29. Smile When You Sad

1.5K 53 7
                                    

ALERGIO
BAG. 29
SMILE WHEN YOU SAD

...

     Aletta berdehem sebentar, bermaksud untuk menetralkan tenggorokannya. Perempuan yang memiliki hobi dalam dunia tulis-menulis itu meringkuk dalam kedinginan. Udara di sekitar puncak bukit Paropo memang luar biasa dinginnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Langit sore semakin menjingga. Dari netra perempuan itu, sinar orange dari matahari memang indah namun sangat menyilaukan penglihatan.

Sebuah jaket berwarna hitam tersampir di bahunya. Perempuan itu menoleh pada si empu jaket. Tersenyum. Oh, Tuhan, mengapa senyuman laki-laki di sampingnya ini begitu meneduhkan?

"Maaf."

Aletta tergelak, berusaha mengatasi suasana yang masih canggung. "Dari tadi Kakak ngomong maaf-maaf mulu. Bosen aku 'tuh."

Argio menyugar rambutnya hingga jambul lelaki itu semakin berantakan. "Tapi gue gak bosan."

"Iyain." sebenarnya Aletta tak tahu lagi harus merespon apa. Lelaki di sampingnya ini unik.

Mengapa tiba-tiba Argio meminta maaf padanya?

Ketiban meteor? Atau tersiram air zam-zam sehingga lelaki ini mendapat hidayah otaknya?

Jika Argio tahu kalau dia sedang berkomentar buruk tentangnya, habislah Aletta.

Aletta memutuskan untuk menatap ke depan. Pemandangan matahari tenggelam memang indah. Namun sebenarnya Aletta hanya ingin menghindari manik mata milik Argio. Bisa-bisa ia pingsan di tempat karena beradu tatapan dengan Argio selama lebih 15 detik. Ya, ampun!

"Indah?"

"Aletta, Kak. Nama aku Aletta."

Suara gelakan tawa terdengung di tempat pijakan Aletta. Dengan cepat ia menatap sumber tawa itu. Mengapa terdengar sungguh syahdu suara tawa lelaki itu?

"Ih, kenapa sih?"

Canggung.

"Lo lucu ya, terlalu percaya diri,"

Dengan seketika Aletta cemberut. Mulutnya maju beberapa senti hingga rasanya pegal.

"Tapi itu bagus sih."

Ya teruuuusss?

"Matahari tenggelam. Sinar jingganya menyemburat. Sama seperti dengan lo, semburat merah semakin lama semakin jelas terlukis di pipi Aletta."

Ambyar sudaaaaahhh~

....

Api unggun sudah dinyalakan. Kini giliran menikmati malam hari di bukit Paropo. Beberapa dari para peserta sedang menampilkan unjuk kreasi.

Argio menatap lamat pada api unggun itu. Matanya mendalami api itu, ikut terbakar bersama nyalaknya si jago merah.

Ada apa?

Tepukan pelan di bahunya membuat Argio menoleh mendapati Denny. Di belakang lelaki itu, ada Daffa yang memasang wajah cemberut padanya. Daffa masih ngambek dengan Argio, teman-teman.

"Kenapa?"

"Lo dari mana aja tadi sore?"

Argio mengedikkan bahunya. Lelaki itu terduduk lesehan. Menikmati acara yang semakin riuh.

"Masa ada manusia yang gak tau dia sedang ngelakuin apa sih, Denn? Gila gak 'tuh orang?" Daffa memang tidak menatap Argio, tetapi Daffa mengatakan seakan-akan menyindir Argio.

ALERGIO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang