23. Argio dan Kenangan

1.5K 59 5
                                    

ALERGIO

BAG. 23

ARGIO DAN KENANGAN

-----

DIA termenung di antara waktu membaca novel terjemahan. Matanya memang menatap ke arah buku dengan banyak istilah-istilah asing itu, namun fokus lelaki itu sama sekali tidak mengacu kepada kata-kata yang tercetak di novel itu. Dengan ditemani semilir angin malam yang berhembus di balkon kamar, berbagai peristiwa-peristiwa yang dilalui beberapa belakangan ini menggantikan kendali kuasa di otaknya.

Argio mengerang, ada apa dengan dirinya?

Keningnya mengerut, pikirannya merumit, lalu tak lama matanya terpejam. Kilasan memori singgah di otaknya. Namun sama sekali ia tak mengingat apapun yang berbau memori itu. Bisikan-bisikan suara wanita ingin membuat kepalanya pecah, rasanya.

"Kenapa kamu marah?"

"Aku suka kamu? Emangnya salah, ya?"

"Jangan suruh aku menjauh, ya? Aku enggak mampu."

"Jangan marah, Agio."

Oh, tolong! Ada apa dengan dirinya?

Siapa perempuan itu yang dengan lancangnya masuk kepikirannya?

Kemudian sebuah jeritan yang disusul rintihan menggantikan kendali kuasanya di otak.

"TOLONG, JANGAN BENCI AKU!!"

"AKU SAYANG KAMU, JANGAN TINGGALIN AKU!!"

"ARIOOOO!! HIKS, JANGAN, JANGAN BENCI AKU."

Tanpa sadar air mata lelaki itu luruh begitu saja. Rasanya ia seperti ikut merasakan kesedihan perempuan itu. Matanya terpejam, tangannya ia rambatkan ke dada kiri, tepat dimana jantung berada. Detakan jantung itu begitu keras, dan tak berirama. Angin malam yang berhembus semakin menambah romansa antara Argio dengan memori itu.

Setelah mampu mengendalikan dirinya, Argio berhembus kasar. Berharap pikiran rumit yang ia tak tahu jawabannya itu segera enyah dari otaknya.

"Kak Ari!"

Argio menoleh ke kanan dan kiri, mencari suara yang memanggilnya. Ia hapal betul suara itu dan tentunya ia tahu siapa pemilik suara yang memanggilnya itu. Hanya ada satu orang yang memanggilnya dengan aneh seperti itu.

Aletta Frisca, tanpa sadar ia menggumamkan nama seorang gadis yang sangat dibencinya.

"KAK ARI!!"

Argio frustasi. Ia menjatuhkan novel terjemahan yang ia pegang, kemudian menjambak rambutnya. Tangan kirinya ia gunakan untuk memukul kepalanya. Sesekali ia juga meringkih.

"Kak Argio terhormat, Anda akan jatuh cinta pada seseorang yang tak dapat Anda raih..."

Tanpa diperintah, kejadian tadi pagi kembali berputar. Matanya semakin terpejam, napasnya sedikit tersenggal. Ada apa dengan dirinya?

"...dengan begitu hukum alam akan terjadi. Anda akan merasakan perjuangan yang disia-siakan."

Cukup sudah! Argio berdiri dan menarik napasnya dengan kuat. Kedua tangannya berpegangan pada pembatas balkon kamarnya. Ia menatap langit malam yang kali ini tanpa bulan yang menyinarinya. Langit malam ini hanya mendung saja dan sudah jelas bulan tertutupi oleh awan malam.

Argio melangkah ke dalam kamar tanpa berniat sedikitpun untuk membereskan balkon. Ia mematikan lampu ruangan dan mulai terpejam. Setelah membaca doa, ia berbaring ke arah kiri.

ALERGIO [COMPLETED]Where stories live. Discover now