dia butuh waktu menenangkan hatinya yang tersesat karena cinta.

See u next time

Instagram

Sastrabisu dan erwingg__

Despacito (Ayana And The Bastard Billionaire)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt