#12

2.1K 110 0
                                    

🍐🍐🍐

Maa fii Qalbii Ghairullaah

(Tiada siapa di hatiku melainkan Allaah)

🍐🍐🍐

Dua pekan lima hari berlalu. Hari ini adalah hari dimana anak ROHIS akan melaksanakan tadzabur alam. Semua yang dibutuhkan sudah dipersiapkan secara matang dan terencana.

Pukul setengah tujuh pagi masjid sudah riuh dengan kebisingan para panitia. Usai briefing , mereka semua melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah untuk melakukan pendataan pada peserta yang datang.

Pukul tujuh para peserta berdatangan. Mereka tampak membawa tas carrier ala pendaki. Registrasi dilakukan hingga pukul delapan pagi. Setelah itu diumumkan pembagian kelompok mendaki + kloter pendakian. Lalu dilanjutkan dengan pengarahan dan doa bersama.

Sekitar pukul delapan pagi, bus yang akan membawa mereka sampai ke tempat tujuan tiba.


Azalea POV

Aku memastikan kotak P3K beserta isinya masuk ke dalam tasku. Oxycan, tolak angin, minyak kayu putih, obat maag, hot in cream, paracetamol, salonpas, dan beberapa obat lainnya berada di dalam sana.

Bus yang dinanti akhirnya datang, aku dan beberapa teman panitia memasukkan bahan makanan ke dalam bagasi bus, serta menata tas para peserta ke mobil pick up yang sudah kami sewa.

Setelah semuanya selesai, aku segera masuk ke dalam bus, dan perjalanan kami dimulai.

Sepanjang perjalanan aku mendengarkan murottal yang kadang ku selingi dengan bermain game. Satu jam perjalanan aku pun tertidur.

Empat puluh lima menit tertidur, aku terbangun karena merasakan jalanan aspal yang tidak bersahabat. Setelah kesadaran penuh, aku melihat ke arah luar jendela. Banyak pepohonan di sisi jalanan yang agak kecil ini.

Puas menatap ke luar jendela, aku melihat ponselku untuk melihat pukul berapa sekarang, dan ternyata sudah jam sepuluh pagi. Itu berarti sekitar setengah jam lagi kami sampai ke tempat tujuan.

"Aza" aku menoleh ke arah sumber suara.

"Ya?" jawabku.

"Tolong telepon ibu yang di base camp ya, pastiin konsumsinya. Aku mau telpon bapak yang ngurus pick up buat ngangkut kita." kata Hafis.

"Iya." jawabku.

Aku mencari nomor telepon base camp yang ada di daftar kontakku. Alhamdulillah masih ada sinyal. Telepon terhubung dan aku mengkonfirmasi tentang waktu kedatangan kami dan memastikan konsumsi sudah siap. Betapa bersyukurnya aku mendengar semua seperti yang ku harapkan.

"Hafis" aku memanggil seseorang yang duduk tepat di belakangku.

"Gimana?" tanyanya.

"Konsumsi udah siap." jelasku singkat.

"Oke oke, pick up juga udah stand by kok." tambahnya.

"Siip."

Tak lama kemudian kami tiba di lereng gunung Merbabu.

"Teman-teman, kita sudah sampai, dari sini kita akan melanjutkan perjalanan menggunakan pick up hingga ke base camp. Jadi, semuanya bisa turun dari bus sekarang." ucap Hafis yang kini berada di sebelah pak supir sambil menghadap kami.

Aku turun dan hawa dingin begitu terasa. Sudah ada tiga buah mobil seperti mobil yang biasa digunakan untuk mengangkut sapi terparkir tak jauh dari kami.

"Yok, yang ikhwan semuanya naik ke mobil yang paling belakang, terus dua mobil lainnya dipakai akhwat." komando Hafis.

Semua sudah naik ke tunggangan sementara dan mobil itu mulai melaju menuju basecamp. Jalur menuju basecamp banyak tanjakan tajam yang membuatku sedikit takut. Tapi itu kalah dengan pemandangan yang ku dapat sepanjang perjalanan.

Fatamorgana CintaWhere stories live. Discover now