1. Tahun Ajaran Baru

4.9K 191 94
                                    

TELAH DIREVISI

BAB 1: TAHUN AJARAN BARU

Setiap masalah selalu mendatangkan hal-hal baru yang indah.

ALERGIO

Medan, Juli 2018.

LIBUR semester genap telah usai. Kini tahun ajaran baru telah tiba. Semua orang sibuk untuk merubah penampilannya menjadi lebih up to date. Mempercantik diri, memakai perlengkapan sekolah yang baru, bahkan merubah diri agar menjadi lebih menarik. Semua semata-mata hanya ingin menemukan kisah baru dalam masa SMA.

Tahun ajaran baru juga berarti sekolah baru bagi siswa-siswa yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di sekolah berseragam putih biru. Kebanyakan siswa baru berpakaian rapi, sesuai peraturan, dan sedikit cupu.

Maklum saja, mereka belum mengenal seluk-beluk masa SMA. Mereka belum saja berada di fase menemukan jati diri.

Mungkin saja ada yang akan menjadi nakal.

Mungin saja ada yang masih bertahan pada kesopanannya.

Ada juga yang nakalnya sudah mendarah-daging. Memang sudah tabiatnya.

Sama halnya dengan tiga pentolan SMA Kebangsaan Medan. Eh, bukan. Sebenarnya pentolan yang benar-benar murni pentolan adalah Argio Tirta seorang. Dua orang lainnya hanyalah teman-teman Argio yang ikut-ikutan ingin dikatakan pentolan sekolah. Padahal ya, biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol dalam hal prestasi, ketampanan, ataupun tingkah lau yang minus. Sebut saja mereka adalah Denny Astria dan Daffa Arjuna.

Mereka baru saja tiba di pelantaran parkir. Motor mereka hanyalah motor matic. Tapi berbeda dengan Argio yang memakai Vespa antik seperti yang sering digunakan anak-anak komunitas pecinta motor antik mengalihkan perhatian sebagian besar siswa-siswa baru.

Daffa dan Denny malah bertahan guna menggoda adik kelas yang akan dijadikan bahan incaran pelengkap kisah asmara di SMA. Argio sendiri hanya maklum melihat sikap kedua sahabatnya sehingga dia melangkahkan kakinya menuju ruang UKS. Dia ingin tertidur sebentar sebelum bel berbunyi.

Di lain tempat, seorang gadis baru saja turun dari sebuah mobil. Kaca mobil hitam itu turun setengah, lalu gadis itu melambaikan tangannya pada ayahnya sebelum kaca mobil itu tertutup dan mobil itu tidak terlihat lagi.

Hembusan nafas berat terdengar, gadis itu mencengkram erat tali tasnya.

"Mulut lelaki emang berbisa, Isca imut pasti bisa!" Gadis itu melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah. Bersatu dengan ratusan murid yang berada di sana dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya.

Dia adalah Aletta Frisca.

Upacara kenaikan bendera telah berlangsung. Terik matahari sedikit mengganggu kenyamanan peserta upacara. Para siswa grasak-grusuk di dalam barisan masing-masing. Apalagi para siswa baru. Sekitar 300 orang disatukan menjadi satu barisan. Apalagi seragam mereka yang masih kaku membuat tak nyaman.

Aletta Fisca, gadis itu sendiri hanya menepis peluh akibat sinar matahari yang begitu panas. Aletta berada di barisan paling samping berbatasan dengan kelas sebelas. Sesekali ia mengibaskan tangannya. Oh, tolong ingatkan Aletta untuk besok agar mengucir rambutnya!

Argio sendiri menatap gadis yang baris berbatasan dengan kelas Argio, 11 IPA 1. Siluet tubuhnya serasa tak asing baginya. Argio terus menatap gadis itu hingga Daffa memanggilnya dengan suara berbisik.

"Sstt... Gi! Lo dipanggil Pak Kepsek, tuh!"

Argio tersadar, lalu menaikkan alisnya. Sekali lagi terdengar suara Kepala Sekolah dari mikrofon untuk memanggilnya ke pendopo sekolah.

Argio keluar dari barisan. Berjalan dengan wajah tegas. Bahkan dia tak terganggu dengan bisik-bisik para siswi di barisan. Tatapannya hanya tertuju ke arah Kepala Sekolah yang berada di pendopo dengan senyum yang menghiasi wajah tuanya.

"Baiklah, perkenalkan! Siswa di sebelah saya adalah Argio Tirta. Dia adalah kebanggaan SMA Kebangsaan Medan. Beberapa kali memenangkan kejuaraan SAINS membuatnya tidak berbesar hati." Pak Edi, Kepala SMA Kebangsaan Medan tersenyum kemudian menepuk pundak Argio. Oh, Argio sangat tidak suka menjadi sorot perhatian!

Tepuk tangan riuh bersuara. Siswa baru —khususnya perempuan, berdecak kagum. Mereka mendapatkan populasi cogan lagi. Sudahlah tampan, pintar pula itu. Sungguh bibit unggul.

Sedangkan Alergio hanya tersenyum kikuk dan sedikit muak.

"Tujuan saya memanggilnya di sini hanya untuk memberi contoh kepada kalian semua. Jadilah manusia yang berguna bagi siapapun. Jika kalian tidak mampu, setidaknya bergunalah bagi diri sendiri. Tetaplah menjadi diri sendiri tanpa harus bersikap angkuh," ujar Pak Edi dengan tegas.

Tepuk tangan terdengar riuh. Kebanyakan siswa perempuan dan siswa baru. Sungguh perpaduan yang sangat sempurna melekat di diri Argio. Mungkin Tuhan sedang berbaik hati saat Argio dilahirkan di dunia, pikir mereka.

Argio menghela nafas kemudian tersenyum formal.

Pak Edi mempersilakannya kembali ke barisan. Argio berjalan tanpa menghiraukan tatapan kagum sekitarnya.

Dia benci tatapan memuja seperti itu.

...

Sekarang adalah waktunya untuk siswa baru menjalani masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Siswa-siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Keadaan pembagian kelompok cukup tidak kondusif, hal itu membuat panitia MPLS harus ekstra bersabar.

Aletta terdiam sendiri. Menunggu namanya disebutkan. Entahlah, dia harus bersyukur atau malah merutuk karena MOS yang telah ditiadakan oleh pemerintah.

Baginya, MPLS itu tidak seru. Aletta menyukai hal-hal berbau fisik. Jadi tentu saja Aletta akan lebih memilih MOS yang sesekali melibatkan fisik karena harus tangkas dalam baris-berbaris dari pada MPLS yang hanya duduk manis mendengarkan Pembina ataupun kakak kelas yang berceloteh tentang sekolah.

"Lo yang di sana!"

Aletta menoleh pada seorang laki-laki yang menunjuk ke arahnya. Kemudian dia menoleh ke kanan dan ke kiri selanjutnya menatap ke arah kakak kelas yang manggilnya tadi.

"Saya, Kak?" Aletta menunjuk dirinya sendiri.

Kakak kelas yang Aletta lihat dari name tag seragamnya adalah Felix Septian, kini berada di hadapannya. Tingginya menjulang hingga Aletta harus mendongakkan kepalanya.

"Eh," Aletta mundur sedikit.

"Lo mau jadi anak baru yang bad? Lo nggak dengar tadi gue ngomong apa?"

Aletta tersadar, kakak kelas yang di depannya adalah panitia yang mengawasi siswa baru SMA Kebangsaan Medan. Pemikiran Aletta berubah menjadi negatif, bagaimana jika ia dapat hukuman di hari pertamanya sekolah?

Tanpa Aletta sadari, raut wajahnya telah berubah menjadi sedikit panik.

"Aletta Frisca!"

Aletta tersentak, "Eh, saya, Kak?"

"Sekali lagi lo bengong, lo dapat hukuman! Sekarang ikuti barisan lo di kelompok Chordata."

Aletta mengangguk. Kakinya melangkah menuju segerombolan siswa baru sepertinya. Mereka berbisik-bisik, membicarakan Aletta, siswa baru yang sudah bermasalah.

Aletta hanya bisa menghela napas. Cukup buruk. Hari pertama sekolah di SMA Kebangsaan Medan dia malah terkena masalah.

Seseorang menyenggol lengannya, Aletta menoleh mendapati seorang gadis dengan rambut brunette, tengah tersenyum ke arahnya.

"Baru ditegur gitu aja jangan lemah dong. Angkat kepalamu cantik, awas mahkotanya jatoh." Mereka tertawa sejenak. Kemudian gadis itu mengulurkan tangannya dengan senyum manis yang melekat. "Gue Sania Putri. Santai aja, gue bakal tebas itu cewek-cewek yang ngegibahin elo."

Sekali lagi Aletta tergelak. Sepertinya menemukan Sania di tengah bisik-bisik manusia tukang gossip adalah penyelamatnya. "Gue Aletta Frisca."

Ya, setidaknya hari pertama sekolahnya tidak begitu buruk.

...

Ig: putriwamanda

ALERGIO [COMPLETED]Where stories live. Discover now