#33

1.6K 87 0
                                    

Hari berikutnya sepulang sekolah.

Azalea sedang menunggu di serambi masjid sesuai janjinya dengan Hafis. Tujuh menit kemudian Hafis datang.

"Ayo Za." ucap Hafis.

"Ya." jawab Azalea.

Mereka berdua berjalan ke ruang wakil kepala sekolah. Hafis mengetuk pintu ruangan itu dan terdengar suara yang mempersilakan masuk dari dalam sana. Hafis lantas mendorong pintu itu sehingga terbuka dan mereka berdua masuk ke dalamnya.

Saat memasuki ruangan itu pembina Rohis - Pak Furqon - yang merangkap sebagai waka kurikulum dan juga guru PAI itu menyambut mereka berdua. Hafis langsung menyalami tangan pak Furqon sembari mengucapkan salam, sedangkan Azalea menangkupkan kedua telapak tangannya sambil tersenyum.

Hafis dan Azalea dipersilakan duduk oleh pak Furqon. Meski canggung, mereka melakukan perintah gurunya itu.


"Jadi begini, saya rasakan minat baca Qur'an di kalangan remaja saat ini sangatlah rendah. Ya seperti di lingkungan sekitar kita, kalian pasti sering menyaksikan teman kalian yang lebih memilih membaca novel daripada membaca Al-Qur'an, dan lebih sering mendengarkan musik daripada murottal. Jadi, saya harap Rohis dapat membuat acara untuk meningkatkan minat baca di kalangan remaja." jelas pak Furqon.

"Baik, Pak. Nanti coba kami koordinasi kan ke teman-teman Rohis yang lain. Lalu dengan waktu pelaksanaan bagaimana ya pak?" sahut Hafis.

"Untuk waktu pelaksanaan sudah saya ajukan kepada kepala sekolah dan Alhamdulillah sudah disetujui. Waktu yang disetujui pihak sekolah sekitar dua pekan  lagi." ucap Pak Hafis.

Hafis dan Azalea terperangah ketika mengetahui deadline program kerja yang baru itu.

"Lalu untuk anggaran dana diambil dari mana ya pak?" tanya Azalea.

"Nah, kalau rencana saya menarik biaya dari siswa seikhlasnya. Kalau misal tidak menyumbang tidak apa-apa, tapi sumbangan sebesar apapun tetap diterima. Nanti kekurangannya ditutupi dengan uang Baitul Mal." tutur pak Furqon.

"Untuk peserta siapa saja pak yang terlibat?" tanya Hafis lagi.

"Target peserta kelas X dan XI saja, karena kelas XII sedang mempersiapkan diri untuk ujian." jawab pak Furqon.

"Baik, pak. In syaa Allaah kami segera mempersiapkan segala yang dibutuhkan. Untuk proposal in syaa Allaah lusa siap pengesahan." ujar Hafis.

"Terimakasih nak, semoga acara ini berjalan lancar." kata pak Furqon yang diamini oleh Hafis dan Azalea.

"Baik pak, kalau begitu kami pamit dulu." ujar Hafis.

"Assalamualaikum." ucap Hafis sambil menyalami pak Furqon.

"Assalamualaikum." ucap Azalea sambil menangkupkan kedua tangannya.


Mereka keluar dari ruang waka dan berjalan bersama menuju tempat parkir kendaraan. Suasana di antara mereka berdua begitu canggung, karena masalah foto itu.


"Za, menurutmu temanya apa ya? Yang menarik kids jaman now gitu." kata Hafis berusaha melelehkan kecanggungan.

"Emmm." gumam Azalea sembari berfikir.

"Pacaran, yuk." ucap Azalea akhirnya. Hafis yang mendengarnya sedang melongo mencerna apa yang diucapkan Azalea barusan.

"Lah, kok malah ngajak pacaran." tutur Hafis dengan raut wajah yang menyiratkan kebingungan.

"Haduuh fis. Siapa juga yang ngajakin pacaran. Nggak level kali." sahut Azalea.

"Pacaran, yuk. Itu artinya PerbAnyak baCA qur'AN, YUK." jelas Azalea.

"Ya Allaah. Aku kirain kamu mau pacaran." kata Hafis sambil terkekeh.

"Hayo, ngarep nih ceritanya?" canda Azalea kepada Hafis.

"Apaan sih, Za. Pede." sahut Hafis.

"Biarin. Tapi menurut ku daripada pacaran mending langsung nikah lah." celoteh Azalea.

"Ya Allaah. Emang udah siap, Za?" ucap Hafis sambil tertawa.

"Siap nggak siap kalo ada yang khitbah juga iya in aja kalo istikharah nya oke." jawab Azalea sekenanya, sambil terkekeh.

Entah itu kata hati mereka berdua yang sejujurnya atau hanya sekadar gurauan belaka.

Fatamorgana CintaWhere stories live. Discover now