L. T 32 : For Ian

6.4K 451 18
                                    

***

Rasa bersalah adalah perasaan yang membuatmu tidak nyaman. Perasaan yang menggantung dalam dirimu seperti sebuah kanker jinak. Sehari setelah malam kelulusan, Miley dan Ian kembali memulai kencan mereka. "Andai kutahu prom night berakhir seperti malam itu, aku mungkin tidak datang. Sungguh, aku yakin kau tidak baik-baik saja setelah mendengar seruan Miss Anderson." Semua orang pasti akan marah jika pasangannya dipasangkan dengan orang lain di depan mata.

"Aku tidak terlalu memikirkan hal itu." Ian mengatakannya dengan tingkat kesopanan sedang. Pria itu menggenggam tangan Miley lalu tersenyum. Dia selalu menakjubkan setiap kali tersenyum. Di dunia ini, ada beberapa pria yang tampak keren saat ia tersenyum. Ian adalah tipe pria semacam itu, senyum tak membuat sisi maskulinnya hilang.

Miley memegang wajah Ian sehingga pria itu berkata. "Rumor beredar ketika malam kelulusanmu, saat kau dan Aïden berada di lab kimia. Mereka bilang kalian melakukan seks di dalam sana. Itu tak benar 'kan?" Pertanyaan Ian membuat Miley mendelik, namun sedetik kemudian menoleh ke arah lain. "Tidak seperti yang dikatakan orang-orang, Ian. Aku dan Aïden hanya berciuman. Ciuman terakhir." kata Miley.

Ian tidak yakin. Entahlah, Miley tidak mengatakan dengan sungguh-sungguh. "Aku  percaya padamu. Aku merasa bahwa teman-temanmu hanya menambahkan cerita. Maksudku untuk merusak hubungan kita." Ian meneguk moccacino di mejanya. Dia berusaha untuk percaya tapi Miley malah membuatnya curiga. Miley mematung.

"Ian... Jika seandainya aku punya kesalahan terhadapmu. Kesalahan apa yang tidak akan kaumaafkan? Aku menanyakan ini karena aku dan Justine akan sekolah di Eropa. Dan kita akan berada di benua yang berbeda. Aku tifldak mau membuat kesalhn di sana." Sekolah di Eropa menjadi alasan Miley. Namun, Ian merasa kalau Miley sedang bersembunyi dibalik kesalahannya. "Kebohongan. Aku tidak mau dibohongi. Karena aku sudah memercayakan semuanya padamu. Cinta dan segala yang kupunya."

"Kau tidak pernah membohongiku 'kan?" tanya Ian. Sepertinya Ian sudah menemukan jawabannya lewat gerak-gerik Miley. Pertanyaannya hanyalah semacam tes psikologi atau mungkin hanyalah pertanyaan formalitas. Miley mengangguk. "Aku tidak bohong. Tidak pernah bohong padamu." jawab Miley mantap.

Suasana jadi canggung karena Miley tidak seceria biasanya. Ian tidak terbiasa dengan lingkungan yang berubah-ubah. Ia merasa nyaman jika Miley bertingkah posesif seperti pertama kali. "Bagaimana dengan Michael? Orang-orang mencarinya saat pesta. Sepertinya dia menjalani hubungan yang kontroversial dengan Aurel." Belakangan ini Michael menjadi pusat perhatian. Teman-teman sekolah berlomba-lomba mencari tahu mengenai kehidupan pribadi cowok tenang itu.

"Mike mengikuti wawancara di Universitas New York. Sekolah merekomendasikannya di jurusan kedokteran." jelas Miley. Perasaannya masih nelangsa. Sebentar lagi dia akan meninggalkan New York demi melanjutkan sekolah. Itu sangat membebaninya, belum lagi rumor dia dan Aïden melakukan seks di dalam yang  menyakiti hatinya. Ian pun tampak tidak memercayai perkataannya.

"Mike memang selalu terlihat keren. Lihat, dia bahkan diterima di Universitas New York dengan mudah. Bahkan aku belum mendapat surat balasan dari satu pun perusahaan besar." Miley baru menyadari bahwa Ian juga menginginkan kuliah. Pria itu membutuhkan dana kuliah. Miley mendadak mendapatkan pencerahan. Dia berusaha melupakan rumor buruk tentangnya dan menganggap kuliah di Eropa sebagai hal menyenangkan.

Miley mengajak Ian pergi ke suatu tempat. Ian hanya menurut, hingga beberapa menit kemudian Ian menyadari kalau pacarnya sedang merencanakan bertemu dengan CEO Smith Enterprise, Seavey Sean. "Tidak, Miley. Kau tidak harus melakukan sejauh ini." kata Ian. Miley menempelkan jarinya di atas bibir Ian. "Percayalah padaku, Ian. Kalau Daddy tidak merestui kita maka aku akan meenciumku di depan matanya."

"Menciumku hanya akan menambah masalah." tutur Ian setelah Miley berhasil menarik tangannya. Apa yang dipikirkan Miley tidak segampang yang dibayangkan. Ayahnya sangat sibuk, sulit menemuinya tanpa ada janji temu. "Aku anaknya Mr Sean. Kalau kau menghalangiku menemui Daddy maka aku akan memecatmu!" ancam Miley pada resepsionis.

Miley menelepon langsung Ayahnya. Miley diminta menunggu setengah jam karena Ayahnya sedang melakukan rapat kerja. "Aku minta maaf, Ian. Aku tidak tahu kalau kehidupan kantor Daddy seperti ini." Ian mengatakan tidak apa-apa. Ian memakluminya. "Kau tidak boleh sibuk seperti Daddy, Ian. Carilah pekerjaan yang tidak membuatmu sibuk. Aku tidak mau ditelantarkan kalau kita sudah menikah. Kalau bisa kau hanya boleh bekerja paling lama lima jam sehari. Dan sisanya adalah waktu kita bersama." Miley selalu memikirkan masa depan. Pikirannya terus melayang pada pernikahan. Semoga Ian menjadi pria terakhir dalam hidupnya.

"Semua pekerjaan menuntut kerja keras. Tidak ada pekerjaan yang menetapkan jam kerja hanya lima jam." Miley menampakkan mimik cemberut. Mereka mengobrol dengan santai untuk beberapa saat.

Tiga puluh menit adalah waktu yang cukup lama. Jadi, Miley dan Ian menghabiskannya dengan makan di kafetaria kantor. Ian melakukan banyak hal manis. Dia menyuapi Miley sampai Miley merasa benar-benar bahagia. Sungguh tidak ada yang paling membahagiakan dari disuapi oleh seorang Ian. Mereka masih bermesraan ketika Mr Sean muncul dengan langkah gagah.

"Halo sayang. Apa yang membawamu datang ke kantor Daddy tanpa membuat jadwal?" Mr Sean mencium kening anaknya lalu mengambil duduk. Ia mengamati Ian. Wajah itu masih dikenal olehnya. Sosok yang pernah melecehkan putrinya. "Apa Daddy masih membuka peluang beasiswa?" Miley bertanya ragu.

Mr Sean mengangkat alisnya. "Tersisa 5 kuota lagi. Ada apa? Apakah ini berkaitan dengan pria ini?" Ian merasakan aura ketidaksukaan Mr Sean terhadap dirinya. "Maafkan aku, Pak. Sebenarnya aku sudah menegaskan pada Miley untuk tidak menganggu waktu Bapak." Mr Sean melirik Miley yang memberi kode seolah mengatakan dia pacarku, Daddy. Berikan dia beasiswa.

"Tidak. Karena kau sudah terlanjur di sini, kenapa tidak mencoba saja? Ada banyak daftar kandidat yang masuk. Tapi kurasa aku harus memprioritaskan dirimu. Ketahuilah bahwa kau sangat beruntung mendapatkan kesempatan ini, Nak." Mr Sean tidak sedikit pun mengalihkan perhatiannnya pada Ian. Miley mengirim pesan terima kasih ke nomor telepon ayahnya.

"Terima kasih, Pak. Anda sangat mengesankan." Ian tidak bisa menolak. Ternyata tidak mudah menolak permintaan orang terhormat. Ian mengingat kesalahan yang ia lakukan pada Miley sebelumnya. Dan kali ini ia merasa keputusan untuk mengikuti apa yang dikatakan Mr Sean adalah keputusan yang tepat. Dia tidak bisa menolak penawaran Mr Sean terhadapnya. Mr Sean bahkan mengundangnya untuk makan malam di rumah.

Miley senang mrndengarnya. Sebuah petanda lampu hijau telah dikibarkan. "Kau harus datang,Ian. Mommy akan membuat nasi lemak dan kau harus mencobanya. Daddy suka makanan itu. Dan kau juga harus menyukainya." Miley bercanda. Ian dan Mr Sean tersenyum tipis. "Aku rasa aku akan menyukai nasi lemak yang kaukatakan itu."

See u next time!

Instagram

Erwingg__ dan sastrabisu



Despacito (Ayana And The Bastard Billionaire)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें