Epilog: After 4 Years

1.6K 46 4
                                    

7 November 2021

Dear Aletta Frisca Daisy,

Tak terasa, 7 November ini sudah ke-empat kalinya aku lewati tanpamu. Rasanya lucu sekali, ya, kalau dipikir berulang-ulang. Dulu, kamu mengeksekusi tanpa henti. Sekarang sedang apa?

Dulu kamu pernah bilang, sejauh apapun jarak kita, kita akan kembali bertemu di lain waktu. Entah itu kapan. Dan tahu gak? Kalau sekarang aku sedang menunggu masa itu.

Kamu sudah sembuh belum?
Dari luka fisik, maupun luka hati. Maaf aku telah berulang kali menyakitimu.

Kamu benar Aletta. Aku adalah calon imammu, dan kamu adalah calon makmumku. Kamu hebat, bisa membuatku mencintaimu tanpa harus berpindah ke lain hati.

Meski sekarang sudah 4 tahun berlalu.

Sekali lagi, aku cuman sampaikan di dalam tulisan ini, kalau aku merindukanmu.

***

New York, Januari 2022

Salju masih menimbun jalanan menuju apartemen di selatan New York. Musim dingin tak lantas membuat sudut kota sepi tanpa penghuni. Justru musim dingin kali ini dilakukan dengan senang hati. Pada penduduk mendirikan festival salju di pinggir jalan. Menghias pohon natal meski Natal sudah berlalu.

Asap dari cerutu mengepul di depan wajahnya. Perempuan itu berdecak. Beringsut menjauh dari laki-laki yang sedang menghisap cerutu dengan nikmat.

"What the hell, Stee. What are you doing, huh?"

Pemuda itu menatap perempuan yang sedang mengumpat dengan mata yang malas. "Ssstt, kau sungguh berisik. Biarkan aku menikmati cerutu ini dengan nikmat. Kau menggangguku saja!"

"Hey, apakah kau tau jika—"

"Yayaya, i know, Princess. Merokok tidak baik untuk kesehatan. Lagi pula aku heran, mengapa yang nikmat-nikmat malah tidak baik untuk kesehatan?" Pemuda itu menyela ucapan perempuan yang mengenakan mantel musim dingin berwarna hitam. "Apa kau tidak punya mantel berwarna lain? Hitam selalu, suram."

"Kau menyebalkan, Stee."

Pemuda itu mematikan cerutunya. Kemudian mendekat dan memeluk perempuan yang sedang cemberut itu. "Ah, jika saja hatimu bukan masih untuk lelaki brengsek itu, tentu saja aku akan menciummu seperti perempuan itu." Matanya menunjuk seorang perempuan yang sedang dicium kasih oleh kekasihnya.

"Mengapa kau susah sekali untuk move on, huh?"

"Hei!"

Pelukan terlepas akibat dorongan dari perempuan itu. Matanya menatap tajam pemuda di hadapannya dan berbalik. Berjalan menyusuri pinggiran kota New York.

"Kau meninggalkanku, Aletta."

"Aku tak peduli, Steven."

Aletta terus melangkah menyusuri anak-anak yang masih setia membentuk patung dari salju. "Kau menyebalkan."

"Why?"

"Kau mengingatkanku tentangnya."

Menyadari hal itu, Steven tergelak. "Siapa? Argio?"

Steven meringis merasakan pijakan kaki Aletta yang tiba-tiba di kakinya.

"Kau ganas," ucap Steven. Dia mengapit kepala Aletta di ketiaknya dan berjalan bersama dengan Aletta. "Apa kau masih berhubungan dengan mommy-nya dia?"

Aletta balas bergumam. Tangannya dia julurkan ke kantong jubah Steven.

"Kau masih mencintainya, ya?" tanya Steven dengan nada menggoda.

"Diamlah, Stee! Urusan apakah aku mencintainya tentu saja masih. Jangan lupakan satu hal, jika dia masih lebih tampan daripadamu, Stee."

...

Tes ombak dulu.

Masih mau lanjut gak tuh epilognya?

Spoiler: Di akhir extra part bakal happy ending. Aletta-Argio bakal bersatu. Tapi tentu, tidak semudah itu ferguso.

10 votes, 50 komen saya lanjut epilognya. Kalau tidak yah, sorry. Apa boleh buat.

Hargai setiap karya penulis ya teman-teman. Gampang, cukup apresiasi karyanya dengan vote atau komen.

Suka kecewa lihat viewers sama votenya engga sebanding:)

Thanks,
Amani Dalimunthe

ALERGIO [COMPLETED]Where stories live. Discover now