#16

1.9K 96 0
                                    

🌲🌲🌲

Aku yang mendambakan mu
Yang menyebutmu dalam setiap sujud malamku

🌲🌲🌲

Hafis POV

Usai shalat maghrib berjamaah, kami ikhwan biasa kedinginan di dalam tenda.

"Hafis, minta air panas ke Azalea sana." ucap Danu.

"Males ah, mager." jawabku.

"Kamu aja sana sama Farid." tambahku.

"Ayo Dan, cap cus." ujae Farid.

Mereka berdua meninggalkan tenda dan berjalan menuju tenda Azalea menembus udara badai yang dingin.

Saat mereka pergi, aku mengeluarkan satu set kompor, nesting, dan gas lalu mulai membuat air panas. Ku dengar perdebatan antara Farid, Danu, dan Azalea dari dalam tenda. Aku senyum-senyum di dalam tenda mendengarnya. Bagaimana tidak mendengar kalau tenda kami bersebalahan.

Aku menuangkan air panas ke dalam gelas plastik yang kubawa dari rumah, dan kucampurkan dengan susu. Minuman yang cukup menghangatkan badan saat kondisi seperti ini.

Saat sedang asyik minum, Farid dan Danu yang membawa termos kecil datang ke tenda.

"Woy Hafis. Dapet air panas dari mana?" tanya Danu.

"Bikin sendiri lah. Mau?" jawabku santai.

"Ya Allaah, udah susah-susah buat bujuk Azalea, menembus badai, dan ternyata kamu masak air, Hayati lelah bang." ucap Farid. (#lebaybangetsumpah)

"Suruh siapa lama." kilah ku.

Kami bertiga menikmati susu panas beserta camilan

Tiba waktu shalat Isya kami pun berjamaah shalat Isya. Usai shalat Farid dan Danu memutuskan untuk tidur. Aku belum bisa tidur padahal akan summit jam 3 pagi.

Ketika mata ini mulai terpejam, sayup-sayup ku dengar ada yang memanggil-manggil nama ku dan Azalea. Aku yang tadi sudah mengantuk kini terjaga. Aku berjalan menuju tenda Azalea, yang kutemukan hanya teman-temannya dan mereka bilang kalau Azalea ada di tenda paling ujung barisan kloter 3. Aku segera menuju ke sana

*selipan denah tenda

         Kloter 1
Klo-
ter 2
          Kloter 3

Membentuk huruf U dan saling berhadapan. Tiap kloter terdiri dari lima buah tenda
*skip

Tiba di tenda yang paling ujung, tampak riuh dari dalam tenda yang tertutup rapat itu.

"Aza" panggilku dari luar.

"Ya, sebentar." jawabnya. Lalu kancing tarik pada tenda itu terbuka.

"Fis, masih punya air panas?" tanya nya tetap dengan sikap dan suara yang tenang, walau sebenarnya tersirat kekhawatiran di dalamnya.

"Ada. Gimana?" jawabku.

"Tolong bawa ke sini ya. Sama tolong ambili  kotak p3k di tendaku. Cepetan yaa." ucapnya.

"Oke oke." jawabku. Secepat mungkin aku berjalan menuju tendaku untuk mengambil termos berisi air panas yang tadi diberikan Azalea. Aku menuju ke tenda Azalea dan meminta salah satu temannya untuk mengambil kotak P3K. Setelah semuanya ku dapat, aku bergegas menuju Azalea.

"Za." panggilku.

"Masuk Fis, buruan." jawabnya dari dalam.

Aku menarik resleting agar bagian pintu tenda terbuka. Aku lekas masuk dan menutupnya kembali. Ku lihat Azalea yang sedang menangani teman kami yang tampak  kedinginan hebat. Aku tau yang Azalea rasakan, karena hal seperti ini bisa membahayakan nyawa kalau tidak segera ditangani dengan tepat.

Tiga orang akhwat lainnya sedang membantu Azalea untuk mengobati temannya.

"Hafis, itu di pojokan ada gelas sama teh celup. Tolong buatin teh anget. Buruan, gawat ini." ucap Azalea padaku.

Aku sebisa mungkin membuat teh hangat dan terlupa untuk mencari gula karena tidak sempat. Begitu selesai dibuat Azalea langsung mengambil alih teh itu. Ia mencampurkan tolak angin ke dalam itu.

"Ratna, dimakan dulu ya rotinya." ucap Azalea kepada anak yang sedang sakit.

Ratna mengikuti instruksi Azalea. Setelah makan beberapa suap roti, Azalea langsung memberikan minuman yang aku dan dia racik, emmmmm, maksudnya minuman yang dia racik kepada Ratna.

Beberapa menit kemudian Ratna tampak baikan. Azalea memberi masukan untuk teman-teman yang berada di tenda itu agar Ratna tidur di tengah. Dan kalau bisa tidurnya saling berdempetan. Setelah itu aku dan Azalea berjalan menuju tenda masing-masing.

Satu langkah mendekati tenda Azalea kami berdua mendengar nama kami dipanggil berulang kali (lagi). Azalea dengan kotak P3K dan aku dengan termos mini berjalan ke salah satu tenda yang berada di kloter 2.

Ternyata ada salah satu teman (ikhwan) yang kasusnya mirip seperti Ratna. Azalea memintaku untuk mengatasinya dan memberiku satu sachet tolak angin. Ia berjalan menuju barisan tenda di kloter satu, karena sepertinya ada yang sakit.

Saat keluar dari tenda temanku, ku lihat Azalea melangkah masuk ke dalam tendanya. Aku melangkahkan kaki menuju tenda dan bersiap untuk tidur karena aku lelah dan waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku harus menyiapkan tenaga untuk besok.

Fatamorgana CintaWhere stories live. Discover now