#41

1.6K 68 0
                                    

Detik demi detik terus berdetak bagai detak jantung yang bergelora. Jarum jam terus berjalan mengitari waktu yang tak henti berputar. Hari demi hari berlalu menjelajah masa.

Tak terasa kini saatnya para siswa Sekolah Menengah Atas mengikuti Ulangan Kenaikan Kelas. Semua nampak sibuk dengan buku pelajarannya.

/Di SMA N * *-***-**/

Dari ratusan siswa yang sibuk dengan buku mata pelajaran yang akan diujikan beberapa menit lagi, di sisi lain masih ada segelintir siswa yang dengan tenang membaca ayat suci Al-Qur'an.

Bel masuk ruang ujian berbunyi. Semua peserta ujian dengan tertib memasuki ruangan ujian dan mengerjakan soal dalam keheningan.

Walau begitu, masih ada insan yang setia dengan harapannya, masih ada yang menunggu impian datang, ada yang sabar menanti, juga ada yang setia dengan doanya.

Azalea POV

Aku harus menjadi muslimah yang membanggakan. Islam butuh orang-orang cerdas supaya Islam bangkit, dan aku akan menjadi salah satunya.

Hafis POV

Harus semangat belajar dan harus bisa. Aku harus jadi seorang muslim yang sukses. Kalau orang di Suriah berjihad dengan melawan Israel, maka aku akan berjihad melalui ilmu, agar suatu saat aku dapat membantu mereka melalui bidangku.

Fatih POV

Harus berhasil supaya orang tua bangga. Seorang muslim harus cerdas.




Setelah berhari-hari bergulat dengan soal ujian, akhirnya para peserta dapat bernafas lega usai UKK berakhir.


___________________

Malam setelah tiga hari UKK berakhir di kediaman Hafis.

Hafis sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama ibunya. Ayahnya sedang pergi ke luar kota dan Hamid sudah tidur di dalam kamarnya.

"Bu, kalau Hafis nikah muda gimana?" tanya Hafis tiba-tiba.

Dengan raut terkejut ibunya Hafis menjawab "Anak ibu mau nikah muda?"

Yang ditanya hanya mengangguk lesu dengan raut wajah suram tanpa suara.

"Coba cerita sama ibu." Ucap bu Aminah-ibunya Hafis-.

"Jadi Hafis itu udah lama bu suka sama seseorang. Tapi selama ini Hafis memendam perasaan Hafis. Ya bahasa kerennya cinta dalam diam gitu. Hafis udah ada niat buat khitbah dia. Tapi bu, bukannya Hafis ngebet nikah atau nggak sabar, tapi Hafis takut keduluan. Soalnya kemaren Hafis nggak sengaja denger ada seseorang yang mau khitbah dia bu." tutur Hafis.

"Gini nak, ibu bangga sama kamu yang nggak pacaran. Untuk masalah nikah muda itu bukan urusan gampang, kalau suatu saat Hafis udah jadi kepala rumah tangga, Hafis wajib menafkahi istri, artinya Hafis harus memiliki kemampuan secara ekonomi dong. Emang Hafis mau bidadarinya menderita? Enggak kan. Nah, terus satu lagi nih yang harus ibu tegaskan ke Hafis. Jodoh itu di tangan Allah, nak . Jodoh nggak mungkin tertukar. Dan Allah pastinya memberikan yang terbaik untuk hambanya. Manusia boleh berusaha, tapi tetap keputusannya berada di genggaman Allah. Dan jangan lupa kalau kita punya jodoh yang pasti, yaitu kematian. Minta petunjuk sama Allaah. Ibu selalu ada untuk mendukung niat baikmu, nak." ucap bu Aminah dengan lemah lembut.

"Makasih, bu. Jazaakillah khairan." kata Hafis.

"Aamiin, sama-sama Nak." balas bu Aminah.

Fatamorgana CintaWhere stories live. Discover now