#35

1.6K 95 0
                                    

Hafis POV

Hatiku gundah, karena harus minta bantuan Azalea, orang sekitar yang terdekat, untuk menyerahkan kertas-kertas ini ke sekretariat. Ceroboh sekali mereka hingga kertas ini dibiarkan tergeletak begitu saja di salah satu meja yang berada di aula. Tak ada pilihan lain, aku harus bergegas untuk mengurus pembicara yang akan hadir sekitar dua jam lagi.

"Aza." panggil ku.

"Kenapa?" jawabnya.

"Ini, tolong kasihin ini ke sekretariat ya."

"Oke." jawab Azalea sambil menerima lembaran kertas daftar hadir pagi, dan tanda tangan penerima snack.

Ia berlalu dengan kerudung putih syar'i yang dikenakannya. 'Andai kamu tahu, kalau aku selalu menitipkan salamku pada Sang Maha Cinta, khusus untuk mu. Dan jika kau boleh tau, engkau adalah yang selalu ku semogakan dalam tiap doa ku.'

Author POV

Azalea bergegas menuju ruang sekretariat, karena di kepanitiaan ia mendapat tugas sebagai bendahara, jadi tidak terlalu sibuk waktu hari H, sibuknya kalo udah selesai acaranya.

Ia tampak terburu-buru karena masih ada tanggung jawab sebagai penanggung jawab di kelas XI MIA 5 bersama seorang teman lainnya yang kini sedang sendirian memantau para peserta di kelas tersebut. Berhubung yang menguys acara ini hanya anggota ROHIS kelas XI saja, jadi personil terbatas.

Azalea sudah sampai di tempat kawan-kawannya yang menjadi sekretariat berkumpul.

"Assalamualaikum." ucap Azalea.

"Waalaikumussalaam." jawab mereka yang ada di sana serempak.

"Ngapain za?" tanya Farid.

"Nih, dari pak ketupat." jawab Azalea sambil menyerahkan lembaran itu ke Farid.

"Jangan sampe ilang, buat bukti laporan, kalo sampe ilang, awas aja." ancam Azalea kepada mereka.

"Iya...iya." jawab mereka.

"Ya udah deh. Pamit dulu ya. Assalamualaikum." kata Azalea.

"Waalaikumussalaam." jawab mereka.

Fatih POV

Aku sedang bercanda bersama kawan-kawanku yang berada di bagian sekretariat. Sesaat aku menjadi diam ketika mendengar suara seseorang yang menyela.

"Assalamualaikum." ucap orang itu. Aku dan yang lainnya pun menjawab serempak. Aku yang mulanya fokus kepada salah seorang di antara kami mengalihkan pandangan ke arah sumber suara.

Dan ternyata dia. Dia yang selama ini aku kagumi. Dia yang tak pernah beranjak dari tempatnya di lubuk hatiku.

Aku hanya bisa bersenandung dalam hati. 'Andai kau tahu kalau aku selalu menyisipkan namamu di setiap tahajjudku.'

Azalea POV

Hatiku tak lagi meronta saat aku berdekatan kembali dengan Fatih. Karena sudah ku ikatkan dengan tali pasrah kepada Sang Maha Cinta. Dalam hati ku berdoa 'Tsabbit qalbii 'alaa diinik. Tetapkan hatiku di atas agamamu Ya Allaah.' Aku sungguh tak ingin mengulang kesalahan.

Aku menemui mereka dan menyampaikan kepentinganku. Setelah itu aku beranjak pergi. Dalam hati aku bersyukur 'Aku tak lagi seperti dulu. Kalau dulu aku selalu mendengungkan namamu dalam tahajjudku, kini aku lebih suka mendoakan seseorang yang ditakdirkan untuk menjadi jodohku.'

Fatamorgana CintaWhere stories live. Discover now