26. Rencana [REVISI]

1.4K 62 6
                                    

TOLONG JAWAB!

Berhubung ini saya ngepublikasikan lewat laptop, tanda petiknya tertulis gak? Soalnya di hp saya engga ada tanda petik. dan itu mengharuskan saya untuk revisi ulang dari hp:((((

***

ALERGIO

BAG. 26

RENCANA

****

ARGIO memakirkan vespa antiknya di bawah pohon dengan sedikit hati-hati. Ia membuka helmya dan bercermin untuk merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan.

Sesudahnya, ia menyampirkan tas ke sebelah pundaknya saja. Waktu masih menunjukkan pukul 7 kurang 15 menit. Hari ini ia sengaja datang lebih cepat karena akan mengurus suatu hal.

Ia bersenandung mengikuti irama langkah kakinya. Setibanya di lapangan satu, hanya baru beberapa orang saja yang ada di sekolah. Wajar saja, bel masuk kelas adalah pukul setengah 8. Masih ada waktu 45 menit lagi sebelum bel berbunyi.

Argio melewati ruang sekretariat jurnalistik, namun baru beberapa langkah ia berlalu, kakinya melangkah mundur. Argio menarik diri untuk memasuki ruang jurnalistik.

Argio tergagap, melihat seseorang yang fokus menatap layar laptop dengan jari yang lincah mengetik. Dia adalah...

"Ada apa, Kak?"

...Aletta.

Lelaki itu bengong sebentar, rahangnya dengan mudah terbuka. Ia dapat dengan jelas melihat netra cokelat gadis itu. Teduh, bisik Argio.

"Ehem," Argio tergagap mendengar isyarat itu. "Ada perlu apa, Kak? Biar saya bantu." lanjutnya.

Aletta hari ini entah mengapa begitu berbeda. Gadis itu anggun, dengan senyum tipis nyaris miring terlukis di wajahnya yang putih tanpa adanya jerawat maupun bopengan bekas jerawat. Auranya itu loh, berbeda. Seperti memiliki magnet untuk menarik lawan jenisnya.

Eh tadi dia bilang apa?

"Halo! Ada yang bisa saya bantu?" Aletta masih diam di tempatnya. Enggan untuk melangkah ataupun berdiri.

Argio segera memasang raut datar andalannya. "Ngapain lo di sini?"

Baik Argio maupun Aletta masih saja enggan beranjak dari tempatnya. Mereka berbicara dengan Argio yang berada di daun pintu dan Aletta yang masih duduk di kursinya.

Dapat Argio lihat bahwa gadis itu mengerjapkan beberapa kali kelopak matanya.

"Saya rasa itu tidak perlu dijawab." sesudah berucap dengan sinis, Aletta segera mematikan laptop dan memeluk beberapa kertas HVS yang telah berisi berbagai coretan maupun ketikan. Aletta melangkah menuju dimana Argio berada. Perempuan itu terdiam sejenak ketika berada di hadapan Aletta.

Mengedarkan pengelihatannya menelisik penampilan Argio. Entah mengapa tiba-tiba saja Argio tidak merasa enak ketika ditatap sedatar itu oleh Aletta.

Lalu tanpa aba-aba Aletta melangkah keluar ruangan.

Argio bergeming, lelaki itu masih bingung akan perlakuan Aletta. Kemana perginya si cewek ganjen nan centil itu?!

Bertapa? Atau sedang berganti roh?!

***

"Zi, bawa bekal lebih, gak?"

Aletta langsung duduk saja begitu memasuki ruang kelas. Dapat Ozi lihat bahwa Aletta memasuki ruang kelas dengan sedikit tergesa-gesa. Bahkan tas punggung beserta beberapa lembar kertas HVS yang awut-awutan itu terdampar begitu saja di atas meja si bendaharanya X IPA 1.

Ozi mengangguk. Kemudian mengeluarkan bekal makanannya ke sampingnya, dimana Aletta yang sedang duduk dengan kepala yang menyandar di meja.

"Gue boleh minta, gak?"

Aletta mengerjap lucu, lalu badannya tegak tanpa diperintah dan langsung membuka kotak bekal itu. Rahang Aletta terbuka sempuna melihat isinya. Sepotong sandwich dengan salad buah full cheese. Ya Tuhan, makanan mewah?!

"Bu-buat ka-kamu aja." Ozi tersenyum dan membenarkan letak kacamatanya.

