20. Pangeran dan Rakyat Jelata

1.3K 58 3
                                    

ALERGIO
Bag. 20.
Pangeran dan Rakyat Jelata.

-----

Apakah sesakit ini mencintai seseorang?
-Aletta

-----

     ALETTA meringis merasakan nyeri pada punggungnya yang bertabrakan dengan dinding gudang sekolah.

Netra khas Asia miliknya itu menatap sendu ke arah pelaku. Bibirnya bungkam menahan isak tangis, meskipun ia adalah seorang penyuka olahraga, namun tetap saja Aletta adalah seorang wanita yang apabila diperlakukan kasar akan tersentil di hatinya.

"Maaf..." cicit Aletta dengan nada parau. "Maaf..."

Sedangkan sang pelaku, hanya menatap Aletta dengan tatapan menghunus. Menusuk tepat di netra milik Aletta. Hal tersebut yang menimbulkan rasa takut Aletta.

"N-a-r-a-p-i-d-a-n-a." lelaki itu—Argio menekan tiap kata apa yang diucapkannya.

Begitu melihat urat-urat leher Argio yang memaksa seakan ingin keluar, tumpahlah pertahanan Aletta. Isak tangis terdengar bergema di gedung sekolah.

"Gue nggak akan ketipu sama tangisan ular lo itu. Setelah menjadi cabe kecentilan, lo juga mau jadi penyuap?"

Kini Aletta terjatuh ketika Argio melepaskan cengkramannya. Bahu Aletta merosot, ia meringkuk di lantai berdebu gedung sekolah, "Maaf..."

"Lo pikir dengan lo nyuap siswa untuk nyoblos gue, gue akan simpati ke lo? Gue malah semakin ilfeel sama lo, dasar penyuap," bahkan hingga berangnya Argio meninju dinding yang berada di samping pelipis Aletta.

Tentu saja mendapat perlakuan seperti itu membuat Aletta menjadi semakin ketakutan. Dalam sejarah hidupnya, baru seperti sekaranglah ia diperlakukan seperti ini. Bibirnya semakin kuat menahan Isak tangis. Aletta kuat! Ia tidak boleh terlihat cengeng di mata sang calon imam.

Setelah diperlakukan kasar, lo masih berpikiran positif tentang calon imam lo? Bagus Aletta, bagus, batin Aletta mengejek.

"Gue bisa mengambil simpati warga sekolah untuk nyoblos gue tanpa bantuan hina dari lo, sampah!"

Aletta perlahan mendongakkan kepalanya. Pemandangan Argio yang masih saja menatapnya murka dengan rahangnya yang mengeras—dan giginya yang bergemerlatuk. Aletta dapat merasakannya.

"Ma-ma-af, Kak. Aletta gak ber-bermaksud." bisikan lirih dari gadis itu sungguh menyayat.

"GAK BERMAKSUD LO BILANG?"

Aletta terkesiap kala mendengar teriakan Argio yang berada di depan wajahnya. Lelaki itu berjongkok untuk menyejajarkan tinggi mereka.

"Lo tau, selama ini gue diam. Tapi melihat perlakuan lo yang semakin membuat gue muak," Argio mencengkram dagu Aletta dengan sebelah tangannya. Matanya tetap menatap tajam Aletta. Tentu saja Aletta meringis. Bahkan runtuhlah sudah pertahanan diri Aletta. "Selamat Aletta Frisca, lo berhasil. Lo berhasil membangunkan sisi gue yang lain. Dan terakhir, dengan segala hormat, selamat datang di dunia gue, Aletta Frisca. Gue ikutin kemudian gue bom-bardir permainan lo."

Tubuh Aletta luruh, merosot ke lantai. Menatap hampa Argio yang menghilang di balik pintu gudang. Semakin runtuh pula pertahanannya. Tangisannya kini terdengar. Hatinya merintih pilu nan lelah atas usahanya selama ini.

Gudang sekolah SMA Kebangsaan Medan adalah saksi bisu lelahnya hati Aletta yang sedang merasakan cinta—cinta yang tak seharusnya.

Ya Tuhan, apakah sesakit ini mencintai seseorang?

ALERGIO [COMPLETED]Where stories live. Discover now