#23

1.9K 92 0
                                    

🌷🌷🌷

Aku malu. Perasaan yang ku anggap sebagai cinta ternyata hanyalah Fatamorgana. Semu,  bahkan terlalu fana untuk menjadi nyata.

🌷🌷🌷

Azalea POV

Dalam dekapan malam aku terbangun untuk menghadap kepada sang Pencipta. Dalam penghujung sujud, kucurahkan apa yang ada di relung hati.


Ya ALLAAH. Aku malu pernah berdoa KepadaMu untuk menjadikannya  pelengkap separuh agamaku. Aku malu. Perasaan yang ku anggap sebagai cinta ternyata hanyalah Fatamorgana. Semu,  bahkan terlalu fana untuk menjadi nyata. Dan aku menyesal, karena Aku tak pernah menyadari akan limpahan kasih sayangMu. Aku begitu malu memintanya di hadapanMu. Dan perlahan aku mulai tersadar apa arti cinta yang sebenarnya.

Terimakasih, Engkau telah mematahkan hatiku, agar aku terhindar dari murkamu. Ya ALLAAH, terimakasih Engkau selalu menyayangiku. Berikan aku yang terbaik Ya ALLAAH.

Yaa Muqollibal Quluub, Tsabbit Qalbii 'alaa Diinik. Hasbunallah wa ni'mal wakiil, ni'mal maula wa ni'mannashiir.

Aamiin, yaa Robbal 'alamiin.

Rani POV

Aku begitu hancur saat Fatih mengakhiri hubungan ini. Ibarat gelas kaca yang terjatuh dari genggaman tuannya. Sekarang aku harus bagaimana? Apakah aku harus kembali seperti dulu agar Fatih mencintaiku? Atau bahkan aku harus lebih menarik dari yang dahulu?

Tapi kalau aku kembali ke dandanan ku yang dulu, apa iya aku harus kembali lepas kerudung di sekolah? Aku bingung harus bagaimana.

Aku merasakan kantuk hingga akhirnya aku tertidur.

________

Cahaya fajar merangsek masuk melalui ventilasi kamarku. Ku lihat handphone ku, pukul 06.53 WIB. Untung saja hari ini sekolah libur. Aku teringat pikiranku tadi malam.

Ku buka aplikasi whatsapp dan mencari kontak Fatih. Setelah itu kutekan tombol telepon. Sembilan detik menunggu akhirnya dia mengangkat telepon dariku.

"Halo, Fatih." ucapku.

"Kenapa Ran?" tanyanya.

"Plis, nanti dateng ke rumahku yaa, jam sepuluh pagi. Ya?" kataku.

"Mau ngapain?" tanyanya lagi.

"Penting banget pokoknya, emmmm, sama titip......." ucapku.

"Titip salad buah yang sering kamu beli itu?" tanyanya memastikan.

"Hehehe, tau aja. Aku tunggu ya." ujarku sambil tersenyum puas.

"Eh, Ran."

"Apa?"

"Di rumahmu ada mama sama papa kamu kan?" tanyanya.

"Iya Fatih, ada kok." sahutku. Tapi nanti jam 9 pagi mau pergi ke luar kota.

"Oke deh. Nanti aku ke rumahmu." kata-kata itu membuatku bahagia.

____________

"Rani, mama sama papa berangkat dulu ya." ucap mama.

"Kamu jaga diri baik-baik ya. Nanti papa usahakan pulang hari ini, tapi agak malam mungkin. Papa sama mama mau ketemu rekan kita dulu." tambah Papa.

"Iya pa, ma." jawabku.

Setelah mobil yang mereka berdua tak lagi nampak dari pekarangan rumah, aku bergegas menuju kamar. Aku memoles wajahku sedemikian rupa agar terlihat lebih cantik. Dua puluh menit berurusan dengan wajah, kini aku beralih ke rambutku. Aku mencatoknya agar bergelombang di bagian bawah, ikal. Setelah itu, aku membuka lemari pakaianku. Aku mengambil cardigan berwarna biru muda, rok rampel mini berwarna denim, dan tank top putih. Sempurna. Aku berjalan ke dapur untuk menyiapkan minum kami berdua nanti.

Rani : nanti kamu masuk duluan aja, aku lagi di dapur.

Begitulah chat yang kukirim kepada Fatih. Terdengar pintu depan rumahku diketuk. Sengaja kubiarkan supaya Fatih masuk sendiri ke ruang tamu. Pintu depan pun terbuka dan nampak Fatih yang sedang memanggil namaku.

"Ya, sebentar." ucapku.

Aku berjalan menuju ruang tamu dengan membawa dua gelas es jeruk di atas nampan.

"Nih minumnya, diminum dulu. Makasih saladnya." tuturku dengan senyum mengembang di bibirku.

"Makasih, mau ngapain?" tanyanya.

"Jadiiiiiiiii, aku cantik nggak kayak gini?" tanyaku sambil berdiri di hadapannya.

Fatih memandang sekujur tubuhku dari atas ke bawah. Lalu beralih lagi menatapku.

"Kamu ngapain sih kayak gini?" tanyanya dengan nada suara agak tinggi.

"Aku cinta sama kamu. Kamu nggak boleh ninggalin aku kayak gini." ucapku dengan nada memelas.

"Nggak perlu Ran kamu kayak gini. Aku juga tetep pada pendirian ku." katanya.

"Kenapa? Apa ada yang lebih cantik dari aku?" tanyaku mulai putus asa.

"Iya, Ran. Aku nggak suka cara kamu kayak gini. Itu sama aja kamu merendahkan dirimu sendiri." jawabnya.

"Siapa Fatih, siapa?" tanyaku yang tak bisa mengendalikan emosi ku.

"Jujur saja aku lebih suka penampilan anak-anak ROHIS apalagi seperti Aza." ucap Fatih keceplosan.

"Oh, jadi begitu?" tanyaku dengan suara meninggi dan deraian air mata yang kubendung sejak tadi kini luluh lantah.

"Aku rasa lebih baik aku pergi, Ran." ucap Fatih sambil berjalan menuju motornya yang terparkir di halaman rumahku.

Fatamorgana CintaWhere stories live. Discover now