Epilog

2.6K 93 1
                                    

Aku tak pernah bosan mencintaimu
Dan aku hanya memiliki satu alasan
Untuk menjaga rasa ini buatmu
ALLAAH

Dan kelak kalau aku kembali
Ke pangkuan Sang Pencipta Alam Semesta
Maafkan aku yang saat itu
Akan berhenti membersamai perjalananmu
Bukannya aku tak mau
Tetapi sudah habis waktuku

Aku Mencintaimu Karena ALLAAH
Tak henti berharap kita akan berkumpul lagi di surgaNya kelak
Menjadi pasangan tak hanya di dunia saja, semoga kekal di surga

___









Empat puluh lima bulan kemudian

Hafis yang sedang bersiap pulang ke rumah agak terganggu dengan dering telepon dari ponselnya. Ternyata yang menelpon adalah ibunya.

"Halo, assalamualaikum. Kenapa bu?" ucap Hafis membuka pembicaraan via telepon.

"...."

"Astaghfirullah. Azalea di rumah sakit bu?" tanya Hafis panik.

"........."

"Hafis kesana sekarang bu. Tolong jaga Azalea."

"..."

"Waalaikumussalam."


Hafis yang kini bekerja sebagai direktur utama dari perusahaan milik ayahnya bergegas mengendarai mobil menuju tempat dimana Azalea kini dirawat. Sekitar sembilan menit Hafis sampai di sebuah rumah sakit. Hafis berlari melewati lorong-lorong hingga tiba di depan suatu ruangan dimana disana terdapat ibunya dan juga ibu mertuanya.

"Gimana keadaan Azalea, bu?" tanya Hafis degan raut muka yng menggambarkan kekhawatiran.

"Tadi Azalea pingsan, sekarang sedang diperiksa oleh dokter." tutur bu Aminah.

Usai kata-kata tersebut terucap seorang dokter berhijab keluar dari ruangan itu.

"Dengan keluarga dari ibu Azalea?" tanya dokter tersebut ramah.

"Saya suaminya, dok." jawab Hafis.

"Bisa ikut ke ruangan saya sebentar? Ada hal penting yang harus saya sampaikan kepada anda." tutur sang Dokter.

"Baik, dok. Bagamana keadaan istri saya?" ujar Hafis.

"Kondisi istri bapak sudah membaik. Hanya saja masih lemas saat ini. Mari saya jelaskan di ruangan saya." ucap dokter itu.

"Saya ikut, dok." sahut bu Zainab, ibu dari Azalea.

"Baiklah, mari." balas sang Dokter.

*ketika berada di ruangan dokter tersebut*

"Silakan duduk, pak, bu." ucap dokter itu.

"Terimakasih dok." sahut Hafis dan ibu Aminah bebarengan.

"Jadi begini, rupanya kondisi bu Azalea yang bisa dikatakan lemah ini karena kandungannya yang masih berada di usia muda, sehingga sangat rentan terjadi apabila kelelahan." jelas sang Dokter.

"Istri saya hamil, dok?" tanya Hafis.

"Iya pak, selamat ya. Sekarang usia kandungannya sudah tiga minggu. Ini saya buatkan resep obat dan vitamin untuk memperkuat kandungan." tutur sang Dokter sambil menyerahkan selembar kertas berisi resep.

"Makasih, dok." sahut Hafis dengan senyuman.

Hafis dan bu Zainab berjalan menuju ruangan Azalea dirawat. Dibukanya pintu ruangan itu dan tampak Azalea sedang mengobrol dengan bu Aminah. Seperti mengerti keadaan Hafis dan Azalea, bu Zainab mengajak bu Aminah untuk keluar dari ruangan itu dengan alasan mencari makan bersama. Setelah kedua ibunya pergi, Hafis duduk di bangku yng berada di sebelah ranjang dimana Azalea sedang berbaring.

"Dek"

"Ya mas, kenapa?"

"Kamu capek?"

"Enggak. Kenapa sih?"

"Kok tadi pingsan?"

"Hmmmmmm, kehendak ALLAAH mas." ucap Azalea dengan kekehan kecil.

"Bisa aja kamu. Oh ya, aku barusan dapet hadiah loh."

"Oh ya? Dari siapa mas?"

"Dari ALLAAH."

"Ha? Jangan bilang hadiahnya calon istri." ucap Azalea sambil merajuk.

-bumil sensi amat sih- batin Hafis.

"Hehe." jawab Hafis.

"Oh jadi beneran mau punya istri baru?" ucap Azalea dengan mata yang mulai berkaca-kaca

"Apaan sih dek, sensi banget deh." sahut Hafis sambil mencubit hidung Azalea.

"Biarin. Udah ish jangan cubit hidung aku mulu." protes Azalea.

Hafis melepaskan cubitannya pada hidung Azalea.

"Kamu tuh nggak peka ya dek."

"Loh, kok gitu."

"Ya iyalah, masa sarjana ilmu gizi nggak tau kalo dirinya lagi hamil."

"Ngeledek nih?" ucap Azalea yang mulai ngambek.

"Kok ngeledek sih, ini beneran dek."

"Serius?" tanya Azalea yang masih tak percaya.

"Ini resep dokter." ucap Hafis sambil menyerahkan selembar kertas kepada Azalea.

"Ini hadiah dari ALLAAH." tutur Hafis sambil mengelus perut Azalea yang mungil.

Azalea yang begitu bahagia langsung memeluk Hafis. Dengan pipi yang berlinang air mata ia bersyukur kepada sang Khaliq karena telah mempercayakan calon seorang khalifah di dalam rahimnya. Begitupun dengan Hafis yang mungkin sama bahagianya dengan Azalea.

Fatamorgana CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang