ALERGIO||EXTRA PART 02.03

1.3K 47 19
                                    

Sudah vote, belum?

Kalau belum mari vote rame-rame ya! Menghargai setiap karya orang lain itu kebaikan lho:)

Sudah siap?

Go!!! Lets read!!!

...

Mendengar bisikan dari Rafaela, Aletta menjadi sedikit pendiam dari biasanya. Bahkan selama acara bakar-membakar jagung berlangsung, Aletta tidak ikut ke dalam percakapan mereka. Aletta hanya menjawab seperlunya jika ditanya.

"Lo kenapa diam aja, sih?"

Aletta melihat Sania, lalu menggeleng. Dia tidak berniat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Sania.

Lengannya bergoyang. Aletta melihat Steven yang menatap penasaran ke arahnya. Namun, Aletta hanya tersenyum.

Aletta meletakkan kipasnya, "gue ke toilet dulu, ya."

Tanpa menunggu persetujuan dari mereka, Aletta bergegas masuk ke dalam rumah Sania.

"Aletta kenapa, sih? Gak biasanya tuh anak diam-diam bae." Riris memandang kepergian Aletta yang terburu-buru.

"Bang, bukannya tadi kamu yang terakhir kali bicara sama Aletta. Ngomong apa ntuh kamu?" Sania menuding Rafaela, calon suaminya. Karena seingat Sania tadi, Aletta langsung terdiam ketika Rafaela berbisik kepadanya.

Rafaela memandang sekitar, lalu mengangkat bahunya. "Gue cuma bilang kalo Gio nanti mau ke mari kalau dia gak ada pasien." Rambut-rambut halus di sekitar leher Rafaela menegak. Seketika dia merinding melihat tatapan datar dari Sania dan Riris. "Tunggu.... Gue salah, ya?"

"What the fuck!"

Semua terkaget mendengar umpatan Steven yang sedari tadi hanya diam-diam saja. Sekarang malah dengan lantang mengumpat kasar. Sania segera melihat sekitar. Aman. Untung saja ayahnya tidak berada di sini. Kalau bisa, tamatlah riwayat mereka. Ya, Sania maklum jika Steven mengumpat seperti itu karena bukanlah hal awam lagi di negara Steven. Tapi ini Indonesia, bung! Junjungan moralnya lebih tinggi!

Apalagi ayahnya seorang aparat militer negara. Pakai punya pribadi yang menyeramkan malah!

Steven langsung mengejar Aletta ke dalam. Meninggalkan mereka yang tercengang dengan sikap Steven.

Tak berapa lama kepergian Steven, seuluk salam dari arah samping tamannya terdengar di telinga mereka.

"KAK ARGIO?!"

"ARGIO?!"

Bola mata mereka seketika melebar.

...

2018

Mata itu perlahan terbuka. Silau dari sinar-sinar matahari dari jendela dan lampu membuat matanya kembali menutup. Lalu dengan perlahan kembali membuka. Kali ini dengan jelas dia bisa melihat keadaan sekitar. Sepi. Sunyi.

Dia bukan orang bodoh yang setiap bangun dari koma ataupun pingsan akan bertanya, "aku di mana?". Bukan. Dia adalah orang yang pintar. Dengan jelas dia mengetahui ini adalah ruangan rawat inap kelas 1 di rumah sakit. Yang dia tak tahu hanyalah nama dari rumah sakit ini.

Dengan perlahan dia menggerakkan badannya menjadi setengah duduk. Bahkan ketika membuka mata pertama kali yang didapatinya hanyalah kesunyian.

Dia mengangkat tangannya ke atas. Walau tangannya lemas, dia tetap berusaha untuk menekan tombol di atas kepalanya. Tombol yang akan menghubungkan panggilan darurat kepada perawat penjaga.

Napasnya terdengar ringkih. Begitu lemah. Suaranya bahkan terdengar aneh. Terasa seperti susah untuk menarik napas. Dadanya bergemuruh.

Sudah berapa lama dia tertidur?

ALERGIO [COMPLETED]Where stories live. Discover now