44. "Naik atau Gue Cium?"

1.3K 42 4
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Namun tak begitu dengan kelas 10 MIPA 1 yang menghentikan kegiatannya. Mereka baru saja selesai ujian harian biologi.

Aletta menguap tanpa sadar, kantuk yang menderanya membuat dia tak mampu untuk menutup mulutnya yang sedang terbuka. Sania menatap jijik tindakan Aletta kemudian mengambil tangan perempuan itu untuk menutup mulutnya sendiri. "Jorok ih jadi cewek."

"Biarin. Bodoamat dah, gue ngantuk."

"Guys, jadi gak hari ini ke Gramedia?" Riris menyela Sania yang akan kembali mendebat Aletta.

"Oiyah, untung aja lo ingatin." Sania membereskan peralatan sekolahnya dan menyimpannya ke dalam tas yang dia bawa. "Eh, tapi gue lagi gak bawa duit. Pinjam uang lo dulu ya Riris sayang yang cantiknya kayak bidadari tapi bohong."

Riris mendelik sebal ke arah Sania dan Sania hanya terkekeh.

"Hem, gue ngantuk guys," ucap Aletta yang kini tengah menempelkan kepalanya di meja. Kemudian menutup matanya secara perlahan.

"Eh ngapa lo tidur, bocah sebleng. Udah pulang woi," ucap Sania.

"Sekali-kali Lett, mumpung gue lagi punya waktu luang."

"Sok sibuk," decih Sania membalas ucapan Riris.

Riris mengabaikan decihan Sania dan menggoyangkan tubuh Aletta.

"Ish, apaan sih kalian. Gue itu ngantuk. Gak kuat lagi watt mata gue. Udah 0%," ucap Aletta tanpa membuka matanya.

Sania dan Riris hanya saling pandang, lalu Sania tersenyum penuh arti.

"ALETTA, KAK ARGIO ADA DI DEPAN KELAS. BANGUN WOI!" teriak Sania tepat di telinga gadis itu.

Aletta gelagapan kemudian menegakkan tubuhnya. Dia segera menoleh ke arah pintu kelas dan tak menemukan sesosok apapun di sana.

Sialan, dia dikerjain.

Aletta mencubit lengan Sania dengan gerakan tiba-tiba membuat Sania tak bisa menghindar dan mengadu kesakitan.

"Rasain ya lo, rasain. Jahil banget lo, ya."

"Aduh, aduh, ampun. Ampun, woi, lepasin tangan lo," adu Sania.

Aletta melepaskan cubitannya membuat Sania segera mengusap-usap lengannya yang berubah warna karena cubitan maut dari Aletta. Dan apapula itu, Riris hanya tertawa melihat wajah merana milik Sania.

Dasar teman!

Sania berlalu meninggalkan mereka berdua di dalam kelas dan menuju parkiran secepatnya. "Gue ke parkiran," ucapnya dengan wajah yang cemberut.

....

"Yo!"

Argio menghentikan kegiatannya mengunci ruang OSIS. Dia mendapatkan Joshua yang sedang tergesa-gesa menatapnya.

"Ada apa?"

"Lo sama Aletta-anak kelas 10 itu, pacaran ya?"

Argio bingung, "darimana lo tau?"

Joshua sedikit kesal dengan adik kelasnya ini. Ngomong ketus, wajah jutek, ditambah lagi gak sopan-bukannya sebut dia Kakak kek, atau apalah gitu. Yang jelas kan Joshua itu senior.

"Oh, jadi kalian beneran pacaran?"

Argio geram sekali mendengar pertanyaan yang meluncur bebas dari mulut Joshua. Dia tentu tahu Joshua, kakak kelas yang juga sering ditemui oleh Aletta. Bahkan dia sering melihat Aletta yang menatap kagum dengan permainan biola Joshua yang tidak ada apa-apanya-menurut Argio.

ALERGIO [COMPLETED]Where stories live. Discover now