36. Argio, Aletta, dan Mobil

1.1K 38 0
                                    

Setiap orang pasti memiliki sisi baik dan sisi buruk. Semua tergantung pandangan kamu, mau menilai ia baik––atau justru buruk.

...

"Tapi lo bisa lihat di sini, Pak Edi bahkan ternyata belum menjabat sewaktu kejadian kebakaran ataupun perampokan besar-besaran itu terjadi. Dan tuduhan lo ke Bapak itu sama sekali enggak mendasar, Yo."

Argio menatap tajam Rafaela yang sedang menyugar rambutnya ke arah belakang. Argio diam saja, namun matanya masih terus menelusuri data yang memuat profil Pak Edi, Kepala Sekolah SMA Kebangsaan Medan. Dia yakin–entah mengapa sangat yakin jika kejadian di masa lampau itu memiliki hubungan dengan Pak Edi.

"Dan, kebencian lo sama Pak Edi itu aneh tau gak. Heran gue, kenapa juga lo bisa sebenci itu sama Pak Edi," cecar Rafaela.

Argio menatap Rafaela sejenak, kemudian ia teringat sesuatu. "Lalu kenapa di ruangan dia gak ada satupun CCTV yang terpasang?"

Rafaela menghela nafas gusar. Argio bebal! "Ya, setau gue itu karena Bu Aini, pegawai TU sekaligus pihak penghubung antara sekolah dengan pihak komite yang minta. Termasuk di ruangan brangkas bendahara sekolah, Beliau juga minta agar ruangan itu gak dipasang CCTV."

Argio mengerutkan dahinya, dasar Rafaela bodoh. "Dan lo bisa mengabaikan hal sepenting ini? Wtf!" umpat Argio.

Terlihat jelas di indra penglihatan Argio bahwa Rafaela menunjukkan gestur heran.

"Dengar, Raf. Ruangan brangkas kebendaharaan sekolah dan ruang Kepala Sekolah itu termasuk ruangan yang penting. Di dalam itu pasti banyak memuat data-data penting juga pastinya uang sekolah. Dan ruangan sepenting itu enggak dilengkapi keamanan? Gila! Hanya orang bodoh yang bisa membiarkan hal sebesar itu," jelas Argio yang membuat Rafaela memucat.

"Serius? Kenapa gue baru kepikiran sekarang?"

Argio lebih memilih mengabaikan pertanyaan Rafaela dan menyimpan buku yang berisikan data pegawai SMA Kebangsaan Medan itu ke dalam tasnya.

"Jadi, tersangka kasus ini adalah si Bu Aini itu."

...

Aletta berjengit kaget begitu dia keluar kelas dan mendapati Argio yang bersandar di dinding luar kelasnya dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana. Begitu juga dengan kedua sahabatnya, Sania dan Riris.

Bahkan Sania sampai mengumpat tanpa sadar yang diberi hadiah cubitan oleh Riris.

Setelah menetralkan jantungnya, Aletta menghampiri Argio yang terus saja memandangnya. "Ehem, Kakak di sini ngapain?"

Lalu tanpa aba-aba tangan Aletta di tarik paksa oleh Argio menuju parkiran sekolah. Banyak pasang mata yang sedang menatap mereka sekarang.

Jujur Aletta takut, kedua tangannya dengan kuat meremas tali tas yang ia gendong. Perempuan itu menelan ludah kasar melihat ekspresi wajah Argio.

Dia takut akan ditinggalkan oleh Argio di parkiran lagi. Dia takut untuk menghadapi kejadian seperti itu. Dia tak mau terjadi seperti dulu. Dan dia tak mau Argio berkata kasar kepadanya. Namun satu yang paling penting, dia tak mau pria itu akan meninggalkannya kelak.

Kenawhy dengan calon imam gue?

"Ehem, Kak. Ini mau ngapain, ya?"

Argio tak menjawab. Matanya terus menatap Aletta yang semakin tunduk dengannya. Tapi mata Aletta masih sempat saja mengikuti pergerakan tangan Argio yang sedang merogoh saku celana. Seperti mengeluarkan kunci––benar, Argio memang mengeluarkan kunci mobil.

ALERGIO [COMPLETED]Where stories live. Discover now