37. Adik Kecil Argio

1.1K 44 4
                                    

Ini sudah diedit ya,
Yang sebelumnya gak ada tanda kutipnya di kalimat langsung.
So happy enjoy ^_^

...

Aletta berdecak kagum melihat halaman rumah Argio. Masih halamannya saja sudah asri, indah, dan enak dipandang. Apalagi di dalam rumahnya? Wah, Aletta tidak bisa berkata-kata.

Tapi mengapa Aletta merasa begitu ganjal, ya?

Argio membuka pintu mobilnya lalu memutari mobil dan membukakan pintu mobil Aletta. Begitu Aletta ingin keluar, Argio menahannya. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah gagu milik Aletta.

Tubuh Aletta menegang. Bahkan wajah Argio berjarak sungguh dekat dengannya. Aletta menelan ludahnya dengan kasar. Perempuan itu seakan lumpuh dengan perlakuan Argio yang seperti ini.

Harum napas Argio bahkan begitu memabukkan memasuki lubang hidungnya. DEMI UBUR-UBUR DI FILM KARTUN SPONGEBOB, ALETTA MAU PINGSAN.

HELP ME, ANJIR, HELP ME, WOI!!

Argio tersenyum kemudian menyentil dahi Aletta membuat si empu kening meringis. "Aduh,"

"Jangan lupa bernapas." Argio menjauhkan wajahnya dari Aletta setelah mengacak rambut gadis itu.

Aletta gelagapan. Dia membenahi tatanan rambutnya dan sejurus kemudian menampilkan wajah masam kepada Argio. Dasar Argio sialan!

Aletta menerima uluran tangan Argio dan berjalan di sebelah Argio menuju pintu masuk kediaman Argio. Tampaknya Aletta kurang fokus karena hingga sampai saat ini, tangan kecil miliknya masih berada di genggaman Argio. Bahkan dengan santainya Argio menautkan jemari mereka.

Segera Aletta memalingkan wajahnya begitu ketahuan oleh Argio yang sedang menatap tautan jemari mereka. Bukannya melepas tautan itu, dengan senyum yang menghiasi wajahnya Argio mengangkat tangan kanan Aletta dan menciumnya. Aletta shock, kaget, mau pingsan!!

"Rileks, Aletta. Mama gue gak doyan makan orang, kok."

Aletta mengumpat. Dasar kecebong anyut, dia pikir mengapa bisa Aletta member respon seperti itu jika bukan kelakuan Argio yang melebihi batas kapasitas kebaperan perempuan itu?!

"Bukan Mama Kakak yang doyan makan orang, tapi Kakak yang doyan buat orang mendadak kena serangan jantung," gumam Aletta yang entah mengapa walau suaranya dapat Aletta pastikan sungguh pelan namun bisa terdegar oleh Argio hingga membuat lelaki itu tertawa tanpa dosa.

"Lucu banget, sih." kemudian pecahlah tawa membahana milik Argio.

DEMI APAPUN YANG SEDANG MEMBUAT WAKTU SEKETIKA BERHENTI, MENGAPA SEINDAH INI MENIKMATI TAWA MILIK ARGIO?

Maaf, capslock-nya jebol.

Argio membuka kusen pintu rumah, kemudian menarik Aletta yang masih saja memandangi wajahnya. Bahkan dapat Argio lihat, semburat berwarna kemerah-merahan muncul dengan malu-malu di kedua pipi gadis itu. Ah, imut sekali.

"Ayo!"

"Eh, iya." Aletta gelagapan. Sudah berapa kali ia kepergok menatap wajah bidadara yang ada di sampingnya ini? Sedang menggenggam tangannya pula, lagi.

Baik Aletta maupun Argio memberi seuluk salam. Aletta yang hingga sekarang masih gagal fokus hanya memandang sekitar dengan sekilas. Tangannya yang ditarik oleh Argio menuju sofa ruang tamu membuat Aletta mau tak mau mengikuti Argio.

"Lo jangan gugup. Santai aja."

Sekali lagi, Aletta gelagapan. "Eh, iya."

Setelah mendudukkan dirinya di sofa empuk perpaduan warna putih tulang dengan milk brown yang membuat siapapun mata memandang begitu meneduhkan, Aletta menatap furniture di ruangan ini yang membuatnya merasa tak asing.

Dia seperti pernah melhat ini atau hanya bayangannya saja?

Argio yang sudah hampir lima menit meninggalkannya tak kunjung juga menampakkan wajahnya. Aletta melihat undakan tangga yang berada di sudut ruangan ini. Begitu elegan dengan keramik yang berwarna senada dengan kayu jati. Perpaduan yang pas.

Belum lagi dengan tak ada sekat pembatas antara ruang tamu dengan ruang makan membuat Aletta lagi dan lagi berdecak kagum. Pembatas antara ruang tamu dan ruang makan hanya dua anak tangga menurun yang membuat rumah ini tampak minimalis dan elegan.

Sudah berapa kali Aletta berdecak kagum? Kini dia izin lagi untuk mendecakkan kekagumannya menilai desain rumah yang sungguh memanjakan mata ini.

Pasti orang tua calon imam gue punya selera yang tinggi. Oke Aletta tunjukkan kalau lo bisa, batin Aletta.

Tapi lagi dan lagi dia merasa begitu tak asing dengan semua ini. Seperti pernah melihat dan merasakan berada di ruangan ini. Tapi, maafkan ingatan Aletta yang begitu buruk.

"Aletta."

Mendengar namanya dipanggil, dengan gerak refleks Aletta menggerakkan dirinya melihat Argio yang menuruni tangga bersama dengan ... Tante Amira?

Apa?

"Loh, Isca?" Amira terlebih dahulu mendekati Aletta yang berdiri kaku di tempatnya. Memeluk gadis itu tanpa permisi.

"Isca?"

Bukan, itu bukan suara Aletta. Melainkan argio yang menyuarakan kebingungannya begitu berada di hadapan mereka. Jelas kentara bahwa guratan-guratan itu menunjukkan ia sedang menanti kepastian.

Amira melepaskan pelukannya dan menggandeng kedua anak manusia itu menuju sofa. "Iya, Isca. Dia ini adik kecil kamu itu, lho, Yo. Yang pernah Mama ceritain."

...

sungguh singkat kan :)

ALERGIO [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon