17. Matahari dan Pluto

1.6K 80 3
                                    

hOlla EPERIBODIHHH

Lama gua gak muncul di lapak ini. Setelah gua reinkarnasi selama hampir 2 bulan akhirnya gua bisa update lagi woeeee, terharu gua.

BODOAMAT INTINYA GUA SENANG UDA LEPAS SEMUA BEBAN GUA WKWK.

Masih pada nunggui ga?
Masih ingat jalan ceritanya ga?😥

Iya gua tau gua uda lama syekali menelantarkan si Aletta dan Argio ini. Maafkeun daku:(

YANG VOTE SAMA KOMEN GUA SUMPAHI JADI ORANG SUKSES. AMIIN.

YANG SIDERS GUA SUMPAHI SUPAYA CEPAT SADAR, KALO DIABAIKAN ITU GAK ENAK😭

HAPPY READING

-----

ALERGIO
Bag.
17. Matahari dan Pluto

.....

Jarak matahari dengan pluto itu jauh, makanya pluto enggak dapat sinarnya. Begitu juga dengan cinta, jarak tidak mungkin berhasil. Apalagi jika sudah dianggap seperti pluto, tak dianggap dan dilupakan. Mustahil jika matahari dengan pluto bersatu

------

     "KAMU jadi ke rumah Tante Amira, Ca?"

Aletta menahan berat tubuhnya dengan bersandar pada sekat antara meja bar dengan ruang makan. Gadis itu hanya melihat Agita tanpa ingin membantu mamanya mengangkat makanan.

"Isca lupa siapa Tante Amira, Ma."

"Astaga," Gita mendecak pada anak tunggalnya tersebut. "Tante Amira lho, sahabat Mama, rekan kolega butik Mama."

Kening Aletta mengerut sebentar, kemudian ia hanya menjawab malas. "Mama Agita tersayang, Isca itu pelupa. Mungkin Isca tau orangnya, tapi lupa sama namanya. Mama kaya nggak tau Isca aja sih, Ma."

Agita terkekeh mendengar penuturan anak semata wayangnya itu. Setelah selesai merapikan susunan rantang dengan brand ternama di tanah air, Agita menyerahkan rantang berwarna ungu itu kepada Aletta.

"Antari ke rumah Tante Amira, ya sayang."

Aletta berdecak, mau menolak tapi ia takut dosa. Tapi jika diterima, mamanya akan rusuh dengan pengantaran makanan lainnya kepada rekan kolega bisnis mamanya. Oke, posisi Aletta di sini serba salah.

"Uda ketauan, pasti Mama bakal nyuruh Isca buat antar makanan. Mama kaya tukang jual sayur masak aja."

Lagi-lagi Agita tergelak mendengar penuturan Aletta.

"Kamu paling tau Mama deh, Ca."

"Ya karna ada ikatan batinnya. Ya wajarlah Isca tau, Mama aneh ih."

Aletta mengambil rantang itu kemudian semakin kesal mendengar jawaban asal mamanya.

"Ikatan batin darimana? Emang kamu anak Mama?"

Tarik nafas, hembuskan. Tarik nafas, hembuskan. Tarik nafas, hembuskan. Aletta merapal kalimat itu berulang kali kemudian tersenyum manis kepada Agita.

"Serah Mama lah, au ah, Isca bodoamat."

Agita melihat anaknya berjalan keluar rumah dengan menenteng rantang berisi makanan untuk Amira dengan wajah yang tetap tersenyum—ya walau ia tahu senyumnya adalah paksaan.

ALERGIO [COMPLETED]Where stories live. Discover now