"Serius lo? Ini mewah banget gila!! Lo punya restoran yang buka 24 jam ya, makanya bekal lo tiap hari sandwiiiich aja. Ini lagi, make salad." Aletta terperangah. Benar kata Sania, jangan-jangan si Ozi ini anaknya CEO yang nyamar jadi nerd seperti yang ada di novel online yang Aletta baca itu?

Lagi-lagi Ozi tersenyum, kali ini tersenyu malu-malu. "I-ibu aku buka homemade. Be-beliau ju-jualan sand-sand-sandwich dan sa-salad bu-bu-buah online." Ozi menunduk menyembunyikan rona wajahnya yang malu. Ia malu ditatap seperti itu oleh Aletta.

Aletta bertepuk-tangan. "Wah, hebat. Besok gue beli saladnya yah lima. Eh, berapaan satu?"

"Uk-ukuran 350 ml Rp. 18.000, ka-kalau yang 750 ml Rp. 35.000. Ma-mau yang mana?"

Aletta merogoh sakunya mengeluarkan uang lembaran seratus ribu sebanyak 2 lembar. Kemudian menyerahkan kepada Ozi. Ozi mengambilnya dengan tangan gemetar dan Aletta memaklumi itu. "Gue ambil yang 750 ml, 5 salad ya,"

Baru ketika Ozi ingin berucap sudah didahului oleh Aletta. "Eh ini buat gue kan?" Aletta terkekeh dan Ozi mengangguk saja serya merapatkan bibirnya. "Gue makan, ya. Makasih, Ozi. Lo baik banget deh, gue suka."

Setelah berucap seperti itu, Aletta pergi ke luar kelas dengan membawa bekal Ozi. Senandung indah milik Aletta mengalun merdu di indra pendengarannya.

"Love u, too, Aletta." gumam Ozi.

***

Matahari begitu terik. Rasanya seperti Sang Siang yang sedang marah. Sinarnya siap membakar kulit manusia yang sedang berada di luar ruangan. Begitu juga dengan siswa-siswi SMA Kebangsaan Medan ini. Mereka sedang dikumpulkan di depan podium sekolah untuk mendengarkan pengumuman.

Program OSIS SMA Kebangsaan Medan kali ini adalah mewujudkan rasa peduli terhadap alam dengan cara mendekatkan diri kepada alam. Yah, mereka akan melakukan kemah alam di Paropo. Berbagai persiapan termasuk masalah proposal dan penandatanganan untuk program kali ini telah rampung.

Yang wajib ikut adalah seluruh siswa kelas X. Sementara kelas XI hanya anggota OSIS dan anggota Pelajar Cinta Lingkungan. Sedangkan kelas XII, hanya boleh mengunjungi namun tidak menginap dalam perkemahan. Hal itu dimaksudkan agar kelas XII hanya fokus kepada ujian-ujian yang akan mereka jalani.

Argio yang didampingi oleh Zemora, memberikan pengarahan terhadap kemah alam ini. Dengan arif Argio berpidato tanpa mengenal cuaca yang semakin terik. Melihat itu, para guru yang berada di belakang pendopo tersenyum.

Calon pemimpin ya, seperti ini. Tidak mengenal lelah.

***

"Yo, gimana kelanjutan masalah kemarin?"

Belum ada perkembangan. jawab Argio tanpa menoleh kepada Rafaela.

Saat ini mereka sedang bermain PS di kamar Argio. Hanya dia dan Rafaela. Dua temannya lagi-Daffa dan Denny tidak ikut. Alasannya berbagai macam. Namun Argio paham bahwa Daffa masih kesal kepada dirinya. Entah apa salah Argio.

"Serius? Lo gimana, sih?" Rafaela mendorong bahu Argio dengan mata yang masih foks menatap layar monitor yang menampilkan arena balap mobil.

"Yah, enggak gimana-gimana lah."

Rafaela membelokkan badannya mengikuti permainan yang ia mainkan. "Ah, lo mah gimana sih. Waktu gue di sekolah tinggal bentar lagi. Ntar gak rampung masalah SMA Kebangsaan Medan,"

Argio hanya diam dengan tangan yang lincah menaro di stik.

"Selesai program kemah alam, kita lanjutin cari bukti. Oke." lanjut Rafaela.

***

Tapi gua binggung.

Argionya udah suka, gak, ya sama si Aletta? Hmm, hahahaa.

Atau ada yang nge-ship sama Aletta-Joshua gaaak? Kok gua ngesihp ke mereka yaaaaaa

ALERGIO [COMPLETED]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz